Kasih Tuhan selalu hadir, bahkan ketika manusia jatuh dalam kelemahan dan dosa. Belas kasih-Nya tak pernah habis, senantiasa memeluk setiap orang yang datang dengan hati tulus.
Dalam perjalanan iman, kita sering kali merasa tidak layak di hadapan Allah karena kesalahan dan keterbatasan kita. Namun, justru di situlah kasih Allah nyata: Ia tidak menolak, melainkan mengampuni dan menuntun kita kembali.
Renungan Selasa, 16 September 2025, kita diajak untuk merenungkan betapa besar belas kasihan Tuhan dalam hidup kita. Belas kasih itu bukan hanya sekadar kata, tetapi nyata dalam setiap kesempatan baru, dalam pengampunan yang diberikan, dan dalam cinta yang tidak pernah meninggalkan kita.
Renungan hari Selasa, 16 September 2025 mengangkat tema “Belas Kasihan Tuhan” dikutip dari buku Bahasa Kasih oleh Romo Paulus C Siswantoko, Pr. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaan.
Yuk, disimak!
Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:
Benarlah perkataan ini: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.”
Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang,
bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,
seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.
Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?
Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.
Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.
Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah,
melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci.
Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat.
Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal.
Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik.
Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.
Mazmur Daud. Aku hendak menyanyikan kasih setia dan hukum, aku hendak bermazmur bagi-Mu, ya TUHAN.
Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku.
Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku.
Tiada kutaruh di depan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku.
Orang yang sembunyi-sembunyi mengumpat temannya, dia akan kubinasakan. Orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka.
Mataku tertuju kepada orang-orang yang setiawan di negeri, supaya mereka diam bersama-sama dengan aku. Orang yang hidup dengan cara yang tak bercela, akan melayani aku.
Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.
Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.
Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”
Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”
Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.”
Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong.
Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.
Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”
Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!”
Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya.
Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.”
Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.
Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” – Luk.7:13
Tuhan Yesus dikenal sebagai pribadi yang penuh belas kasih. Ketika Ia bertemu dengan seorang janda yang sedang mengantarkan anaknya yang meninggal ke tempat pemakaman, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan.
Wanita itu tidak meminta apa pun kepada Tuhan. Ia tidak meminta kepada Tuhan untuk menghidupkan kembali anaknya, ia hanya menangis dalam duka yang mendalam karena sudah kehilangan suami dan kini anak satu-satunya.
Namun tanpa diminta, Yesus menghampiri dan menghiburnya. Ia berkata, “Jangan menangis.” Lalu dengan kuasa-Nya, Ia membangkitkan anak itu dari kematian.
Mujizat terjadi bukan karena doa panjang atau permintaan yang sungguh-sungguh, melainkan karena belas kasih Tuhan yang begitu dalam.
Dalam hidup kita pun ada saat-saat di mana kita merasa putus asa dan kehilangan harapan. Kita merasa terlalu lelah untuk berdoa, atau bahkan tidak tahu harus berkata apa kepada Tuhan.
Hanya air mata yang mampu keluar. Namun, seperti janda itu, kita diundang untuk tetap datang kepada Tuhan. Bahkan dalam keheningan dan kesedihan terdalam, Tuhan mendengarkan dan melihat air mata kita.
Janda ini tidak sengaja bertemu dengan Tuhan dan mujizat pun terjadi dalam hidupnya. Bagaimana kita yang memang dengan sengaja mencari Tuhan?
Tuhan tidak membutuhkan kata-kata yang indah. Ia melihat hati yang remuk dan hancur, dan hati-Nya pun tergerak oleh belas kasih.
Ia tahu apa yang kita butuhkan, bahkan sebelum kita sempat mengatakannya. Belas kasih-Nya melampaui logika dan waktu.
Ia hadir dalam tangis malam, dalam keheningan pagi, dan dalam setiap langkah kecil penuh beban. Yang perlu kita lakukan hanyalah datang. Bukan dengan kekuatan, tetapi dengan kepercayaan bahwa Tuhan selalu peduli.
Di saat kita putus asa, apakah kita tetap mencari dan datang kepada Tuhan? Percayakah kita bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang berbelas kasih?
Sepeninggal Paus Fabianus pada tahun 250, Takhta Suci mengalami kekosongan kepemimpinan. Masalah-masalah yang menyelimuti Gereja terus saja meningkat.
Akhirnya pada 25 Maret 251 kekosongan itu terisi lagi oleh terpilihnya Kornelius sebagai Paus.
Kornelius lahir kira-kira pada awal abad ke-3 di Roma. Ia seorang imam yang saleh dan bijaksana.
Namun kepilihannya sebagai Paus tidak menyelesaikan semua masalah yang melanda Gereja. Gereja terus saja dirongrong baik dari luar maupun dari dalam.
Pihak kekaisaran terus melancarkan aksi penganiayaan yang mengakibatkan banyak orang Kristen murtad dari imannya. Dalam tubuh Gereja sendiri, banyak imam baik di Roma maupun di Afrika bersikap keras terhadap orang-orang yang murtad itu.
Di bawah kendali Novatianus, imam-imam itu mengajarkan bahwa tak seorang pun yang telah menyangkal imannya dapat diterima kembali dalam persekutuan Gereja Kristus, kendatipun mereka membayarnya dengan sesal dan tobat yang mendalam serta denda yang besar.
Ajaran ini dimaksudkan untuk melindungi tata tertib Gereja, namun secara tidak sadar justru bertentangan dengan asas-asas Injil Kristus. Terhadap ajaran Novatianus, Paus Kornelius tidak segan-segan bertindak.
Ia segera memanggil semua uskup untuk mengadakan konsili guna membahas ajaran dan sikap Novatianus dkk demi tegaknya kemurnian ajaran Injil suci. Semua uskup yang hadir dalam konsili itu mengutuk ajaran Novatianus dan mencapnya sebagai bidaah.
Hal itu didasarkan pada sikap Kristus sendiri yang datang bukan untuk memanggil orang-orang yang saleh melainkan untuk memanggil orang-orang berdosa.
Sepeninggal Kaisar Gayus Decius, keadaan Gereja bertambah genting. Kaisar baru Gayus Vibius Trebunianus Gallus terus melanjutkan pengejaran terhadap umat Kristen.
Atas perintahnya, Paus Kornelius ditangkap pada tahun 253 dan dibuang ke Civita Vecchia, sebelah utara kota Roma. Dari tempat pembuangannya, Kornelius tetap menyurati sahabatnya Siprianus, Uskup Kartago untuk meneguhkan hatinya dalam memimpin umatnya.
Akhirnya Kornelius meninggal dunia di tempat pembuangannya sebagai akibat dari penderitaan hebat yang dialaminya. Jenazahnya dibawa kembali ke Roma dan dimakamkan di pekuburan Santo Kallistus.
Demikian renungan harian Katolik Selasa, 16 September 2025 dengan bacaannya. Semoga Allah melindungi kita.