Idul Adha merupakan salah satu momen istimewa yang paling dinantikan umat Islam. Selain identik dengan penyembelihan hewan kurban, momen ini juga umat Islam melaksanakan sholat Idul Adha secara berjamaah.
Tata cara sholat Idul Adha memiliki sedikit perbedaan dengan sholat fardu, terutama dalam jumlah takbirnya. Selain gerakan juga terdapat bacaan tertentu yang dilafazkan saat sholat Idul Adha.
Untuk itu, umat Islam perlu memahami tata caranya dengan baik sebelum melaksanakannya. Nah, berikut ini infoSulsel menyajikan panduan lengkap tentang tata cara sholat Idul Adha. Yuk, disimak!
Berikut ini panduan lengkap cara sholat Idul Adha setiap rakaatnya yang dirangkum dari buku “Tuntunan Lengkap 99 Salat Sunah Superkomplet” karya Ibnu Watiniyah dan buku “Fiqih Islam Terjemahan Matan Al-Ghayah Wa At-Taqrib oleh M Jauharul Eka Mawahib dan Siti Sulaikho, M Pd:
1. Membaca niat sholat Idul Adha;
2. Takbiratul ihram;
3. Membaca doa iftitah;
4. Takbir tambahan sebanyak (7 kali). Setiap jeda takbir, umat muslim membaca doa berikut ini:
سُبْحَانَ اللهِ وَالحَمْدُ لِلهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Arab Latin: Subhânallâh, walhamdulillâh, walâ ilâha illallâh, wallâhu akbar.
Artinya: Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Mahabesar.”
atau juga bisa membaca takbir di bawah ini:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Arab Latin: Allâhu akbar kabîrâ, wal hamdu lillâhi katsîrâ, wa subhanallâhi bukrataw wa ashîlâ.
Artinya: “Allah Mahabesar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Mahasuci Allah, pada pagi dan petang.”
5. Membaca surah Al-Fatihah. Berikut ini bacaan doa Al-Fatihah:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ١اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ ٤اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ٥اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ٦صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ ٧
Arab Latin: Bismillâhir-raḫmânir-raḫîm. Al-ḫamdu lillâhi rabbil-‘âlamîn. Ar-raḫmânir-raḫîm. Mâliki yaumid-dîn. Iyyâka na’budu wa iyyâka nasta’în. Ihdinash-shirâthal-mustaqîm. Shirâthalladzîna an’amta ‘alaihim ghairil-maghdlûbi ‘alaihim wa ladl-dlâllîn.
Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, pemilik hari Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Bimbinglah kami ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.”
6. Setelah membaca surah Al-Fatihah, kemudian dilanjut dengan membaca surah Al-A’la. Berikut ini bacaannya:
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْاَعْلَىۙ ١الَّذِيْ خَلَقَ فَسَوّٰىۖ ٢وَالَّذِيْ قَدَّرَ فَهَدٰىۖ ٣وَالَّذِيْٓ اَخْرَجَ الْمَرْعٰىۖ ٤ فَجَعَلَهٗ غُثَاۤءً اَحْوٰىۖ ٥سَنُقْرِئُكَ فَلَا تَنْسٰىٓۖ ٦اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُۗ اِنَّهٗ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفٰىۗ ٧وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرٰىۖ ٨فَذَكِّرْ اِنْ نَّفَعَتِ الذِّكْرٰىۗ ٩سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَّخْشٰىۙ ١٠وَيَتَجَنَّبُهَا الْاَشْقَىۙ ١١الَّذِيْ يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرٰىۚ ١٢ثُمَّ لَا يَمُوْتُ فِيْهَا وَلَا يَحْيٰىۗ ١٣قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكّٰىۙ ١٤وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهٖ فَصَلّٰىۗ ١٥بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيٰوةَ الدُّنْيَاۖ ١٦وَالْاٰخِرَةُ خَيْرٌ وَّاَبْقٰىۗ ١٧اِنَّ هٰذَا لَفِى الصُّحُفِ الْاُوْلٰىۙ ١٨صُحُفِ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰىࣖ ١٩١٩
Arab Latin: Sabbiḫisma rabbikal-a’lâ. Alladzî khalaqa fa sawwâ. Walladzî qaddara fa hadâ. Walladzî akhrajal-mar’â. Fa ja’alahû ghutsâ’an aḫwâ. Sanuqri’uka fa lâ tansâ. Illâ mâ syâ’allâh, innahû ya’lamul-jahra wa mâ yakhfâ. Wa nuyassiruka lil-yusrâ. Fa dzakkir in nafa’atidz-dzikrâ. Sayadzdzakkaru may yakhsyâ. Wa yatajannabuhal-asyqâ. Alladzî yashlan-nâral-kubrâ. Tsumma lâ yamûtu fîhâ wa lâ yaḫyâ. Qad aflaḫa man tazakkâ. Wa dzakarasma rabbihî fa shallâ. Bal tu’tsirûnal-ḫayâtad-dun-yâ. Wal-âkhiratu khairuw wa abqâ. Inna hâdzâ lafish-shuḫufil-ûlâ. Shuḫufi ibrâhîma wa mûsâ.
