Renungan Harian Katolik Rabu, 8 Oktober 2025: Berdoa dengan Sedikit Kata

Posted on

Bagi umat Katolik renungan harian mengajak umat untuk merenungkan bacaan Kitab Suci dan membangun relasi pribadi dengan Tuhan. Renungan Katolik biasanya disertai dengan bacaan dan doa.

Berdasarkan bacaan menurut kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI 8 Oktober 2025 bacaan hari ini berbicara tentang doa. Dalam kehidupan rohani, banyak dari kita sering berpikir bahwa doa yang panjang dan indah lebih didengar oleh Tuhan.

Namun, Yesus justru mengajarkan hal sebaliknya bahwa doa yang tulus dan sederhana jauh lebih berharga di hadapan Allah.

Renungan harian Katolik Rabu, 8 Oktober 2025 ini mengangkat tema “Berdoa dengan Sedikit Kata” dikutip dari buku Renungan tiga TiTik oleh Widya Taurus. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaan.

Yuk, disimak!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:

Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.

Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.

Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.”

Tetapi firman TUHAN: “Layakkah engkau marah?”

Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu.

Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.

Tetapi keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu.

Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: “Lebih baiklah aku mati dari pada hidup.”

Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” Jawabnya: “Selayaknyalah aku marah sampai mati.”

Lalu Allah berfirman: “Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula.

Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”

Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari.

Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.

Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.

Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan perhatikanlah suara permohonanku.

Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu.

Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah.

Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: “Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.”

Jawab Yesus kepada mereka: “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu.

Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya

dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.”

“Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.” (Luk. 11:1b)

Alkisah ada seorang petani yang selalu membawa buku doanya setiap kali ia berangkat ke ladang. Sesampai di ladang ia akan membaca doa dari buku tersebut.

Suatu hari, si petani lupa membawa buku doa. Sembari mendesah penuh penyesalan ia berdoa demikian, “Tuhan, hari ini aku lupa membawa buku doaku.

Aku akan berdoa melafalkan A hingga Z sebanyak lima kali. Aku percaya Engkau bisa merangkainya sebagai doa seperti dari buku doaku.”

Cerita lucu tersebut saya tulis ulang dari tulisan Anthony de Mello. Ada kontradiksi antara tindakan si petani ini dengan pemikirannya. Si petani percaya Tuhan bisa memahami doa apa saja dari umatnya, maka seharusnya petani ini berani berdoa dengan kata-katanya sendiri, bukan malah melafalkan alfabet A hingga Z.

Tapi, bukankah itu yang dilakukan oleh banyak umat Katolik? Kita selalu takut diminta memimpin doa, kita tidak percaya diri. Akibatnya yang memimpin doa adalah orang yang itu-itu saja dan kebanyakan adalah mereka yang bisa berdoa panjang-panjang.

Perikop hari ini bercerita tentang doa. Seorang murid meminta Yesus mengajarkan mereka berdoa.

Alasannya, murid Yohanes sudah diajarkan berdoa oleh Yohanes. Yesus lalu mengajarkan mereka doa yang sempurna dan indah yang kita kenal sebagai doa Bapa Kami.

Di perikop paralel yaitu Matius bab 6, sebelum mengajarkan doa Bapa Kami, Yesus melarang murid-murid-Nya berdoa bertele-tele. Doa panjang dengan banyak kata bukan jaminan doa akan dikabulkan.

Kata Yesus, Bapa di surga sudah mengetahui apa yang kita perlukan. Pastor Ferry Sutrisna Wijaya Pr. pernah menulis artikel di Majalah Hidup tahun 2012 tentang berdoa dengan sedikit kata.

Umat dilatih berdoa dengan singkat, satu atau dua kalimat saja cukup. Karena berdoa bukan hanya berbicara tetapi juga mendengar.

Heningkan batin, buka hati dan dengarkan Tuhan. Jika kita tergerak untuk berbicara, berdoalah dengan sedikit kata. Tuhan mendengar, Tuhan mengerti dan Tuhan senang didengarkan.

Doa pendek favorit saya adalah, “Tuhan, kasihanilah kami.” Apa doa pendek favoritmu?

Lukas adalah satu-satunya penulis Injil yang menampilkan Simeon di dalam Injilnya (lih. Luk 2:22-35). Di dalamnya ia menggambarkan Simeon sebagai seorang tokoh Israel yang benar dan saleh di hadapan Allah.

Simeon dipandang sebagai tokoh Israel sejati yang sungguh percaya akan Allah dan janji-janjiNya. Lukas menegaskan hal itu dengan mengatakan bahwa ia ditentukan Allah ‘tidak akan mati’ sebelum menyaksikan dengan mata kepala sendiri kehadiran Yesus, Al-Masih, Dia yang dijanjikan Allah untuk menebus dosa umat manusia.

Oleh dorongan Roh Kudus, ia datang ke bait Allah. Ternyata di sana ia bertemu dengan Yusuf dan Maria yang datang ke dalam bait Allah untuk mempersembahkan Yesus Anaknya kepada Allah menurut Hukum Taurat Musa.

Segera ia mengambil Yesus dari Maria dan menatangNya dalam tangannya sambil mengucap syukur kepada Allah karena telah diperkenankan melihat sendiri Dia yang datang dari Allah.

Ia memuliakan Allah dengan berkata: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan FirmanMu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari padaMu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umatMu, Israel.” Kidung pujian ini disebut ‘Nunc Dimitis’.

Kecuali itu, Simeon juga meramalkan penderitaan yang akan dialami Maria: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan, dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” (Luk 2:34-35).

Sergius dan Bakhus adalah dua perwira Romawi yang beragama Kristen. Mereka dihukum mati pada tahun 300 dalam masa pemerintahan kaisar Maksimianus, karena menolak mengikuti upacara korban kepada dewa-dewi kekaisaran Romawi.

Orang-orang Badui Arab yang beragama Kristen memandang mereka sebagai santo pelindung mereka.

Demikian renungan harian Katolik Rabu, 8 Oktober 2025 dengan bacaannya. Semoga bermanfaat!

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 8 Oktober 2025

Bacaan I: Yun. 4:1-11

Mazmur Tanggapan: Mzm. 86:3-4,5-6,9-10

Bacaan Injil: Luk. 11:1-4

Renungan Hari Ini: Berdoa dengan Sedikit Kata

Kisah Orang Kudus Hari Ini

Simeon, Tokoh Israel Sejati

Santo Sergius dan Bakhus, Martir

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *