Panjang Urusan Konten Lelucon Sopir Ambulans RS Dadi Saat Antar Jenazah ODGJ

Posted on

Konten lelucon sopir ambulans Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), saat mengantar jenazah bareng orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), kini berbuntut panjang. Sopir bernama Entong di-balcklist, sementara pihak rekanan penyedia jasa ambulans akan dievaluasi.

Plt Kepala Bidang Humas RSKD Dadi Abdul Malik mengaku sudah berkomunikasi dengan pihak ketiga terkait konten viral tersebut. Dia sudah meminta vendor untuk tidak lagi menggunakan jasa Entong sebagai sopir untuk RSKD Dadi.

“Kalau sopir ini saya sudah sampaikan ke vendor supaya di-blacklist namanya. Tidak boleh dia lagi membawa jenazah untuk di tempat kami,” ujar Malik kepada wartawan, Jumat (13/5/2025).

Malik menegaskan pihaknya tidak akan memberikan toleransi terhadap sopir tersebut untuk kembali bekerja di RSKD Dadi. Pun jika sopir masih mengantar jenazah di rumah sakit lain, dia menegaskan itu sudah di luar tanggung jawab dan bukan urusannya.

“Saya tidak tahu kalau di tempat lain. Tapi, kalau di rumah kami, saya tidak mau lagi. Saya tidak mau lagi terima itu orang,” imbuhnya.

Selain itu, Malik mengaku akan mengevaluasi kembali kerja sama dengan vendor ambulans. Dia berencana menambahkan klausul larangan membuat konten saat mengangkut jenazah dalam perjanjian kerja sama.

“Saya akan lihat perjanjian kerja samanya. Saya mau tambahkan di situ, misalnya, setiap melakukan ini, maka dia tidak boleh, akan ditambah itu dalam perjanjiannya, tidak boleh lagi melakukan video bikin konten dengan jenazah,” katanya.

Malik juga menyinggung soal kondisi kejiwaan sopir. Dia enggan memberikan penilaian langsung, kendati menurutnya sang sopir mengisyaratkan bahwa tindakan yang dilakukan menunjukkan adanya kejanggalan.

“Tidak bisa juga saya katakan dia gila, saya tidak bisa menjustifikasi, bahwa dia mengalami gangguan. Tetapi, kalau dilihat ini kondisinya, ya, ada kelainan. Kenapa mesti mayat ini diviralkan. Itu, kan, sebenarnya tidak boleh,” bebernya.

Sementara, terkait kemungkinan menempuh jalur hukum atas dugaan pencemaran nama baik rumah sakit, Malik menyebut pihaknya masih akan berkoordinasi dengan pimpinan. Menurutnya, hal itu tetap jadi pertimbangan.

“Itu (menempuh jalur hukum) tentu nanti saya akan berkoordinasi dengan pimpinan, apa petunjuknya dan arahannya. Kalau memang dianggap itu mau merusak kita, ya, tentu kami koordinasi dulu,” ucapnya.

Aksi sopir ambulans membuat konten lelucon itu terjadi di wilayah Gowa pada Rabu (11/6) sore. asien diketahui meninggal Rabu pagi pukul 07.00 Wita dan dibawa ke pemakaman sekitar pukul 15.00 Wita. Proses pemakaman selesai sekitar pukul 17.00 Wita.

“Itu salah (tidak benar) itu. Bercanda itu. Itu konten tidak bertanggung jawab,” ujar Malik kepada infoSulsel, Kamis (12/6).

Malik mengatakan dirinya yang turun langsung mengurus proses pemulasaran jenazah pasien ODGJ tersebut. Dia bahkan menyebut sopir ambulans yang mengantar jenazah hanya disuruh menunggu di jalan menuju pemakaman yang berlokasi di Kabupaten Gowa.

“Saya yang bawa, saya yang kubur. Jadi, saya bilang sama itu sopir yang mengantar itu, ‘Tunggu saya di mukanya Puskesmas Kampili, saya beli dulu tegel untuk anu-nya (penguburan jenazah)’,” katanya.

Menurut Malik, sopir ambulans tidak tahu jalan masuk ke lokasi pemakaman yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari titik mereka berhenti. Namun, video yang beredar justru sopir mengaku tersesat saat mengantar jenazah.

Malik mengonfirmasi bahwa dirinya mengikuti ambulans dari belakang menggunakan kendaraan lainnya. Dia juga ikut menurunkan jenazah saat tiba di lokasi pemakaman.

“Ini mayat saya yang pergi kubur. Ini orang tidak ada keluarga. ODGJ telantar yang tidak ada keluarganya. Meninggal di rumah sakit, tidak ada keluarga. Itu mayat saya yang kerjakan. Saya salati. Saya kasih turun di kubur,” ungkapnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Malik juga menjelaskan soal keterlibatan pasien ODGJ dalam pengantaran hingga proses pemakaman jenazah. Dia menegaskan bahwa pasien yang ikut mengantar adalah pasien lama yang sudah pulih dan didampingi perawat.

Malik menuturkan banyak pasien ODGJ yang sudah puluhan tahun dirawat di rumah sakit dan tak pernah dijemput keluarga. Karena tinggal lama, mereka membangun kedekatan satu sama lain.

“Jadi, dia mau ikut membagi duka. Dia menawarkan. Sebenarnya banyak yang mau ikut, ‘Tolong saya dikasih ikut’. Saya bilang dua saja. Kenapa dia mau ikut? Karena dia mau membantu, mau melihat temannya di mana dikubur,” ujarnya.

Menurut Malik, pasien yang ikut mengantar jenazah dalam kondisi stabil dan sudah pulih. Pihak rumah sakit juga memastikan mereka tidak membiarkan pasien pergi tanpa pengawasan.

“Kenapa saya ikutkan karena ada ji perawat (dampingi). Pasiennya sudah lama, sudah pulih, sudah sembuh. Akhirnya kasih ikut saja karena kita ada,” katanya.

Malik bahkan menyebut pasien itu berada di sampingnya saat proses pemakaman. Dia menilai tindakan pasien tersebut lahir dari empati, bukan paksaan ataupun bentuk eksploitasi.

“Kalau kita lihat ODGJ itu lebih kasihan sama temannya dibanding, misalnya, masyarakat. Jadi, tidak boleh dikatakan bahwa dia membantu karena kita (rumah sakit) menyalahgunakan. Ini dia malah mendapat pelajaran bahwa kalau orang meninggal itu dikasih begini. Mudah-mudahan itu menjadi pelajaran buat dia,” jelasnya.

Malik juga menekankan bahwa kejadian seperti ini sangat jarang dan tidak bisa digeneralisasi. Dia pun meminta publik tidak langsung menstigma karena pasien yang ikut sudah dalam kondisi baik.

“Ini, kan, tidak selamanya juga ada pasien seperti ini. Itu jarang sekali. Ini hanya dia mau ikut. Biasalah kalau ada orang meninggal, misalnya, teman. Jangan dilihat bahwa dia mengalami sakit. Ini sudah pulih, sudah bagus,” ucapnya.

Klarifikasi RS Dadi Makassar

Pasien ODGH Ikut Antar Jenazah Didampingi Perawat