Artinya: “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi, yang menciptakan, lalu menyempurnakan (ciptaan-Nya), yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, dan yang menumbuhkan (rerumputan) padang gembala, lalu menjadikannya kering kehitam-hitaman. Kami akan membacakan (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) sehingga engkau tidak akan lupa. Kecuali jika Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. Kami akan melapangkan bagimu jalan kemudahan (dalam segala urusan). Maka, sampaikanlah peringatan jika peringatan itu bermanfaat. Orang yang takut (kepada Allah) akan mengambil pelajaran, sedangkan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya, (yaitu) orang yang akan memasuki api (neraka) yang besar. Selanjutnya, dia tidak mati dan tidak (pula) hidup di sana. Sungguh, beruntung orang yang menyucikan diri (dari kekafiran) dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia salat. Adapun kamu (orang-orang kafir) mengutamakan kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya (penjelasan) ini terdapat dalam suhuf (lembaran-lembaran) yang terdahulu, (yaitu) suhuf (yang diturunkan kepada) Ibrahim dan Musa.”
7. Kemudian rukuk;
8. I’tidal;
9. Sujud pertama;
10. Duduk di antara dua sujud;
11. Sujud kedua;
12. Berdiri dan takhir intiqal (takbir yang mengiringi bangun dari posisi duduk ke posisi diri).
1. Takbir tambahan sebanyak 5 kali. Sama seperti rakaat pertama, di setiap jeda takbir. Doanya sama seperti di rakaat pertama.
2. Membaca surah Al-Fatihah;
3. Membaca surah Al-Ghasyiyah. Berikut ini bacaannya;
هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ الْغَاشِيَةِۗ ١وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ خَاشِعَةٌۙ ٢عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌۙ ٣تَصْلٰى نَارًا حَامِيَةًۙ ٤تُسْقٰى مِنْ عَيْنٍ اٰنِيَةٍۗ ٥لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ اِلَّا مِنْ ضَرِيْعٍۙ ٦لَّا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِيْ مِنْ جُوْعٍۗ ٧وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاعِمَةٌۙ ٨لِّسَعْيِهَا رَاضِيَةٌۙ ٩فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍۙ ١٠لَّا تَسْمَعُ فِيْهَا لَاغِيَةًۗ ١١فِيْهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌۘ ١٢فِيْهَا سُرُرٌ مَّرْفُوْعَةٌۙ ١٣وَّاَكْوَابٌ مَّوْضُوْعَةٌۙ ١٤وَّنَمَارِقُ مَصْفُوْفَةٌۙ ١٥وَّزَرَابِيُّ مَبْثُوْثَةٌۗ ١٦اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ ١٧وَاِلَى السَّمَاۤءِ كَيْفَ رُفِعَتْۗ ١٨وَاِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْۗ ١٩وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْۗ ٢٠فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ ٢١لَّسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍۙ ٢٢اِلَّا مَنْ تَوَلّٰى وَكَفَرَۙ ٢٣فَيُعَذِّبُهُ اللّٰهُ الْعَذَابَ الْاَكْبَرَۗ ٢٤اِنَّ اِلَيْنَآ اِيَابَهُمْ ٢٥ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْࣖ ٢٦
Arab Latin: Tashlâ nâran ḫâmiyah. Tusqâ min ‘ainin âniyah. Laisa lahum tha’âmun illâ min dlarî’. Lâ yusminu wa lâ yughnî min jû’. Wujûhuy yauma’idzin nâ’imah. Lisa’yihâ râdliyah. Fî jannatin ‘âliyah. Lâ tasma’u fîhâ lâghiyah. Fîhâ ‘ainun jâriyah. Fîhâ sururum marfû’ah.
Wa akwâbum maudlû’ah. Wa namâriqu mashfûfah. Wa zarâbiyyu mabtsûtsah. A fa lâ yandhurûna ilal-ibili kaifa khuliqat. Wa ilas-samâ’i kaifa rufi’at. Wa ilal-jibâli kaifa nushibat. Wa ilal-ardli kaifa suthiḫat.
Fa dzakkir, innamâ anta mudzakkir. Lasta ‘alaihim bimushaithir. Illâ man tawallâ wa kafar. Fa yu’adzdzibuhullâhul-‘adzâbal-akbar. Inna ilainâ iyâbahum. Tsumma inna ‘alainâ ḫisâbahum.
