UMI-UM Luncurkan Buku Kolaborasi soal Peran Bugis di Dunia Islam Melayu

Posted on

Universitas Muslim Indonesia (UMI) bersama Universitas Malaya (UM) resmi meluncurkan buku kolaborasi berjudul Bugis Islam in the Malay World. Peluncuran buku ini menjadi simbol sinergi akademik antara dua perguruan tinggi dari Indonesia dan Malaysia.

Buku kolaborasi ini diluncurkan secara simbolik oleh Jusuf Kalla (JK) di Auditorium Mohd Asri Muda, Academy of Islamic Studies, Universiti Malaya (UM), Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (21/10). Peluncuran ini menjadi rangkaian dari konferensi internasional The 3rd World Conference on Islamic History and Civilization (WOCIHA) 2025.

Buku ini ditulis bersama oleh Prof Mohd Roslan bin Mohd Nor dari pihak UM, serta Prof Muh Mattah Fattah dari pihak UMI. Dalam peluncuran tersebut, JK menekankan pentingnya kemandirian ekonomi umat dalam membangun peradaban Islam.

“Islam di kawasan (ASEAN) ini tumbuh melalui dakwah dan perdagangan, bukan peperangan. Itulah mengapa Islam di Nusantara bersifat moderat, inklusif, dan berakar kuat pada budaya lokal,” ujar JK.

Dia pun menjelaskan bahwa sekitar 46% penduduk ASEAN beragama Islam, menjadikan Islam sebagai kekuatan mayoritas di kawasan ini. Namun, menurutnya, tantangan besar umat Islam hari ini justru terletak pada aspek ekonomi dan penguasaan teknologi.

“Meskipun mayoritas di Indonesia dan Malaysia beragama Islam, dari sepuluh orang terkaya di Indonesia hanya satu yang Muslim. Ini menunjukkan bahwa peradaban Islam tidak akan maju tanpa kemandirian ekonomi,” ungkapnya.

Sementara itu, Rektor UMI Hambali Thalib dalam sambutannya menyampaikan pandangan filosofis tentang pentingnya menjadikan sejarah Islam sebagai panduan. Dia meyakini sejarah Islam juga dapat menjadi bekal dalam menghadapi perubahan global.

“Konferensi ini bukan sekadar membahas sejarah Islam, tetapi memikirkan masa depan peradaban Islam di tengah perubahan dunia yang cepat di era digital, kecerdasan buatan, dan transformasi nilai,” ujar Hambali.

Hambali juga menegaskan bahwa kolaborasi UM-UMI merupakan bentuk ukhuwah ilmiah yang akan terus memperkuat jejaring keilmuan dunia Melayu-Islam. Dalam kesempatan itu, dia juga mengapresiasi kehadiran Jusuf Kalla sebagai pembicara utama dan tokoh perdamaian dunia.

“Sebagai Ketua Pengurus Yayasan Wakaf UMI periode 1992-1996, Bapak Jusuf Kalla telah menanamkan fondasi kepemimpinan yang berorientasi kerja nyata, efisiensi, dan keberkahan,” kata Hambali.

“Kini, peran beliau dalam diplomasi damai di Poso, Aceh, Mindanao, Afganistan, hingga Palestina menjadi teladan bagi generasi baru pemimpin Islam,” imbuhnya.

Peluncuran buku Bugis Islam in the Malay World menjadi simbol nyata sinergi akademik antara Universiti Malaya dan Universitas Muslim Indonesia. Buku ini meneliti jejak sejarah, interaksi budaya, dan peranan masyarakat Bugis dalam membentuk identitas Islam di dunia Melayu.

Karya kolaboratif tersebut diharapkan menjadi rujukan ilmiah baru dalam kajian tamadun Islam di Asia Tenggara, memperkaya perspektif sejarah dan mempererat hubungan antarbangsa serumpun.

Hambali menegaskan komitmen UMI sebagai lembaga pendidikan dan dakwah untuk terus berperan aktif dalam pengembangan ilmu berbasis nilai-nilai Islam.

“Sebagai universitas Islam tertua di Indonesia Timur, UMI berkomitmen melanjutkan semangat peradaban Islam yang berilmu, beradab, dan berkemajuan. Kami kini sedang membangun Halal Center of Excellence untuk mengintegrasikan riset teknologi, industri halal, dan nilai Islam, agar dari Makassar, cahaya ilmu turut menerangi dunia,” ujarnya.

Sementara itu, Timbalan Naib Canselor UM, Kaharudin Dimyati dalam sambutannya menegaskan relevansi tema WOCIHA 2025 dengan konteks sosial-politik Asia Tenggara masa kini. Dia juga menyinggung soal stabilitas masa depan komunitas ASEAN.

“Tema tentang agama, keamanan, dan stabilitas masa depan komunitas ASEAN bukan hanya penting, tetapi juga kritikal bagi era modern ini. ASEAN adalah kawasan yang kaya akan keberagaman budaya dan keyakinan, namun menghadapi tantangan fragmentasi sosial dan ketegangan geopolitik,” ujar Kaharuddin.

Kaharuddin juga mengapresiasi kehadiran Rektor UMI bersama Pimpinan Yayasan Wakaf UMI. Menurut dia, hal ini menekankan pentingnya kolaborasi ilmiah antara lembaga pendidikan tinggi di dunia Melayu sebagai upaya memperkuat jaringan keilmuan Islam kontemporer.

“Universiti Malaya berasa amat berbesar hati menerima delegasi Universitas Muslim Indonesia dalam forum internasional ini. Kerjasama ilmiah antara UM dan UMI bukan sekadar simbol hubungan akademik, tetapi manifestasi kesepakatan dua institusi besar untuk memperkukuh tamadun Islam melalui ilmu, sejarah, dan nilai,” ujarnya.

Kaharuddin juga mengapresiasi kehadiran Jusuf Kalla sebagai tokoh perdamaian dunia dan simbol pemimpin Muslim yang moderat serta berorientasi solusi.

“Sosok beliau menjadi inspirasi bagaimana nilai Islam dapat diterjemahkan dalam diplomasi dan kepemimpinan yang adil,” tuturnya.