Umat Katolik memulai hari dengan membaca renungan harian berisi ayat-ayat Alkitab. Renungan ini merupakan cara memohon berkat Allah dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Dilansir dari situs Iman Katolik, berdasarkan kalender liturgi Sabtu, 28 Juni 2025, terdapat beberapa ayat Alkitab yang dijadikan renungan harian. Berdoa merupakan cara bagi umat Katolik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mensyukuri berkat dan kasih-Nya.
Untuk itu, ayat Alkitab yang dapat dijadikan bahan renungan adalah Yesaya 61: 9-11; 1 Samuel 2: 1, 4-5, 6-7, 8abcd; Lukas 2: 41-51; dan 1 Samuel 4: 1-18.
Simak, yuk!
Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan beserta kisah Santo Ireneus dari Lyons.
Keturunanmu akan terkenal di antara bangsa-bangsa, dan anak cucumu di tengah-tengah suku-suku bangsa, sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati Tuhan.
Aku bersukaria di dalam Tuhan, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya.
Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan, dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan, demikianlah Tuhan ALLAH akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa.
Dan perkataan Samuel sampai ke seluruh Israel. (4-1b) Orang Israel maju berperang melawan orang Filistin dan berkemah dekat Eben-Haezer, sedang orang Filistin berkemah di Afek.
Orang Filistin mengatur barisannya berhadapan dengan orang Israel. Ketika pertempuran menghebat, terpukullah kalah orang Israel oleh orang Filistin, yang menewaskan kira-kira empat ribu orang di medan pertempuran itu.
Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel: “Mengapa Tuhan membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian Tuhan, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita.”
Kemudian bangsa itu menyuruh orang ke Silo, lalu mereka mengangkat dari sana tabut perjanjian Tuhan semesta alam, yang bersemayam di atas para kerub; kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, ada di sana dekat tabut perjanjian Allah itu.
Segera sesudah tabut perjanjian Tuhan sampai ke perkemahan, bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar.
Dan orang Filistin yang mendengar bunyi sorak itu berkata: “Apakah bunyi sorak yang nyaring di perkemahan orang Ibrani itu?” Ketika diketahui mereka, bahwa tabut Tuhan telah sampai ke perkemahan itu,
Ketakutanlah orang Filistin, sebab kata mereka: “Allah mereka telah datang ke perkemahan itu,” dan mereka berkata: “Celakalah kita, sebab seperti itu belum pernah terjadi dahulu.
Celakalah kita! Siapakah yang menolong kita dari tangan Allah yang maha dahsyat ini? Inilah juga Allah, yang telah menghajar orang Mesir dengan berbagai-bagai tulah di padang gurun.
Kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki, hai orang Filistin, supaya kamu jangan menjadi budak orang Ibrani itu, seperti mereka dahulu menjadi budakmu. Berlakulah seperti laki-laki dan berperanglah!”
Lalu berperanglah orang Filistin, sehingga orang Israel terpukul kalah. Mereka melarikan diri masing-masing ke kemahnya. Amatlah besar kekalahan itu: dari pihak Israel gugur tiga puluh ribu orang pasukan berjalan kaki.
Lagipula tabut Allah dirampas dan kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas, tewas.
Seorang dari suku Benyamin lari dari barisan pertempuran dan pada hari itu juga ia sampai ke Silo dengan pakaian terkoyak-koyak dan dengan tanah di kepalanya.
Ketika ia sampai, Eli sedang duduk di kursi di tepi jalan menunggu-nunggu, sebab hatinya berdebar-debar karena tabut Allah itu. Ketika orang itu masuk ke kota dan menceritakan kabar itu, berteriaklah seluruh kota itu.
Ketika Eli mendengar bunyi teriakan itu, bertanyalah ia: “Keributan apakah itu?” Lalu bersegeralah orang itu mendapatkan Eli dan memberitahukannya kepadanya.
Eli sudah sembilan puluh delapan tahun umurnya dan matanya sudah bular, sehingga ia tidak dapat melihat lagi.
Kata orang itu kepada Eli: “Aku datang dari medan pertempuran; baru hari ini aku melarikan diri dari medan pertempuran.” Kata Eli: “Bagaimana keadaannya, anakku?”
Jawab pembawa kabar itu: “Orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin; kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas.”
Ketika disebutnya tabut Allah itu, jatuhlah Eli telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia mati. Sebab telah tua dan gemuk orangnya. Empat puluh tahun lamanya ia memerintah sebagai hakim atas orang Israel
Ireneus lahir di Asia Kecil sekitar tahun 140 dan menempuh pendidikan di Smyrna. Ia mendapat pelajaran agama dari Santo Polykarpus, murid Santo Yohanes Rasul.
Meskipun riwayat hidupnya tidak banyak diketahui, beberapa informasi penting diperoleh dari tulisan-tulisannya. Termasuk sepucuk surat kepada seorang teman di masa tuanya.
Dalam surat itu, Ireneus menggambarkan kenangannya akan Polykarpus. Mulai dari tempat duduknya saat mengajar, cara berbicara dan berjalan, serta pengajarannya tentang Yesus yang ia dengar langsung dari para saksi mata.
Bagi Ireneus, ajaran itu tertanam dalam hatinya dan terus ia renungkan sepanjang hidup. Ireneus kemudian melayani sebagai imam di Lyons.
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.
Ketika Uskup Potinus wafat akibat penganiayaan tahun 177, Ireneus diangkat sebagai penggantinya. Sebagai uskup, ia dikenal penuh kasih dan perhatian.
Ia selalu berkhotbah dalam bahasa setempat walau latar belakangnya Yunani. Ia giat membela kemurnian ajaran iman, memperjuangkan kesatuan gereja, dan menjunjung tinggi kewibawaan Paus.
Nama “Ireneus” yang berarti “pencinta damai” benar-benar tercermin dalam hidupnya. Saat terjadi perselisihan antara Gereja Latin dan Yunani tentang penetapan tanggal Paska, Ireneus menjadi perantara damai dan juru bicara Sri Paus.
Ia wafat sebagai martir pada tahun 202. Tetap setia hingga akhir dalam pelayanannya bagi Kristus dan gereja.
Demikianlah renungan harian Katolik untuk dijadikan panduan dalam beribadah. Semoga bermanfaat, ya!