Cara Mengirim Al-Fatihah untuk Almarhum & Almarhumah serta Waktu Mustajabnya

Posted on

Membacakan Al-Fatihah adalah salah satu bentuk penghormatan dan kasih sayang bagi orang-orang yang sudah meninggal. Oleh karena itu, membaca Al-Fatihah untuk orang yang meninggal dianjurkan dalam Islam.

Melansir dari infoHikmah, selain menjadi pahala bagi mereka, membacakan Al-Fatihah juga diyakini mampu menolong mereka dari siksa kubur. Menurut beberapa ulama, membaca Al-Fatihah untuk ruh seseorang bahkan dicontohkan dalam berbagai tradisi keilmuan Islam.

Mengirimkan Al-Fatihah bagi orang yang telah meninggal juga menjadi pengingat pentingnya mendoakan sesama muslim yang telah berpulang lebih dulu mendahului kita.

Lantas, bagaimana cara mengirimkan Al-Fatihah untuk almarhum dan almarhumah yang sesuai dengan ajaran Islam? Simak berikut ini penjelasan lengkapnya!

Menyadur buku ‘Jalan ke Hadirat Allah’ karya Syamsul Rijal Hamid, Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur Rahimahullah menukil dari Fatawa Sayyid Al-Allamah Abdullah bin Husein Bilfaqih, menyatakan: “Bagi orang yang membacakan Fatihah untuk ruh seseorang sebaiknya mengawalinya dengan, ‘kepada ruh si Fulan bin Fulan’.

Ibnu Umar RA mengatakan, Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang dari kalian meninggal dunia janganlah kalian tahan, segeralah antarkan kuburnya, dan bacakanlah di dekat kepalanya surah Al-Fatihah.” (HR Baihaqi dan Thabrani)

Hadits tersebut menunjukkan kebolehan mengirim Al-Fatihah kepada orang yang sudah meninggal. Itulah yang juga menjadi landasan bagi sebagian besar ulama untuk mengirim bacaan Al-Fatihah kepada Rasulullah SAW dalam setiap membuka suatu acara.

Berikut tata cara mengirim Al-Fatihah untuk almarhum/almarhumah sebagaimana dikutip dari buku Merayakan Khilafiyah Menuai Rahmat Ilahiah karya Zikri Darussamin & Rahman:

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ

Arab Latin: Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm(i). Al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn(a). Ar-raḥmānir-raḥīm(i). Māliki yaumid-dīn(i). Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn(u), Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm(a). Ṣirāṭal-lażīna an’amta ‘alaihim, gairil-magḍūbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn(a).

Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Pemilik hari Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Bimbinglah kami ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.” (QS Al-Fatihah: 1-7)

Selain membacakan Al-Fatihah, dapat pula dirangkaian dengan membaca doa khusus untuk almarhum/almarhumah agar diampuni dosa-dosanya.

Berikut doa yang bisa dibacakan untuk orang yang sudah meninggal sebagaimana dikutip dari buku Fiqih Doa & Dzikir Jilid 2 oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin al-Badr:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ، وَعَافِهِ، وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقْهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرٌ مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

Arab Latin: Allāhummaghfir lahu, warhamhu, wa ‘āfihi, wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’ mudkhalahu, waghsilhu bil-mā’i wath-thalji wal-barad, wa naqqihi minal-khaṭāyā kamā naqqaytat-thawbal-abyaḍa minad-danas, wa abdilhu dāran khairan min dārihi, wa ahlan khairan min ahlihi, wa zawjan khairan min zawjihi, wa adkhilhul-jannah, wa a’idhhu min ‘adhābil-qabr, wa min ‘adhābin-nār.

Artinya: “Ya Allah, berilah ampunan kepadanya dan rahmatilah dia, berilah dia afiat dan maafkanlah, muliakan jamuannya, luaskan tempat masuknya, cucilah dia dengan air, salju, dan embun, dan sucikanlah dia dari kesalahan-kesalahan, sebagaimana engkau menyucikan pakaian putih dari kotoran, dan gantikanlah untuknya tempat yang lebih baik daripada tempatnya, keluarga yang lebih baik daripada keluarganya, pasangan yang lebih baik daripada pasangannya, dan masukkanlah dia ke surga, dan lindungilah dia dari azab kubur, dan dari azab neraka.”

Dalam hadits, tidak ditemukan penjelasan terkait waktu mustajab untuk mengirim Al-Fatihah kepada orang meninggal dunia. Karena pada dasarnya, doa dapat dibacakan kapan saja.

Kendati demikian, kita dapat memanjatkan doa pada waktu-waktu utama. Dengan begitu, peluang doa kita dikabulkan menjadi semakin besar.

Menyadur dari buku Agar Doa Selalu Dikabulkan Allah susunan Muhammad Syafi’ie el-Bantanie, berikut waktu-waktu mustajab untuk mengirim doa:

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap malam Allah turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lalu Dia berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.'” (HR Bukhari dan Muslim)

Anas RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Doa yang dipanjatkan di antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak.” (HR Ahmad dan Dawud)

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah melaksanakan salat sunnah empat rakaat sebelum Dzuhur (setelah adzan dan sebelum iqamah). Beliau kemudian bersabda, “Inilah waktu ketika pintu-pintu langit terbuka, dan pada saat seperti ini aku senang melakukan amal saleh agar naik ke langit.” (HR Tirmidzi dan Ahmad)

Pada saat sujud, baik dalam salat maupun di luar salat, adalah waktu yang mustajab untuk berdoa. Pada momen tersebutlah seorang hamba berada pada jarak yang paling dekat dengan Allah SWT.

Umamah Al-Bahili pernah bertanya kepada Rasulullah SAW. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, doa pada waktu apakah yang akan didengar?” Rasulullah menjawab, “Pada sepertiga malam terakhir dan setelah selesai salat fardhu.” (HR. Tirmidzi dan Nasa’i)

Abu Burdah bin Abu Musa Al-Asy’ari menuturkan, “Abdullah bin Umar berkata kepadaku, ‘Apakah engkau mendengar dari ayahmu yang diceritakan oleh Rasulullah tentang hari Jumat, yaitu waktu diterimanya doa?’ Abu Burdah menjawab, ‘Ya, aku mendengar beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Yaitu antara duduknya imam hingga selesai salat.’ Abu Dawud berkata, ‘Yaitu duduk di atas mimbar’.” (HR Muslim dan Abu Dawud)

Cara Mengirim Al Fatihah untuk Almarhum & Almarhumah

Bacaan Surah Al-Fatihah

Bacaan Doa untuk Almarhum dan Almarhumah

Waktu Mustajab Mengirimkan Al-Fatihah untuk Orang Meninggal

1. Sepertiga Malam Terakhir (Saat Qiyamul Lail)

2. Antara Adzan dan Iqamah

3. Saat Sedang Sujud

4. Setiap Selesai Salat Fardhu

5. Pada Hari Jumat (Saat Khatib Duduk di Antara 2 Khutbah)