Renungan Harian Katolik Sabtu, 20 September 2025: Tanah yang Baik

Posted on

Hidup kita sering dipenuhi dengan berbagai rencana, baik besar maupun kecil. Namun, semua akan terasa lebih ringan dan terarah ketika kita melibatkan Tuhan dalam setiap langkah yang kita ambil.

Injil hari ini mengingatkan kita tentang pentingnya hati yang terbuka untuk menerima sabda Tuhan. Yesus menggambarkan firman Allah bagaikan benih yang hanya dapat bertumbuh subur bila jatuh di tanah yang baik.

Renungan Sabtu, 20 September 2025, mengajak kita merenungkan perumpamaan Yesus tentang penabur. Firman Tuhan hadir setiap hari dalam hidup kita, namun hasilnya sangat ditentukan oleh kesiapan hati kita sendiri.

Renungan hari Sabtu, 20 September 2025 mengangkat tema “Tanah Yang Baik” dikutip dari buku Renungan Tiga TiTik oleh AM Regina T. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaan.

Yuk, disimak!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:

Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu:

Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya,

yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan.

Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.

Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!

Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya.

Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!

Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.

Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan:

“Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis.

Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air.

Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati.

Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu.

Lalu Ia menjawab: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.

Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah.

Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.

Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.

Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.

Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”

“Yang di tanah yang baik artinya orang-orang mendengarkan Firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik, dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”

(Luk. 8:15)

Yesus dalam memberikan pengajaran kerap kali menggunakan perumpamaan. Dalam bacaan hari ini, Ia mengibaratkan diri-Nya sebagai seorang penabur.

Benih yang ditabur adalah firman Allah. Ketika berkarya di dunia pada zaman-Nya, banyak orang yang tidak percaya dan meragukan Yesus sebagai Sang Sabda Hidup.

Akibatnya, pengajaran Yesus sering kali menjadi sia-sia seperti benih yang hilang dipatuk burung. Seperti benih yang jatuh di kerasnya batu hati manusia dan terhimpit oleh gemerlap duniawi, membuat firman Allah tidak dapat bertumbuh.

Yesus memanggil murid-murid-Nya. Mencari mereka yang seumpama tanah yang baik, yang dapat menerima benih taburan tempat Yesus menumbuhkan iman dan keyakinan mereka.

Yesus menyirami lahan iman para murid-Nya dengan contoh dan pengajaran akan cinta Sang Bapa kepada dunia. Para murid inilah yang akhirnya menjadi buah-buah iman, pergi ke berbagai penjuru dunia untuk mewartakan kabar gembira.

Santo Andreas Kim Taegon, imam Katolik pertama dari Korea pada abad ke 18, diperingati hari ini sebagai martir yang begitu luar biasa. Ia lahir dari keluarga yang cukup terpandang dan orang tua yang juga berimankan ajaran Gereja Katolik.

Pemuda yang baru berusia 25 tahun ini berani menerima kematian dipancung kepalanya demi membela keyakinan iman akan Kristus, Sang Juru Selamat, yang menjadi junjungan hidupnya. Alangkah beraninya seorang imam muda ini.

Hidupnya adalah contoh dari tanah baik tempat firman Allah tumbuh, berakar dan berbuah seratus kali lipat.

Saya yang telah dibaptis sejak 21 Desember 2013, ternyata masih sering lupa menambahkan pupuk bagi lahan iman saya. Saya membiarkan dengan sadar ilalang liar tumbuh di sekitarnya dan kadang lalai menyiramnya.

Membiarkan semak duri dunia menghimpit saya dan menikmatinya. Saya terkadang menganggap janji baptis sebagai jaminan untuk mendapatkan tempat terbaik di rumah Bapa.

Sabda Tuhan hari ini menyadarkan bahwa saya masih perlu banyak pertolongan Roh Kudus untuk memperbaiki lahan saya agar sungguh dapat berbuah seratus kali lipat.

Bagaimana kondisi lahan hati Anda? Apakah sudah menjadi tanah yang baik bagi benih sabda Allah?

