Renungan Harian Katolik Sabtu, 10 Mei: Santo Antonius, Uskup dan Pengaku Iman

Posted on

Umat Katolik memulai hari dengan membaca renungan harian berisi ayat-ayat Alkitab. Renungan ini merupakan cara memohon berkat Allah dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

Dilansir dari situs Iman Katolik, berdasarkan kalender liturgi Sabtu, 10 Mei 2025, terdapat beberapa ayat Alkitab yang dijadikan renungan harian. Berdoa merupakan cara mendekatkan diri kepada Tuhan, bahan renungan di bawah ini dapat digunakan sebagai panduan bagi umat.

Untuk itu, ayat Alkitab yang dapat dijadikan bahan renungan adalah Kisah Para Rasul 9: 31-42; Mazmur 116: 12-13, 14-15, 16-17; Yohanes 6: 60-69; dan Wahyu 11: 1-19.

Simak, yuk!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan beserta kisah Santo Antonius.

Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.

Pada waktu itu Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan ke mana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang di Lida.

Di situ didapatinya seorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena lumpuh.

Kata Petrus kepadanya: “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!” Seketika itu juga bangunlah orang itu.

Semua penduduk Lida dan Saron melihat dia, lalu mereka berbalik kepada Tuhan.

Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita?dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah.

Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas.

Lida dekat dengan Yope. Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: “Segeralah datang ke tempat kami.”

Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup.

Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: “Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk.

Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup.

Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan.

Bagaimana akan kubalas kepada Tuhan segala kebajikan-Nya kepadaku?

Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama Tuhan,

Akan membayar nazarku kepada Tuhan di depan seluruh umat-Nya.

Berharga di mata Tuhan kematian semua orang yang dikasihi-Nya.

Ya Tuhan, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan! Engkau telah membuka ikatan-ikatanku!

Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama Tuhan.

Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”

Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: “Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?

Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?

Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.

Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia.

Lalu Ia berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.”

Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”

Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal.

Dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.

Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya.”

Dan Aku akan memberi tugas kepada dua saksi-Ku, supaya mereka bernubuat sambil berkabung, seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.

Mereka adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.

Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, keluarlah api dari mulut mereka menghanguskan semua musuh mereka. Dan jikalau ada orang yang hendak menyakiti mereka, maka orang itu harus mati secara itu.

Mereka mempunyai kuasa menutup langit, supaya jangan turun hujan selama mereka bernubuat; dan mereka mempunyai kuasa atas segala air untuk mengubahnya menjadi darah, dan untuk memukul bumi dengan segala jenis malapetaka, setiap kali mereka menghendakinya.

Dan apabila mereka telah menyelesaikan kesaksian mereka, maka binatang yang muncul dari jurang maut, akan memerangi mereka dan mengalahkan serta membunuh mereka.

Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan.

Dan orang-orang dari segala bangsa dan suku dan bahasa dan kaum, melihat mayat mereka tiga setengah hari lamanya dan orang-orang itu tidak memperbolehkan mayat mereka dikuburkan.

Dan mereka yang diam di atas bumi bergembira dan bersukacita atas mereka itu dan berpesta dan saling mengirim hadiah, karena kedua nabi itu telah merupakan siksaan bagi semua orang yang diam di atas bumi.

Tiga setengah hari kemudian masuklah roh kehidupan dari Allah ke dalam mereka, sehingga mereka bangkit dan semua orang yang melihat mereka menjadi sangat takut.

Dan orang-orang itu mendengar suatu suara yang nyaring dari sorga berkata kepada mereka: “Naiklah ke mari!” Lalu naiklah mereka ke langit, diselubungi awan, disaksikan oleh musuh-musuh mereka.

Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang mati oleh gempa bumi itu dan orang-orang lain sangat ketakutan, lalu memuliakan Allah yang di sorga.

Celaka yang kedua sudah lewat: lihatlah, celaka yang ketiga segera menyusul.

Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: “Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.”

