Renungan Harian Katolik Jumat, 26 Desember 2025: Menjadi Murid dan Saksi-Nya

Posted on

Renungan Harian Katolik menjadi sarana rohani bagi umat Katolik untuk menimba kekuatan iman setiap hari. Melalui bacaan Kitab Suci dan refleksi singkat, umat diajak untuk memahami sabda Tuhan, merenungkannya, serta menerapkannya dalam kehidupan nyata.

Hari ini, Jumat, 26 Desember 2025, Gereja memperingati Santo Stefanus, martir pertama, yang menjadi teladan sejati tentang arti menjadi murid Kristus. Di tengah sukacita Natal yang masih terasa, kita diajak untuk menyadari bahwa mengikuti Yesus tidak selalu berarti jalan yang mudah, melainkan kesetiaan yang berani hingga menjadi saksi kasih-Nya dalam segala keadaan.

Renungan Katolik 26 Desember 2025 mengangkat tema “Menjadi Murid dan Saksi-Nya” yang dikutip dari buku Renungan Tiga Titik oleh Antonius Tjahiono. Nah, artikel ini juga memuat informasi:

Sebelum membaca renungan harian hari ini baca terlebih dahulu sabda-sabda Tuhan lewat bacaan hari ini, antara lain:

Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak.

Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini?anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria?bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus,

tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.

Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi.

Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.

Lalu katanya: “Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.”

Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia.

Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus.

Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”

Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku.

Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku.

Engkau benci kepada orang-orang yang memuja berhala yang sia-sia, tetapi aku percaya kepada TUHAN.

dan tidak menyerahkan aku ke tangan musuh, tetapi menegakkan kakiku di tempat yang lapang.

Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu!

TUHAN, janganlah membiarkan aku mendapat malu, sebab aku berseru kepada-Mu; biarlah orang-orang fasik mendapat malu dan turun ke dunia orang mati dan bungkam.

Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya.

Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.

Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.

Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.

Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.

Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.

Kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Namun, orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan diselamatkan. (Mat. 10:22)

Yesus memanggil dan mengutus kedua belas murid-Nya, memberi mereka kuasa untuk mewartakan bahwa Kerajaan Surga sudah dekat. Mereka diutus kepada banyak bangsa yang tidak mengenal Allah, bangsa-bangsa yang mungkin akan menolak bahkan menyiksa mereka.

Namun Yesus tidak membiarkan mereka berjalan sendirian; Ia mengaruniakan Roh Kudus untuk menolong mereka dalam setiap kesaksian. Kedua belas murid itu akhirnya menjadi para rasul yang tetap bersaksi dengan setia, meskipun dihina dan dianiaya.

Mereka sungguh menjadi murid-Nya sekaligus saksi-Nya. Ketika jumlah murid bertambah, para rasul memerlukan bantuan.

Maka dipilihlah tujuh diakon, orang-orang yang baik dan penuh hikmat. Di antara mereka, Stefanus menonjol karena dipenuhi rahmat dan kuasa untuk mengadakan mukjizat.

Perkataannya penuh hikmat dan dikuatkan Roh Kudus, sehingga ia tidak gentar menghadapi lawannya. Namun kesaksiannya menimbulkan kemarahan banyak orang.

Ia akhirnya diseret keluar kota dan dirajam sampai mati. Hari ini Gereja memperingati Pesta Santo Stefanus, martir pertama.

Sehari setelah Natal, ketika kita merayakan kelahiran Sang Juru Selamat, Gereja mengarahkan kita pada kesaksian seorang martir. Yesus yang lahir sebagai inkarnasi Allah, datang untuk membawa manusia kepada keselamatan dan hidup kekal.

Untuk itu Ia mengundang setiap orang menjadi murid dan saksi-Nya. Stefanus menjadi teladan murid yang setia sampai akhir, dibenci karena nama Yesus, namun bertahan dan memperoleh keselamatan.

Aku yang telah dibaptis pun dipanggil menjadi murid dan saksi-Nya, meskipun tidak dalam bentuk penderitaan dan penganiayaan seperti Stefanus.