Doa:

Ya Bapa Yang Baik, Sang Penabur yang sabar, kami sungguh ingin selalu menjadi tanah subur tempat Engkau dapat menebarkan pengajaran-Mu dan firman-Mu. Berilah kami Roh Kudus penolong kami, untuk dapat selalu mengingatkan bila kami mulai lemah, lalai, dan meninggalkan Engkau demi kesenangan yang ditawarkan dunia. Terima kasih Yesus. Terpujilah Tuhan, sekarang, selalu, dan sepanjang segala abad. Amin.

Pada awal abad ke-19, agama Katolik mulai berkembang di Korea, meskipun pemerintah setempat sangat menentang ajaran ini. Banyak orang yang memeluk agama Katolik di Korea pada waktu itu berasal dari kalangan bangsawan dan orang kaya, yang mempengaruhi penyebaran agama tersebut di negara itu.

Namun, pada saat yang sama, gereja Katolik dianggap sebagai ancaman terhadap kekuasaan dinasti Joseon yang berkuasa di Korea, yang berlandaskan ajaran Konfusianisme.

Santo Andreas Kim Tae-gon (김대건 안드레아) lahir pada 21 Agustus 1821 di Dangjin, Korea Selatan, dari keluarga bangsawan (yangban) yang kemudian memeluk iman Katolik. Ayahnya, Ignatius Kim, juga menjadi martir karena keyakinannya.

Setelah ditahbiskan, Andreas kembali ke tanah airnya secara diam-diam. Ia melayani umat Katolik yang hidup dalam persembunyian, menyebarkan Injil, dan memperkuat iman mereka di tengah penindasan.

Ia juga membantu para misionaris asing masuk ke Korea secara rahasia, sebuah tindakan yang dianggap pengkhianatan oleh pemerintah. Pada tahun 1846, penganiayaan terhadap umat Katolik semakin intensif., dalam usia 25 tahun, Andreas ditangkap oleh otoritas Joseon, pihak berwenang karena ajarannya yang dianggap bertentangan dengan ajaran negara.

Meskipun pemerintah berusaha menekan Gereja Katolik, Kim Tae-gon tetap teguh dalam imannya. Ia disiksa dan akhirnya dihukum pancung di Seoul. Kata-kata terakhirnya begitu menggugah:

“Ini adalah waktu terakhir dari hidupku, dengarkan aku baik-baik: bila aku pernah berkomunikasi dengan orang asing, maka hal ini terjadi untuk agama dan Tuhan-ku. Adalah untuk-Nya aku ini mati. Kehidupan abadiku baru mulai. Jadilah orang Kristiani bila engkau berharap untuk bahagia setelah meninggal dunia, karena Tuhan memiliki hukuman abadi bagi mereka yang menolak untuk mengenal-Nya.”

Pada 16 September 1846, Andreas Kim Tae-gon akhirnya dieksekusi mati dengan cara dipenggal. Sebelum kematiannya, ia menunjukkan keteguhan iman yang luar biasa dan tidak pernah menyangkal keyakinannya.

Ia menjadi simbol keberanian dan pengorbanan bagi umat Katolik di Korea. Andreas Kim Tae-gon diangkat sebagai santo oleh Gereja Katolik pada 6 Mei 1984, Paus Yohanes Paulus II, mengkanonisasi Andreas Kim Tae-gon bersama 102 martir Korea lainnya, termasuk Santo Paulus Chong Hasang.

Tanggal perayaan hari rayanya adalah 20 September, yang merupakan hari kematiannya. Santo Andreas Kim Tae-gon menjadi santo pelindung Korea, dan perayaan ini sangat penting bagi umat Katolik di negara tersebut. Santo Andreas Kim Tae-gon dihormati sebagai pelindung para rohaniwan Korea dan simbol keberanian iman di tengah penindasan.

Demikian renungan harian Katolik Sabtu, 20 September 2025 dengan bacaannya. Semoga bermanfaat!

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 20 September 2025

Bacaan I: 1 Tim. 6:13-16

Mazmur Tanggapan: Mzm. 100:2,3,4-5

Bacaan Injil: Luk. 8:4-15

Renungan Hari Ini: Tanah yang Baik

Perayaan Orang Kudus Hari Ini: Santo Andrean Kim Tae-gon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *