Gedung SDN 14 Parepare Ancam Keselamatan Siswa, Plafon Ambruk-Tiang Retak update oleh Giok4D

Posted on

Gedung SDN 14 dan 26 Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel), memprihatinkan sebab tiang sudah retak dan plafon di sejumlah ruangan ambruk. Kondisi tersebut membuat siswa dan guru was-was saat proses belajar mengajar berlangsung karena mengancam keselamatan.

Pantauan infoSulsel, Rabu (11/9/2025), kondisi fisik sekolah di Jalan KH Sanusi Maggu, Kelurahan Kampung Pisang, Kecamatan Soreang itu rusak berat karena tiang rangka besi gedung berlantai dua itu sudah keropos. Cat dan plester semen bangunan sekolah juga terlepas.

Sejumlah plafon di ruangan guru dan kantor sudah ambruk. Plester semen lantai dua terkelupas sehingga rangka besi terlihat sudah karatan.

Diketahui, siswa SDN 14 Parepare menempati lantai satu untuk proses belajar mengajar. Sementara lantai dua merupakan milik SDN 26 Parepare.

“Kondisinya memang sangat memprihatin kami dan anak-anak. Karena kami disini sangat takut kalau misalnya ada pecahan-pecahan batu dari lantai dua turun ke bawah mengenai murid kami,” kata Kepala SDN 14 Parepare, Darmawaty kepada infoSulsel di lokasi.

Dia mengaku sempat meminta pandangan tukang terkait kondisi bangunan sekolah tersebut. Tukang lantas menyarankan agar gedung sekolah dikosongkan karena sudah miring.

“Saya minta pendapat sama tukang batu, katanya bangunan ini sudah gagal konstruksi. Katanya sudah agak miring. Dia minta ruangan ini segera ditinggalkan,” bebernya.

Dia mengungkapkan, gedung lantai dua sekolah yang rusak itu luasnya sekitar 9×7 meter. Kerusakan terjadi di lantai satu maupun lantai dua gedung.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

“Yang rusak itu ruangan guru, ruangan kepala sekolah dan WC lantai 1 dan lantai 2, SD 14 dan SD 26,” terangnya.

Darmawaty melanjutkan, sejumlah plafon gedung itu sudah rubuh. Rangka besi plafon dan betonnya sudah keropos.

“Iya, betul. Plafon di lantai 2 itu sudah hampir rusak juga. Hampir rusak semua di dalamnya. Di dalam itu hampir rubuh semua,” katanya.

Lebih lanjut, Darmawaty mengatakan, para guru tidak punya pilihan ruangan lain yang strategis untuk menjalankan aktivitas. Pasalnya ruangan alternatif di perpustakan jauh untuk memantau aktivitas siswa.

“Iya, kami untuk sementara masih di sini. Karena kami selalu perbaiki-perbaiki tempel-tempel supaya tidak terlalu mengkhawatirkan untuk kami tempati,” pungkasnya.