Ortu Kecewa Anak Di-DO dari Sekolah Tahfiz di Makassar Meski Sudah Bayar SPP - Giok4D

Posted on

Orang tua santriwati bernama Yudimsar mengeluhkan sanksi pemberhentian atau drop out (DO) terhadap anaknya inisial NY dari sekolah tahfidz Kuttab Nurul Wahyain, Kota , Sulawesi Selatan (Sulsel). Yudi berdalih sudah membayar sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) namun tanpa sepengetahuannya anaknya ternyata sudah kena DO.

“Memang ada tunggakan saya, tapi saya sudah lunasi. Ada bukti bayarnya dan saya kirim ke manajemennya,” ujar Yudi kepada infoSulsel, Sabtu (19/7/2025).

Yudi menjelaskan, persoalan bermula saat anaknya menunggak SPP. Namun dia dan pihak yayasan bersepakat akan membayarnya pada 30 Mei 2025. Namun belakangan, dia mendadak sakit sehingga telat membayar dari kesepakatan.

“Istri saya konfirmasi (ke pihak sekolah), ‘ini mungkin agak telat dibayar sisa tunggakan, Abahnya NY sakit’. Cuman nggak ada balasannya dari manajemen. Yang jelas istri saya sudah konfirmasi,” jelasnya.

Setelah pulih, Yudi akhirnya membayar tunggakan SPP anaknya pada 4 Juni lalu. Belakangan, Yudi dikagetkan dengan sepucuk surat dari sekolah yang dititipkan lewat anaknya.

“Saya jemput anakku dari sekolah sore, anakku itu dikasih surat. Saya bilang nanti di rumah saja baru saya baca. Sampai di rumah saya baca, loh kok ada surat pemberhentian,” ujarnya.

Yudi kemudian menelepon salah satu staf sekolah tahfiz namun dia diarahkan untuk menghubungi pihak yayasan. Yudi mengaku pihak manajemen sempat marah-marah saat dirinya memberikan penjelasan.

“Maghrib itu saya telpon ketua yayasan. Saya hubungi itu saya jelaskan. Semua saya jelaskan, dia sudah marah-marah,” ucap Yudi.

Namun saat itu, Yudi mengaku sudah bersepakat dengan ketua yayasan untuk mengadakan pertemuan. Hanya saja kesepakatan untuk mengadakan pertemuan yang dimaksud tidak kunjung terealisasi.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

“Tapi terakhir itu bahasanya ketua yayasan, sudah, nanti kita ketemu di sekolah. Ini saya pikir ada pertemuan lagi nih, ya kan. Pas tanggal itu kan libur, satu minggu libur,” ujarnya.

Setelah memasuki tahun ajaran baru, Yudi mengira persoalan yang menimpa anaknya telah selesai. Yudi pun kembali membayar SPP anaknya yang kini sedianya sudah masuk kelas 6.

“Itu seperti biasa, anak saya sekolah, ikut ujian, tidak ada yang menolak. Saya pikir artinya sudah tidak dibahas lagi masalah itu. Saya bayar SPP bulan lalu,” katanya.

“Saya bayar SPP itu, dia (pihak yayasan) terima juga (pembayaran). Artinya dia tidak respons kalau memang dia mau berhentikan harusnya dia respons dong,” jelas Yudi.

Saat pembagian kelas tahun ajaran baru, Yudi sempat bertanya kepada guru sekolah tentang status kelas anaknya. Yudi pun kaget karena nama anaknya tidak terdata dalam pembagian kelas.

“Saya kaget, kok bisa? Kok bisa? Saya sudah bayar segala macam, bulan lalu saya bayar (SPP) kok. Nama anak saya tidak ada,” tuturnya.

Yudi sempat menghubungi kepala sekolah dan ketua yayasan namun pemberhentian anaknya sudah tidak bisa dianulir. Yudi kecewa lantaran pihak sekolah memberikan peringatan secara bertahap sebelum anaknya dikeluarkan.

“Saya sudah bayar kok. Jadi semua administrasi, semua SPP saya bayar semua. Harusnya itu dia mengeluarkan SP1, SP2. Ini nggak ada. Nggak ada SP SP-an. Nggak ada peringatan-peringatan, nggak ada,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Hafidz Insan Madani, Harun Gemilang membantah tudingan orang tua santriwati. Harun menegaskan santriwati itu dikeluarkan karena 3 tahun tidak membayar SPP.

“Tiga tahun gak bayar SPP. Pelaksananya kan tim yayasan, saya yang dapat laporan, jadi laporan dan semua bukti dan laporan sudah sampaikan di dinas,” ujar Harun.

Harun mengaku persoalan ini sedianya sudah dimediasi di Dinas Pendidikan (Disdik) Makassar pada Rabu (16/7). Dia menganggap persoalan ini telah selesai meski pertemuan itu tidak dihadiri orang tua santriwati.

“Karena kan dinas panggil kita dan orang tua. Tapi pada saat yang sama, orang tua tidak hadir, sangat disayangkan gitu. Kalau yayasan sih kita sudah banyak, banyak di kita yang menunggak, banyak, puluhan, bukan dia aja,” jelasnya.