Alumni UNIM Bone Ngaku Dimintai Rp 1 Juta untuk Perbaikan Ijazah Bermasalah

Posted on

Alumni Universitas Muhammadiyah (UNIM) Bone menyoroti adanya kesalahan penulisan dalam ijazah yang diterbitkan dari kampus. Belakangan, alumni mengaku dimintai uang Rp 1 juta agar perbaikan ijazah itu diproses dan diserahkan kepada wisudawan.

“Bermasalah ki itu ijazah. Masa dari bulan Desember wisuda belum ada ijazah sampai sekarang,” ujar salah seorang alumni berinisial PA kepada infoSulsel, Senin (8/9/2025).

PA yang merupakan alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIM Bone ini mengaku, pihak kampus sudah memberikan ijazah kepada mahasiswa sejak mengikuti wisuda pada Desember 2024. Hanya saja penulisan lokasi di dalam ijazah ternyata ada yang salah.

“Pernah diserahkan dulu, cuman salah-salah semua. Di ijazah itu tertulis Watampoe, harusnya Watampone. Jadi tidak ada mahasiswa mau ambil ijazahnya,” sebutnya.

PA kemudian mempertanyakan ke pihak kampus terkait ijazah yang bermasalah tersebut. PA mengaku sudah bolak-bolak kampus selama dua bulan setelah wisuda mempertanyakan perbaikan namun tidak kunjung diproses.

“Baru pihak kampus minta untuk dilakukan perbaikan, bisa dikerjakan secepatnya tapi membayar orang Rp 1 juta. Itu katanya uang untuk urus ijazah, padahal sebelum kami wisuda sudah kami bayar itu untuk ijazah,” bebernya.

“Tidak bertanggungjawab di kampus, baru yang kerja itu ijazah tidak pernah masuk. Kita butuh ijazah mau ki daftar kerja, masa sudah 9 bulan kita tidak dikasih ijazah,” sambung PA.

Dia mengaku heran ketika diminta untuk membayar biaya perbaikan ijazah. Pasalnya kesalahan penulisan ijazah bukan dari mahasiswa alias wisudawan melainkan ada pada pihak kampus yang menerbitkan ijazah.

“Ini kesalahan bukan dari kita, kenapa kami yang mau membayar lagi. Bukan cuman 1 orang yang salah cetak ijazahnya, semua itu 1 ruangan. Yang jelas tidak ada kejelasan sampai sekarang, ke pihak kampus bilang sabar saja,” jelasnya.

Sementara itu, Dekan FKIP UNIM Bone Andi Suwarni menegaskan, pihak kampus tidak pernah menahan ijazah mahasiswanya. Dia justru heran karena masalah ini tidak langsung dibicarakan mahasiswa ke pihak kampus.

“Tidak ditahan, dari mana informasinya itu. Kenapa tidak langsung ke kampus, kenapa melalui HP. Tidak ada yang menahan ya,” ucap Suwarni.

Suwarni juga membantah soal perbaikan ijazah harus membayar Rp 1 juta. Dia juga meminta untuk mengonfirmasi langsung ke kampus.

“Tidak ada yang dibayar. Maksudnya kalau mau ada konfirmasi begitu langsung ke kampus, jangan ke orang ketiga lagi. Mohon maaf saya layani mahasiswa dulu,” imbuhnya.