Kesaksianku terutama berupa pengalaman penyertaan Tuhan. Ketika pulang kerja dari Pulogadung ke Kosambi Baru saat peristiwa Mei 1998, ketika dihadang preman di Terminal Cililitan, atau ketika pernah tertipu. Dalam semuanya itu, aku selamat karena pertolongan-Nya.

Menjadi murid-Nya dan menjadi saksi-Nya adalah dua hal yang tak terpisahkan. Ketika dibaptis, kita menerima Yesus sebagai guru dan penuntun hidup.

Kini kita perlu bertanya pada diri sendiri: “Sudahkah kita siap menjadi murid yang taat dan saksi yang setia bagi-Nya?”

Tuhan Yesus Yang Maha Baik, Engkaulah guru dan panutan kami. Atas kebaikan-Mu, kami bersyukur boleh menjadi murid-Mu dan menjadi saksi-Mu. Semoga kami selalu bekerja sama dengan Roh Kudus-Mu untuk bersaksi, bahwa Engkaulah yang membawa kami ke hidup kekal, sebab Engkaulah Tuhan, Juru Selamat kami kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Hari ini tidak sama dengan hari kemarin. Sukacita dan kegembiraan hari kemarin karena Kelahiran Yesus Kristus, seolah sirna seketika dengan tragedi iman Pembunuhan Diakon Stefanus yang dirayakan Gereja hari ini.

Satu-satunya sumber informasi terpercaya tentang Stefanus adalah Kisah Para Rasul bab 6 dan 7. Di dalamnya Stefanus ditampilkan sebagai orang beriman yang kokoh dan penuh Roh Kudus dan salah satu orang yang diangkat oleh Keduabelasan untuk memangku jabatan diakon atau pelayan meja, barangkali sebagai pengurus rumah tangga jemaat.

Ia, seorang Kristen Yahudi yang tinggal di Yerusalem dan bisa berbahasa Yunani. Ia pandai berpolemik dan sangat radikal dalam pandangannya mengenai tradisi-tradisi dan lembaga-lembaga Yahudi.

Ketika berada di hadapan Sanhendrin, ia dengan tegas membantah semua tuduhan kaum Farisi dan membela karya misionernya di antara orang-orang Yahudi.

Pembelaannya diperkuat dengan mengutip kata-kata Kitab Suci yang melukiskan kebaikan hati Yahweh kepada Israel dan ketidaksetiaan Israel sebagai “bangsa terpilih” kepada Yahweh. Oleh karena itu, ia diseret ke luar tembok kota Yerusalem dan dirajam sampai mati oleh pemimpin-pemimpin Yahudi yang tidak mampu melawan hikmatnya yang diilhami Roh Kudus.

Senjata utama untuk melawan musuhnya ialah cintanya akan Tuhan. Cinta itu demikian kuat mendorongnya untuk bersaksi tentang Kristus meskipun ia harus menghadapi perlawanan yang kejam dari musuh-musuhnya.

Bahkan sampai saat terakhir hidupnya di dalam penderitaan sekian hebatnya, ia masih sanggup mengeluarkan kata-kata pengampunan ini: “Tuhan, janganlah dosa ini Engkau tanggungkan kepada mereka itu.”

Laporan tentang pembunuhan Stefanus itu menyatakan bahwa Saulus (yang kemudian menjadi Paulus, Rasul bangsa kafir) hadir di sana dan memberi restu terhadap pembunuhan itu. Namun apa yang terjadi atas Saulus di kemudian hari? Sebagai pahala besar bagi Stefanus ialah bahwa Saulus musuhnya yang utama serta penghambat ulung Gereja, bertobat dan menjadi Paulus, Rasul terbesar bagi kaum kafir.

Stefanus mati sebagai martir, kira-kira pada tahun 34.

Demikian renungan harian Katolik Jumat, 26 Desember 2025. Tuhan Yesus memberkati!

Renungan Harian Katolik Hari Ini 24 Desember 2025

Bacaan I: Kis. 6:8-10; 7:54-59

Mazmur Tanggapan: Mzm. 31:3cd-4,6,8ab,16bc,17

Bacaan Injil: Mat. 10:17-22

Renungan Hari Ini: Menjadi Murid dan Saksi-Nya

Doa Penutup

Kisah Santo Stefanus, Martir Pertama.