Artinya: “Sudahkah sampai kepadamu berita tentang al-Gāsyiyah (hari Kiamat yang menutupi kesadaran manusia dengan kedahsyatannya)? Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk hina (karena) berusaha keras (menghindari azab neraka) lagi kepayahan (karena dibelenggu). Mereka memasuki api (neraka) yang sangat panas. (Mereka) diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas. Tidak ada makanan bagi mereka selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar. Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri, merasa puas karena usahanya. (Mereka) dalam surga yang tinggi. Di sana kamu tidak mendengar (perkataan) yang tidak berguna. Di sana ada mata air yang mengalir. Di sana ada (pula) dipan-dipan yang ditinggikan, gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya), bantal-bantal sandaran yang tersusun, dan permadani-permadani yang terhampar. Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Bagaimana langit ditinggikan? Bagaimana gunung-gunung ditegakkan? Bagaimana pula bumi dihamparkan? Maka, berilah peringatan karena sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) hanyalah pemberi peringatan. Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. Akan tetapi, orang yang berpaling dan kufur, Allah akan mengazabnya dengan azab yang paling besar. Sesungguhnya kepada Kamilah mereka kembali. Kemudian, sesungguhnya Kamilah yang berhak melakukan hisab (perhitungan) atas mereka.
4. Kemudian rukuk;
5. I’tidal;
6. Sujud pertama;
7. Duduk di antara dua sujud;
8. Sujud kedua;
9. Duduk tasyahud akhir;
10. Salam.
Dalam pelaksanaan sholat Idul Adha, bacaan niat dibedakan berdasarkan dengan peran dalam sholat berjamaah, baik sebagai imam maupun makmum. Berikut ini adalah bacaan niat sholat Idul Adha untuk imam dan makmum sebagaimana dikutip dari buku “Panduan Sholat Wajib & Sunnah Sepanjang Masa Rasulullah SAW” oleh Ustaz Arif Rahman.
أُصَلَّى سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا لِلَّهِ تَعَالَى اللَّهُ أَكْبَرُ.
Arab Latin: Ushalli sunnatal li’idil adha rakataini mustaqbilal qiblati imåman lillahi ta’ala. Allahu Akbar.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Artinya: “Saya berniat sholat sunah Idul Adha dua rakaat dengan menghadap kiblat sebagai makmum/imam karena Allah Taala.” Allah Mahabesar.
أُصَلَّى سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى اللَّهُ أَكْبَرُ.
Arab Latin: Ushalli sunnatal li’idil adha rakataini mustaqbilal qiblati ma’mûman lillahi ta’ala. Allahu Akbar.
Artinya: “Saya berniat sholat sunah Idul Adha dua rakaat dengan menghadap kiblat sebagai makmum/imam karena Allah Taala.” Allah Mahabesar
Merangkum informasi dari buku “Tuntunan Lengkap 99 Salat Sunah Superkomplet” dan “Buku Panduan Sholat Lengkap (Wajib & Sunah)” oleh Saiful Hadi El-Sutha, waktu pelaksanaan sholat Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah. Sholat ini bisa dilaksanakan dimulai sejak Matahari terbit sampai dengan tergelincir.
Namun, waktu yang paling utama untuk melaksanakan sholat ini adalah ketika Matahari telah naik setinggi satu tombak dalam pandangan mata. Hal ini dilakukan agar umat Islam dapat segera menyembelih hewan kurban mereka setelah sholat.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Jundub:
Artinya: “Nabi SAW, ketika beliau mengerjakan sholat Idul Fitri, maka beliau mengerjakannya manakala Matahari telah meninggi dua tombak (agak sedikit siang). Sementara ketika mengerjakan sholat Idul Adha, maka beliau mengerjakannya manakala meninggi satu tombak.”
Menyadur laman Pondok Pesantren Baitul Arqom Balung Jember, mandi keramas sebelum sholat Idul Adha termasuk amalan sunah yang dianjurkan. Mandi ini bisa dilakukan mulai pertengahan malam 10 Dzulhijjah.
Namun, waktu utama mandi keramas Idul Adha adalah di pagi hari, tepatnya setelah masuk waktu Subuh.
Tata cara mandi keramas sebelum sholat Idul Adha umumnya sama seperti mandi sebelum sholat Idul Fitri. Untuk lebih jelas, berikut tata cara mandi keramas sebelum sholat Idul Adha:
1. Membaca niat. Berikut ini niat yang dibacakan sebagaimana dikutip dari infoHikmah:
نَوَيْتُ سُنَّةَ الْغُسْلِ لِعِيْدِ الْأَضْحَى
Arab Latin: Nawaitu sunnatal ghusli li ‘Idil Adlha.
Artinya: “Saya niat sunnah mandi Idul Adha.”
2. Membasuh tangan sebanyak tiga kali;
3. Berwudhu;
4. Mengguyur kepala;
5. Mengguyur seluruh tubuh;
6. Membilas tubuh hingga bersih; dan
7. Berwudhu kembali.
Demikianlah tata cara sholat Idul Adha lengkap dengan niat dan waktu pelaksanaannya. Selamat Lebaran Idul Adha, infoers!