Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan lewat sabda-sabda-Nya. Lantas apa renungan harian Katolik, Sabtu, 15 November 2025?
Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI, Sabtu, 15 November Gereja memperingati Albertus Agung. Adapun bacaan yang menjadi perenungan hari ini adalah Keb. 18:14-16, Mzm. 105:2-3,36-37,42-43 dan Luk. 18:1-8.
Renungan Katolik 15 November 2025 mengangkat tema “Iman yang Bernapas dalam Doa” dikutip dari buku Renungan Tiga Titik oleh K I A Anggi. Nah, artikel ini juga memuat informasi:
Yuk, disimak!
Sebelum membaca renungan harian hari ini baca terlebih dahulu sabda-sabda Tuhan lewat bacaan hari ini, antara lain:
Sebab sementara sunyi senyap meliputi segala sesuatu dan malam dalam peredarannya yang cepat sudah mencapai separuhnya,
maka firman-Mu yang mahakuasa laksana pejuang yang garang melompat dari dalam sorga, dari atas takhta kerajaan ke tengah tanah yang celaka. Bagaikan pedang yang tajam dibawanya perintah-Mu yang lurus,
dan berdiri tegak diisinya semuanya dengan maut; ia sungguh menjamah langit sambil berdiri di bumi.
Sungguh seluruh ciptaan dalam jenisnya dirubah kembali sama sekali oleh karena taat kepada perintah-perintah-Mu, supaya anak-anak-Mu jangan sampai mendapat celaka.
Maka orang melihat awan membayangi perkemahan, tanah kering muncul di tempat yang tadinya ada air, jalan yang tidak ada rintangannya muncul dari Laut Merah, dan lembah kehijau-hijauan timbul dari empasan ombak yang hebat.
Di bawah lindungan tangan-Mu seluruh bangsa berjalan lewat di tempat itu, seraya melihat pelbagai tanda yang mentakjubkan.
Seperti kuda ke padang rumput mereka pergi dan melonjak-lonjak bagaikan anak domba, sambil memuji Engkau, ya Tuhan, yang telah menyelamatkan mereka.
Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!
Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN!
dibunuh-Nya semua anak sulung di negeri mereka, mula segala kegagahan mereka:
Dituntun-Nya mereka keluar membawa perak dan emas, dan di antara suku-suku mereka tidak ada yang tergelincir.
sebab Ia ingat akan firman-Nya yang kudus, akan Abraham, hamba-Nya.
Dituntun-Nya umat-Nya keluar dengan kegirangan dan orang-orang pilihan-Nya dengan sorak-sorai.
Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.
Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun.
Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.
Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun,
namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.”
Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!
Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?
Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”
Tidakkah Allah akan memberi keadilan kepada orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Apakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? (Luk. 18:7)
Seorang hakim dalam arti hukum secara khusus menyiratkan bahwa seseorang memiliki kualifikasi dan wewenang untuk memberikan keputusan dalam perkara yang dipermasalahkan. Suatu jabatan yang luhur.
Namun, dalam kisah Injil hari ini, sang hakim diperkenalkan sebagai seseorang yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati manusia. Sang Hakim dihadapkan dengan seorang janda, yang dalam hukum dan hikmat Israel adalah lambang manusia lemah yang harus diberi perlindungan hukum.
Sang janda tidak jemu-jemunya meminta, tiap-tiap hari, membuat sang hakim yang tidak mau diganggu merasa disusahkan sampai akhirnya membela perkara dan membenarkan janda tersebut.
Ada sedikit kekhawatiran dalam hati saat papi meninggal pada Desember 2024 lalu. Walaupun beliau rajin berdoa, rajin ke gereja ikut Misa, bahkan aktif ikut kegiatan lingkungan, papi tidak pernah mau ikut Sakramen Tobat.
Padahal yang mengajak saya sendiri, yang notabene seorang katekis di paroki. Saya tiap-tiap hari hanya dapat berdoa Koronka Kerahiman Ilahi, mendoakan anggota keluarga yang sudah meninggal, khususnya papi agar diampuni dosa-dosanya dan jiwa papi tenang di surga.
Yesus mengajarkan ketekunan dalam doa agar Allah sudi membela umat pilihan-Nya dalam pengadilan terakhir, di saat kedatangan Anak Manusia. Murid-murid Yesus hendaknya menarik hikmat dari ketekunan si janda.
Sebagaimana janda yang lemah itu tak jemu-jemu meminta dan akhirnya mendapat, demikian juga para murid hendaknya bertekun dan bersungguh-sungguh dalam memohon pembelaan dari Allah. Doa itu penting, bukan untuk mengubah sikap Yesus Sang Hakim, yang sudah pasti benar; tetapi untuk memupuk dan memelihara iman, yang bernafas dalam doa dan membuka tangan untuk menerima keselamatan akhir.
