Saksi mata, Hardianti (35) menceritakan info-info terbakarnya 13 rumah imbas tawuran di Kecamatan Tallo, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Dia mengaku melihat massa melempar rumah menggunakan bom molotov hingga terjadi kebakaran hebat.
Dia mengatakan massa awalnya terlibat tawuran di area Pekuburan Beroanging, Kecamatan Tallo, Selasa (18/11) sekitar pukul 13.00 Wita. Belakangan, massa merangsek masuk ke pemukiman Borta, tepatnya di Lorong Bugis.
“Saya di rumah, ini rumah mertua ku. Kita diserang melalui dari belakang rumah. Kita dilempari bom molotov. Rumah pertama yang dikena rumahnya Mansur, terus kena juga rumahnya Tima’ kebetulan dia penjual, jualan gas juga, jadi kemungkinan itu meledak,” kata Hardianti kepada infoSulsel, Rabu (19/11/2025).
Dia mengaku saat itu terjebak di dalam rumah mertuanya yang bersebelahan dengan area pekuburan. Pasalnya, kelompok penyerang sudah berada di depan rumahnya.
“Saya di dalam rumah mertua, kita tidak bisa keluar. Kita sudah dimasuki (sampai dalam lorong), bagaimana caranya kita bisa keluar,” jelasnya.
Dari dalam rumah, dia mendengar suara lemparan batu yang mengenai dinding-dinding rumah warga. Penyerang bahkan melemparkan bom molotov dan membusur rumah warga.
“Pas di depan rumah masih melempar bom molotov, ada juga yang membusur rumah, jadi kita takut keluar. Rumahnya orang hancur di lorong sini. Dilempari batu,” katanya.
Dia baru berani keluar rumah saat polisi menyisir ke dalam lorong. Saat itu, dia melihat api membesar membakar sejumlah rumah di lorong tersebut.
“Saya ke luar di saat ada polisi datang. Jadi kita sempat keluar lihat, tidak ada mi rumah hangus semua. Baru di sini susah air, di telepon pemadam kebakaran terlambat datang, katanya terhalang,” jelasnya.
Dia menuturkan sejumlah rumah di lorong tersebut dalam keadaan kosong saat terjadi kebakaran. Pemilik rumah disebut berada di tempat kerja, bahkan ada warga yang sengaja pulang kampung setelah beredar isu penyerangan.
“Orang pergi kerja, kerja bangunan, ke pelabuhan, ada juga yang pulang kampung karena sebelumnya ada isu mau dibakar Borta,” ungkapnya.
Hardianti mengaku mendengar rumor tersebut sebelum penyerangan terjadi. Borta akan menjadi sasaran setelah pemakaman warga Sapiria bernama Nur Syam alias Sutte alias Civas yang tewas diduga terkena tembakan senapan angin sehari sebelumnya.
“Begini isu yang menyebar sebelum dikuburkan itu yang namanya Civas, kalau sudah dimakamkan katanya ini orang, akan dibakar Borta,” katanya.
“Iya pas sudah dikubur dia menyerang kita di sini. Baru di sini kurang penduduk. Ada yang pergi kerja, ada yang mengungsi memang sebelumnya,” tambahnya.
Dia mengaku rumahnya turut mengalami kerusakan akibat kejadian tersebut. Sementara kondisi rumah tetangganya jauh lebih parah karena hangus terbakar tanpa tersisa.
“Semua barangnya terbakar, cuma baju saja di badan. Tidak ada tersisa. Ada 10 sepuluh rumah tidak ada tersisa. Biar berkas-berkasnya itu,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, tawuran awalnya terjadi di Kecamatan Tallo pada Minggu (16/11) malam. Saat perang kelompok itu, warga bernama Nur Syam alias Sutte dilaporkan terkena tembakan dari senapan angin. Korban sempat dirawat di rumah sakit namun dinyatakan meninggal pada Selasa (18/11).
Belakangan, tawuran kembali pecah di Pekuburan Beroanging, Kecamatan Tallo, Selasa (18/11) siang. Perang kelompok yang diwarnai saling serang menggunakan batu, busur panah hingga petasan itu berujung pada terbakarnya sejumlah rumah warga.
Polisi yang melakukan penyelidikan telah menangkap 2 pelaku terkait tawuran tersebut. Salah satunya merupakan pelaku penembakan yang menewaskan warga, sedangkan satu lainnya pelaku pembakaran rumah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Makassar mencatat 13 rumah warga terbakar akibat tawuran ini. Sebanyak 17 kepala keluarga (KK) dilaporkan mengungsi ke rumah keluarga masing-masing.
“Jumlah rumah/bangunan terdampak sebanyak 13 rumah,” ujar Kepala BPBD Makassar Muhammad Fadli dalam keterangannya, Rabu (19/11).
Dia mengaku rumahnya turut mengalami kerusakan akibat kejadian tersebut. Sementara kondisi rumah tetangganya jauh lebih parah karena hangus terbakar tanpa tersisa.
“Semua barangnya terbakar, cuma baju saja di badan. Tidak ada tersisa. Ada 10 sepuluh rumah tidak ada tersisa. Biar berkas-berkasnya itu,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, tawuran awalnya terjadi di Kecamatan Tallo pada Minggu (16/11) malam. Saat perang kelompok itu, warga bernama Nur Syam alias Sutte dilaporkan terkena tembakan dari senapan angin. Korban sempat dirawat di rumah sakit namun dinyatakan meninggal pada Selasa (18/11).
Belakangan, tawuran kembali pecah di Pekuburan Beroanging, Kecamatan Tallo, Selasa (18/11) siang. Perang kelompok yang diwarnai saling serang menggunakan batu, busur panah hingga petasan itu berujung pada terbakarnya sejumlah rumah warga.
Polisi yang melakukan penyelidikan telah menangkap 2 pelaku terkait tawuran tersebut. Salah satunya merupakan pelaku penembakan yang menewaskan warga, sedangkan satu lainnya pelaku pembakaran rumah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Makassar mencatat 13 rumah warga terbakar akibat tawuran ini. Sebanyak 17 kepala keluarga (KK) dilaporkan mengungsi ke rumah keluarga masing-masing.
“Jumlah rumah/bangunan terdampak sebanyak 13 rumah,” ujar Kepala BPBD Makassar Muhammad Fadli dalam keterangannya, Rabu (19/11).
