Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah yang juga menandai datangnya Tahun Baru Islam. Lebih dari sekadar awal tahun, Muharram termasuk salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” (QS. At-Taubah [9]: 36)
Empat bulan haram tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab, sebagaimana dijelaskan dalam hadits sahih. Pada bulan-bulan tersebut, umat Islam dianjurkan untuk lebih menjaga diri dari maksiat serta memperbanyak amal saleh.[1]
Lantas, apa saja amalan sunnah di bulan Muharram? Berikut ini amalan yang dapat dikerjakan untuk meraih keberkahan di bulan yang mulia.
Sujumlah amalan sunnah yang bisa dikerjakan di bulan Muharram adalah puasa awal Muharram, puasa Tasua, puasa Asyura, mengupas kepala anak yatim, bersedekah, dan memperbanyak istighfar.
Berikut masing-masing uraian amalan-amalan sunnah bulan Muharram lengkap dengan dalilnya:
Berpuasa pada hari pertama bulan Muharram merupakan salah satu amalan sunnah yang dianjurkan untuk mengawali tahun baru Hijriah dengan amal saleh. Puasa ini dikerjakan tepat pada tanggal 1 Muharram.
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR. Muslim).[1]
Pada tahun 2025 ini, 1 Muharram 1447 H jatuh pada hari Jumat, 27 Juni 2025. Adapun niat puasa sunnah Muharram adalah sebagai berikut:
Niat Puasa Awal Muharram
نَوَيْتُ صَوْمَ الشَّهْرِ الْمُحَرَّمِ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma-sy-syahri-l-muharrami sunnata-lillâhi ta’âla.
Artinya: “Saya berniat puasa bulan Muharram sunnah karena Allah Ta’ala.”[2]
Selain pada awal Muharram, umat muslim juga dianjurkan untuk mengerjakan puasa pada tanggal 9 Muharram atau dikenal dengan puasa Tasua. Puasa ini dianjurkan sebagai bentuk penyelisihan terhadap tradisi kaum Yahudi, yang hanya berpuasa pada hari Asyura saja.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, tatkala Rasulullah SAW, Abbas, “Wahai, Rasulullah, ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.” Maka, beliau bersabda, “Tahun depan insya Allah kita akan berpuasa hari kesembilan.” Ibnu Abbas berkata, “Tahun berikutnya belum datang, namun Rasulullah Saw. meninggal terlebih dahulu.” (HR. Muslim).
Puasa Tasua 2025 dikerjakan pada Sabtu, 5 Juli 2025. Berikut adalah niat puasa Tasua:
نَوَيْتُ صَوْمَ تَسُعَاءَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى.
Arab Latin: Naiwaitu shauma tasu’aa-i sunnatan lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Saya berniat puasa sunnah Tasu’a karena Allah Ta’ala.”[1]
Puasa Asyura adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram. Puasa ini merupakan salah satu puasa yang sangat dianjurkan di bulan Muharram.
Puasa Asyura dikerjakan sebagai bentuk penghormatan terhadap kemenangan yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan kaumnya dari kejaran Fir’aun. Beberapa hadits menjelaskan keutamaan puasa ini, antara lain hadits dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa berpuasa di hari Asyura (10 Muharram), maka Allah SWT memberinya pahala 10.000 malaikat. Dan, barang siapa berpuasa di hari Asyura (10 Muharram), maka ia diberi pahala 10.000 orang berhaji dan berumrah dan 10.000 pahala orang mati syahid. Barang siapa mengusap kepala anak-anak yatim di hari tersebut, maka Allah SWT menaikkan dengan setiap rambut satu derajat. Barang siapa memberi makan kepada orang mukmin yang berbuka puasa di hari Asyura, maka seolah-olah ia memberi makan seluruh umat Rasulullah SAW yang berbuka puasa dan mengenyangkan perut mereka.”
Puasa Asyura 2025 jatuh pada Minggu, 6 Juli 2025. Adapun niat puasa Asyura adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُرَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى.