You are my first star at night I’d be lost in space without you And I’ll never lose my faith in you How will I ever get to heaven if I do?
Maukah kita memulai untuk bertekun memelihara iman yang bernafas dalam doa, hingga kita sampai pada ‘heaven’, tujuan akhir peziarahan kita?
Ya Bapa, hari ini kami diingatkan agar selalu tekun dalam doa-doa kami. Kami percaya Engkau akan mengabulkannya bagi siapa pun yang berdoa dengan kerendahan hati dan memohon kepada-Mu siang dan malam.
Biarlah kami memelihara iman yang bernafas dalam doa hingga pada saat akhir nanti. Amin.
Albertus lahir di Lauingen, danau kecil Danube, Jerman Selatan pada tahun 1206. Orangtuanya bangsawan kaya raya dari Bollstadt.
Semenjak kecil ia menyukai keindahan alam sehingga ia biasa menjelajahi hutan-hutan dan sungai-sungai di daerahnya. Pengalamannya ini nantinya akan menjadi bahan tulisannya yang berhubungan dengan Ilmu Alam dan Ilmu Tumbuh-tumbuhan.
Pendidikan tinggi ditempuhnya di Universitas Padua, dan dari sini ia melangkah masuk ke dalam hidup membiara dalam Ordo Dominikan. Yordan dari Saxoni, Jenderal kedua Ordo Dominikan menganggap Albertus sebagai tokoh yang cocok untuk cita-citanya yaitu mengkombimasikan hidup rohani, pewartaan dan mengajar.
Oleh karena itu, ia kemudian mengirim Albertus ke Koln, Jerman untuk mengajar rekan-rekannya di semua biara Dominikan di kota itu. Ia mengajar di sana selama hampir 10 tahun.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Karena kesalehan hidupnya dan pengetahuannya yang luar biasa luas dan mendalam itu, ia semakin terkenal. Oleh rekan-rekannya dan orang-orang sezamannya, Albertus disebut sebagai ‘Yang Agung, Tiang Gereja, Doktor Umum atau Sarjana Umum’.
Albertus kemudian diangkat sebagai mahaguru di Universitas Koln. Murid-muridnya yang terkenal antara lain Thomas Aquinas, yang kemudian dinyatakan juga sebagai ‘kudus’ dan dihormati sebagai seorang Sarjana Gereja, seperti gurunya. Selanjutnya ia mengajar sebagai mahaguru di Universitas Paris, di mana ia bertemu dan menjalin persahabatan dengan raja Ludovikus yang saleh itu. Di sini ia menulis banyak buku yang membuatnya semakin terkenal di seluruh Eropa.
Pada tahun 1256 ia menjabat sebagai administrator di Curia Roma. Ia berhasil membela masalah-masalah menyangkut aturan-aturan hidup membiara dari Santo Dominikus dan Fransiskus terhadap serangan William.
Karena hasil pembelaannya sangat brilian, maka Paus Aleksander IV (1254-1261) mengangkatnya menjadi uskup di kota Regensburg. Tetapi pada tahun 1262 setelah menyelesaikan masalah-masalah penting di dalam keuskupannya, ia mengajukan permohonan pengunduran diri.
Lalu ia pulang ke Koln untuk menjalani saat-saat terakhir hidupnya. Di sana pun ia melanjutkan tulisan-tulisannya dalam beberapa tema, sambil menjadi uskup pembantu dan mahaguru.
Albertus kemudian mengadakan perjalanan pastoral ke seluruh Jerman dan Bohemia, lalu pergi ke Timur Tengah dan Tanah Suci, dan pada tahun 1247, ia mengikuti Konsili Lyons. Albertus dikenal rendah hati dan suci hidupnya.
Ia menaruh devosi yang besar kepada Yesus dalam Sakramen Mahakudus dan kepada Bunda Maria. Semua itu tampak jelas di dalam syair-syair dan lagu-lagu yang digubahnya dan di dalam 50 buah buku yang ditulisnya.
Ketika mengikuti Konsili Lyons itu, ia tidak lupa mengenang muridnya Santo Thomas Aquinas. Ia. merasa sangat kehilangan dengan wafatnya Thomas.
Setelah ia mengadakan pembelaan terakhir terhadap ajaran Thomas Aquinas, ia meninggal dunia pada tanggal 15 Nopember 1280, dalam usia 87 tahun. Kesucian hidupnya didukung dengan banyak mujizat.
Itulah renungan harian Katolik Sabtu, 15 November 2025. Semoga Tuhan Memberkati!
