Kabupaten Bone menjadi daerah terbaik ketiga dalam penanganan stunting di Sulawesi Selatan (Sulsel). Capaian ini menjadi bukti keseriusan pemerintah daerah dalam menjalankan program strategis penurunan stunting.
“Komitmen Pemerintah Kabupaten Bone menuju zero stunting terus dilakukan, dan hasilnya mulai terlihat. Mudah-mudahan target tersebut segera terwujud,” ujar Bupati Bone Andi Asman Sulaiman dalam keterangannya, Kamis (11/12/2025).
Dalam rilis Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Bone berada di urutan ke-42 dari 197 kabupaten/kota berkinerja baik dalam pencegahan dan percepatan penurunan stunting tahun 2025. Sedangkan di Sulsel, Bone cuma kalah dari Kabupaten Soppeng dan Kota Makassar.
Andi Asman mengatakan penanganan stunting menjadi prioritas utama sejak dirinya menjabat Bupati Bone. Hal itu dilakukan dengan kolaborasi lintas sektor mulai dari layanan kesehatan, edukasi keluarga, penguatan gizi, hingga sinergi dengan pemerintah desa.
“Keberhasilan ini merupakan buah kerja keras dinas terkait, tenaga kesehatan, pemerintah kecamatan dan desa, serta kader posyandu di seluruh wilayah Bone. Prestasi ini harus menjadi motivasi untuk terus lebih baik, sehingga target zero stunting dapat segera diwujudkan,” katanya.
Dia menerangkan peringkat ketiga di Sulsel ini menandai bahwa arah kebijakan penanganan stunting di Bone berjalan pada jalur yang tepat. Meski demikian, dia menegaskan bahwa targetnya harus zero stunting.
“Fokus utama tetap pada komitmen menjadikan Bone sebagai daerah bebas stunting untuk mewujudkan generasi masa depan yang sehat, kuat, dan berkualitas. Kita target zero stunting,” jelasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Bone drg Yusuf Tolo menambahkan, pemerintah daerah selama ini gencar melakukan intervensi untuk menurunkan angka stunting. Di antaranya melakukan pemeriksaan anemia bagi remaja putri, pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri, pemeriksaan 6 kali kepada ibu selama hamil, pemberian tablet tambah darah ibu hamil.
“Selain itu kami juga memberikan makanan bergizi bagi ibu hamil kurang energi kronis, asi eksklusif, dan pemberian makanan tambahan kepada balita. Kemudian peningkatan kunjungan ke posyandu, dan upaya perbaikan sanitasi, dan pencegahan perkawinandini,”ucapnya.
