5 Kuliner Esktrem Khas Minahasa: Paniki Kelelawar hingga Tongseng Biawak

Posted on

Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara dikenal sebagai wilayah dengan berbagai hidangan kuliner ekstrem. Hewan-hewan yang tak lazim dikonsumsi seperti kelelawar, anjing, hingga biawak menjadi hal lumrah di sana.

Melansir dari infoFood, kuliner ekstrem di Minahasa tak hanya menjadi santapan sehari-hari. Beberapa jenis hidangan bahkan disajikan dalam acara-acara khusus seperti pesta maupun upacara keagamaan.

Paniki merupakan salah satu hidangan yang sangat popular di Minahasa. Hidangan ini dibuat dari olahan kelelawar.

Di Minahasa, populasi kelelawar memang sangat banyak. Hal inilah yang membuat masyarakat menjadikan kelelawar sebagai salah satu bahan pangan untuk disantap sehari-hari.

Kelelawar yang ditangkap biasanya akan bersihkan bulunya, lalu dikeringkan. Di Minahasa, daging kelelawar ini dijual secara bebas di pasar tradisional.

Daging kelelawar inilah yang menjadi bahan utama pembuatan kuliner tradisional bernama paniki.

Dalam proses pembuatannya, kelelawar diolah bersama santan dan bumbu pedas. Masyarakat setempat memiliki trik khusus dengan memanfaatkan rempah daun yang dipercaya dapat mengurangi aroma khas dari kelelawar.

Tikus merupakan salah satu jenis hewan yang dianggap sebagai hama. Keberadaannya sering dianggap sebagai pengganggu karena bisa menyebabkan berbagai kerusakan di rumah.

Namun di minahasa, hewan ini justru menjadi santapan bagi masyarakat. Cara pengolahannya yang paling populer adalah dengan dipanggang.

Sama seperti kelelawar, daging tikus ini bisa ditemukan dengan mudah di pasar-pasar tradisional. Tikus yang dijual biasanya yang berukuran cukup besar dan dalam kondisi sudah bersih kulitnya.

Ada juga beberapa penjual yang menjual daging tikus ini dalam kondisi sudah dipanggang. Agar daging tikus ini tak amis dan aromanya lebih harum, ada racikan bumbu khas yang biasa digunakan masyarakat setempat.

Kuliner ekstrem selanjutnya ada RW yang merupakan singkatan dari Rintek Wuuk. Tak hanya di Minahasa, hidangan yang satu ini juga populer sampai ke beberapa daerah lainnya.

RW dibuat dari olahan daging anjing. Penyajian kuliner ini memiliki ciri khas penggunaan rempah yang banyak dan rasanya yang pedas.

Daging anjing yang sudah dibersihkan dipotong menjadi bagian-bagian kecil agar bumbunya lebih mudah menyerap. Bagi masyarakat Minahasa, semakin pedas RW akan dianggap semakin enak rasanya.

Kuliner ekstrem ini memang tak sepopuler hidangan lainnya. Namun, sebagian warga Minahasa ada yang menyantap hidangan dari olahan daging kucing ini.

Cara pengolahannya mirip dengan daging anjing. Kucing-kucing yang ditangkap dan dimasak ini berasal dari kucing liar.

Sebelum dimasak, daging kucing dipanggang terlebih dahulu hingga kering dan digoreng supaya aroma khasnya hilang.

Bumbu dan rempah yang digunakan untuk memasaknya pun mirip dengan RW. Tekstur daging kucing ini disebut lebih lunak dan menyerap bumbu dan rempah lebih baik daripada daging anjing.

Tongseng merupakan makanan khas dari Pulau Jawa yang biasanya dibuat dari olahan daging ayam atau kambing yang dimasak dengan kuah berempah. Namun di Minahasa, kuliner ini dibuat dari jenis daging yang tak lazim digunakan masyarakat pada umumnya.

Masyarakat Minahasa biasanya membuat tongseng dengan bahan utama daging biawak liar. Untuk rempah yang digunakan pun tak jauh berbeda, namun dibuat lebih pekat agar daging biawak tak amis.

Cara memasak daging biawak mirip dengan daging ular, kulitnya dibakar terlebih dahulu agar mudah dikelupas. Tekstur daging biawak ini konon cukup lembut menyerupai daging ayam.

5 Kuliner Ekstrem Khas Minahasa

1. Paniki Kelelawar

2. Tikus Panggang

3. RW

4. Daging Kucing

5. Tongseng Biawak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *