Dosen Universitas Muhammadiyah Sorong (UNAMIN) menerapkan inovasi pengelolaan gaharu untuk memberdayakan petani di Kampung Fafi, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Inovasi ini dilakukan melalui penyuntikan inokulum gaharu jenis Acremonium sp.
Kegiatan pemberdayaan ini merupakan bagian dari Program Kemitraan Masyarakat Berbasis Riset dan Inovasi melalui program Kosabangsa tahun 2025. Program ini difokuskan pada penerapan teknologi tepat bagi masyarakat petani di wilayah Papua Barat Daya.
“Kegiatan pemberdayaan melalui inokulasi gaharu ini berawal dari keresahan masyarakat petani, yang telah membudidayakan pohon gaharu selama lebih dari 12 tahun namun belum pernah memperoleh hasil berupa resin atau gubal gaharu,” ujar Ketua Pelaksana Ihsan Febriadi SHut MP dalam keterangannya, Rabu (5/11/20225).
“Keresahan inilah yang menjadi titik tolak lahirnya kegiatan pemberdayaan melalui inovasi inokulasi gaharu, sebagai upaya nyata menghadirkan solusi ilmiah bagi persoalan yang telah lama dihadapi petani,” sambungnya.
Ihsan menjelaskan inovasi berupa inokulum Acremonium sp adalah jamur yang mampu merangsang pembentukan resin atau gubal gaharu. Dia menyebut inovasi ini merupakan hasil riset dan kekayaan intelektual milik Dr Amilda Auri SHut MSc selaku pakar kehutanan yang fokus pada pengembangan produk hasil hutan non-kayu.
“Melalui penyuntikan inokulum Acremonium sp ini, kami berharap dapat mempercepat proses pembentukan resin gaharu dan menghasilkan produk dengan mutu yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan pendapatan kelompok tani,” jelasnya.
Selain bagi petani, kata Ihsan, program ini juga berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dengan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah gaharu, kegiatan ini mendukung SDG 1 yaitu tanpa kemiskinan dan SDG 8, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.
“Dari sisi riset dan teknologi, kegiatan ini sejalan dengan SDG 9 yaitu industri, inovasi, dan infrastruktur. Penerapan inovasi ini menunjukkan pemanfaatan hasil penelitian untuk mengembangkan produk hasil hutan bernilai tinggi,” terangnya.
“Selain itu, teknologi inokulum Acremonium sp juga mendukung SDG 12 yaitu konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Proses ini menekankan efisiensi dan keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, Ihsan mengatakan kegiatan pemberdayaan ini turut memperkuat SDG 15 terkait ekosistem daratan. Budidaya gaharu yang ramah lingkungan disebut dapat mendukung pelestarian hutan serta pengelolaan ekosistem darat yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, Ihsan berharap program ini dapat menjadi contoh pengembangan budidaya gaharu di wilayah lainnya. Dia juga berharap program pemberdayaan ini dapat memperkuat sinergisitas antara peneliti, pemerintah, dan masyarakat dalam membangun sistem pertanian dengan daya saing yang tinggi.
“Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, program Kosabangsa terus berkomitmen menjadi jembatan antara riset akademik dan kebutuhan masyarakat, guna mewujudkan pertanian dan kehutanan berkelanjutan di tanah Papua,” ringkasnya.
Sementara itu, petani menyambut baik inisiatif program pemberdayaan yang ditawarkan. Ketua Kelompok Tani Roberth mengungkapkan bahwa program tersebut membawa harapan bagi para petani.
“Kami sangat terbantu dengan adanya program (Kosabangsa) ini. Inovasi Acremonium sp memberikan harapan baru bagi kami untuk memperoleh hasil panen gaharu yang lebih optimal,” ujar Roberth.
Kegiatan pemberdayaan ini mendapatkan pendanaan dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian (DPPM) melalui Program Kosabangsa 2025. Sehingga dengan semangat kolaborasi dan inovasi, program Kosabangsa diharapkan dapat menjadi jembatan antara riset akademik dan kebutuhan masyarakat, guna mewujudkan pertanian dan kehutanan berkelanjutan di tanah Papua.