Dan kedua puluh empat tua-tua, yang duduk di hadapan Allah di atas takhta mereka, tersungkur dan menyembah Allah,

Sambil berkata: “Kami mengucap syukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada, karena Engkau telah memangku kuasa-Mu yang besar dan telah mulai memerintah sebagai raja

Dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi.”

Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.

Antonius lahir di Florence, Italia, pada tahun 1389. Ia bertubuh kecil dan pendek, tetapi berjiwa besar. Sejak muda, ia memiliki minat yang mendalam terhadap hal-hal rohani. Karena tubuhnya yang mungil, ia biasa dipanggil Antonio.

Saat berusia 15 tahun, Antonius mengajukan permohonan untuk masuk Biara Dominikan di Fiesola. Namun, pemimpin biara, Joanes Dominci, sempat meragukan kemampuannya karena kondisi fisiknya. Untuk mengujinya, Joanes memberinya sebuah buku tebal dan berkata, “Hafalkan dulu seluruh isi buku ini. Setelah itu, barulah engkau diterima di biara ini!”

Permintaan itu terasa sangat berat, bahkan nyaris mustahil. Namun berkat ketekunan dan usahanya selama setahun penuh, Antonius berhasil menguasai seluruh isi buku tersebut. Ia pun kembali ke biara untuk melaporkan hasil belajarnya.

Di sana, ia diuji oleh sang pemimpin. Betapa herannya Joanes ketika mendapati semua pertanyaan yang diajukan berhasil dijawab Antonius dengan mudah. Menyaksikan kepandaiannya, Joanes tak lagi punya alasan untuk menolak Antonius menjadi anggota Biara Dominikan.

Antonius pun bersukacita karena berhasil melewati ujian dan diterima sebagai anggota biara. Di sana, ia menunjukkan sifat-sifat terpuji: taat, rajin berdoa, tekun bermatiraga, dan senang membantu siapa pun yang membutuhkan. Kepandaian serta keteladanannya membuat ia berkembang menjadi seorang biarawan Dominikan yang saleh. Kehidupannya yang mencerminkan semangat ordo Dominikan membuat banyak orang menyukainya.

Kemudian, ia dipercaya mendirikan Biara Santo Markus di Florence sekaligus menjadi pemimpinnya. Melihat kesucian hidup, kebijaksanaan, dan kerendahan hatinya, banyak orang datang untuk meminta bimbingan rohani kepadanya. Rekan-rekannya menjulukinya “Sang Penasihat.” Selain dikenal sebagai penasihat ulung, ia juga menulis buku-buku keagamaan dan sejarah. Dalam Konsili Florence, ia turut diikutsertakan sebagai ahli teologi.

Pada tahun 1446, Antonius diangkat menjadi Uskup Agung Florence. Dalam penggembalaannya, ia menaruh perhatian besar kepada kaum miskin dan pengemis. Ia membantu siapa pun yang datang kepadanya.

Jika kehabisan uang, ia rela memberikan apa pun yang dimilikinya: sepatu, pakaian, bahkan perabot rumah tangga yang bisa ditukar dengan uang. Keledainya pun kerap dijual kepada para hartawan demi mendapatkan dana untuk membantu orang miskin.

Suatu ketika, dalam perjalanan ke Roma, ia berjumpa dengan seorang pengemis yang kedinginan. Tanpa ragu, ia memberikan mantel yang dikenakannya. Menariknya, di perbatasan kota, seorang asing yang tak dikenalnya memberinya sehelai mantel baru.

Setelah lama mengabdikan diri kepada Tuhan, Antonius wafat pada tahun 1459. Sebelum mengembuskan napas terakhir, ia berkata: “Mengabdi Tuhan adalah meraja.”

Demikianlah renungan harian Katolik untuk dijadikan panduan dalam beribadah. Semoga bermanfaat, ya!

Renungan Harian Katolik Hari Ini Sabtu, 10 Mei 2025

Kisah Para Rasul 9: 31-42

Mazmur 116: 12-13, 14-15, 16-17

Yohanes 6: 60-69

Wahyu 11: 1-19

Santo Antonius, Uskup dan Pengaku Iman