Universitas Hasanuddin (Unhas) menjadi tuan rumah Program Ajakan Industri 2026. Program ini dirancang untuk memperkuat kolaborasi riset antara perguruan tinggi dan dunia industri.
Kegiatan ini diselenggarakan Direktorat Hilirisasi dan Kemitraan, bagian Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan (Risbang), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek). Kegiatan berlangsung di Aula Prof Baharuddin Lopa, Fakultas Hukum, Kampus Unhas Tamalanrea, Rabu (3/12/2025).
Ketua Panitia sekaligus Direktur Inovasi dan Kekayaan Intelektual Unhas Asmi Citra Malina mengatakan kegiatan ini menghadirkan beragam pelaku industri, mulai dari usaha kecil, menengah, hingga perusahaan besar. Tercatat sebanyak 115 perusahaan berbadan PT, 50 CV, dan 175 usaha kecil, termasuk 12 perusahaan Unhas.
“Forum ini menjadi ruang strategis bagi para peneliti untuk memperkuat proses hilirisasi melalui kolaborasi riset. Para pelaku industri dapat menyampaikan kebutuhan secara langsung, membuka peluang kerja sama dengan perguruan tinggi, sekaligus menyediakan dukungan pendanaan,” kata Asmi dalam keterangannya.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Diharapkan melalui sinergi ini lahir kegiatan riset yang memperkuat kapasitas akademik perguruan tinggi dan menghasilkan inovasi yang dapat langsung dimanfaatkan oleh industri. Kolaborasi ini menjadi landasan lahirnya hilirisasi, meningkatkan daya saing, serta menghadirkan solusi yang relevan bagi kebutuhan dunia usaha.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Keuangan, Subehan mengungkap Unhas memiliki kapasitas, jejaring, dan infrastruktur riset yang kuat. Oleh karena itu, sudah selayaknya Unhas menjadi tuan rumah bagi forum kolaborasi industri dan akademisi.
Selama ini, berbagai perusahaan telah menjadikan Unhas sebagai tujuan untuk membahas peluang hilirisasi. Hal ini menunjukkan kepercayaan besar terhadap potensi riset dan inovasi yang dimiliki Unhas.
“Forum seperti ini sangat penting untuk memastikan hasil riset tidak berhenti pada tahap dasar, tetapi memiliki jalan menuju penerapan, komersialisasi, dan pemanfaatan luas. Banyak contoh produk hilirisasi yang lahir dari ruang akademik, misalnya saja produk inovasi ‘Jagung Jago’ Unhas yang telah terhilirisasi kepada masyarakat,” kata Subehan.
Subehan mengingatkan para peserta agar memanfaatkan kegiatan ini sebagai ruang strategis memperluas jejaring sekaligus merancang penelitian kolaboratif yang benar-benar relevan dengan kebutuhan industri. Dalam kegiatan ini, peserta memiliki kesempatan memahami secara langsung tantangan, serta arah pengembangan teknologi yang diharapkan pelaku usaha.
Direktur Hilirisasi dan Kemitraan Yos Sunitiyoso secara resmi membuka kegiatan ini. Dia mengungkap kegiatan ini merupakan pelaksanaan yang kelima dan tercatat sebagai yang paling banyak pesertanya, menunjukkan tingginya antusiasme dan komitmen berbagai pihak.
Yos Sunitiyoso sempat membawakan materinya terkait sinergi membangun negara melalui hilirisasi riset. Dia menegaskan dalam materinya bahwa hilirisasi riset menjadi salah satu kunci penting dalam mempercepat pembangunan nasional.
Dia mengatakan diperlukan sinergi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah untuk memastikan hasil penelitian tidak berhenti pada tahap laboratorium. Dia ingin hasil penelitian berkembang menjadi inovasi yang memberi nilai tambah bagi masyarakat.
“Penguatan kemitraan antara perguruan tinggi dan industri menjadi langkah konkrit dalam memperkecil inovation gap dan meningkatkan daya saing nasional. Melalui sinergi yang terbangun, hilirisasi riset dapat menjadi motor penggerak transformasi ekonomi. Kolaborasi yang efektif akan menghadirkan inovasi yang aplikatif, memperkuat perekonomian nasional,” katanya.
Program Ajakan Industri 2026 merupakan inisiatif kolaboratif antara perguruan tinggi dan dunia industri untuk menghasilkan solusi teknologi yang dapat langsung dimanfaatkan oleh perusahaan. Melalui pendanaan bersama pemerintah dan sektor industri, program ini dirancang untuk mendorong percepatan hilirisasi hasil riset sehingga teknologi yang dikembangkan dapat segera diterapkan dan dikomersialisasikan di dunia usaha.
Memasuki tahun kedua pelaksanaannya pada 2026, program ini semakin diperkuat oleh dukungan pendanaan kolaboratif melalui LPDP. Hal tersebut membuka peluang yang lebih luas bagi perguruan tinggi dan mitra industri untuk memperluas jangkauan riset sekaligus memberikan manfaat nyata bagi peningkatan daya saing nasional.