Arab Latin: Naiwaitu shauma ‘aasyura sunnatan lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Saya berniat puasa sunnah Asyura karena Allah Ta’ala.”[1]
Menunjukkan kasih sayang kepada anak yatim, termasuk dengan mengusap kepala mereka, merupakan bentuk perhatian yang sangat dianjurkan di bulan Muharram, terutama pada hari Asyura. Berdasarkan hadits Ibnu Abbas yang telah disebutkan sebelumnya, disebutkan bahwa seseorang yang mengerjakan amalan tersebut akan ditingkatkan derajatnya. Rasulullah SAW bersabda:
“…Barang siapa mengusap kepala anak-anak yatim di hari tersebut, maka Allah SWT menaikkan dengan setiap rambut satu derajat…”[1]
Masih dari hadits dari Ibnu Abbas, amalan saleh lainnya yang dianjurkan di bulan Muharram, khususnya pada hari Asyura (10 Muharram), adalah memberi makan orang mukmin yang berbuka puasa. Amalan ini bisa dilakukan dengan cara sederhana, seperti berbagi takjil, mengundang teman atau keluarga untuk berbuka bersama, atau bersedekah makanan kepada orang yang membutuhkan.[1]
Ibnu Qayyim al-Jauziyah dan sejumlah ulama lainnya berpendapat bahwa disunnahkan berpuasa juga pada tanggal 11 Muharram, selain tanggal 9 (Tasu’a) dan 10 (Asyura). Pendapat ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Berpuasalah pada hari Asyura dan berbedalah dengan kaum Yahudi, dengan berpuasa satu hari sebelumnya dan satu hari sesudahnya.” (HR. Ahmad).[1]
Niat Puasa 11 Muharram
نَوَيْتُ صَوْمَ الشَّهْرِ الْمُحَرَّمِ سُنَّةَ لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma-sy-syahri-l-muharrami sunnata-lillâhi ta’âla.
Artinya: “Saya berniat puasa bulan Muharram sunnah karena Allah Ta’ala.”[2]
Di bulan Muharram, umat muslim juga dianjurkan untuk memperbanyak permohonan ampun kepada Allah SWT. Salah satu bacaan istighfar yang paling utama dan sangat dianjurkan adalah sayyidul istighfar.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi, maka ia termasuk penghuni surga.” (HR. Bukhari no. 6.306)
Berikut ini bacaan sayyidul istighfar:
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنتَ.
Arab Latin: Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illa anta khalaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu. A-‘uudzu bika min syarri maa shana’tu abuu-u laka bini’matika ‘alayya wa abuu-u laka bi-dzanbii, faghfirlii fa innahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta.
Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak diibadahi selain Engkau. Engkau telah Menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji- Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui dosaku kepada- Mu dan aku akui nikmat-Mu kepadaku, maka ampunilah aku. Sebab, tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain-Mu.”[3]
Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa sunnah yang dilakukan setiap tanggal 13, 14, dan 15 pada bulan Hijriah. Puasa ini merupakan salah satu amalan saleh yang dianjurkan untuk dilakukan secara rutin setiap bulan, termasuk di bulan Muharram. .
Dalam sejumlah hadits, Rasulullah SAW menekankan keutamaan puasa Ayyamul Bidh. Salah satunya tertuang dalam wasiat beliau kepada sahabat Abu Hurairah RA:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَوْصَانِي خَلِيلِي بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّاامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْر
“Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Kekasihku (Rasulullah SAW) mewasiatkan padaku tiga nasehat yang aku tidak pernah meninggalkannya hingga aku mati, yaitu berpuasa tiga hari setiap bulan (ayyamul bidh), mengerjakan sholat Dhuha, dan mengerjakan shalat Witir sebelum tidur.” (HR Bukhari no 1178)[4]
Nah untuk memudahkan infoers dalam menjalankan ibadah di bulan Muharram, berikut ini infoSulsel menyajikan kalender Muharram 1447 H yang telah dikonversi ke dalam kalender Masehi. Berikut ini link unduh-nya:
==>
Itulah beberapa amalan yang bisa dikerjakan di bulan Muharram. Jangan lewatkan kesempatan meraih pahala di bulan yang penuh kemuliaan ini!
Referensi:
[1] Buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun karya Ustaz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid
[2] Buku Meraih Surga dengan Puasa karya H Herdiansyah Achmad Lc,
[3] Buku Doa & Dzikir Sepanjang Tahun karya H Hamdan Hamedan, M A
[4] Laman MUI, Puasa Ayyamul Bidh, Niat dan Keutamaannya