Umat Katolik memulai hari dengan membaca renungan harian berisi ayat-ayat Alkitab. Renungan ini merupakan cara memohon berkat Allah dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Dilansir dari situs Iman Katolik, berdasarkan kalender liturgi Rabu, 16 April 2025, terdapat beberapa ayat Alkitab yang dijadikan renungan harian. Selama masa Prapaskah, umat Katolik dapat memanfaatkannya sebagai cara mendekatkan diri kepada Tuhan menuju Kebangkitan Yesus Kristus.
Untuk itu, ayat Alkitab yang dapat dijadikan bahan renungan adalah Yesaya 50: 4-9a; Mazmur 69: 8-10, 21bcd-22, 31, 33-34; Matius 26: 14-25; Yeremia 15: 10-21.
Simak, yuk!
Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan beserta kisah Santa Bernadetha Soubirous, Pengaku Iman.
Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang.
Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.
Tetapi Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu.
Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku berperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku!
Sesungguhnya, Tuhan Allah menolong aku; siapakah yang berani menyatakan aku bersalah? Sesungguhnya, mereka semua akan memburuk seperti pakaian yang sudah usang; ngengat akan memakan mereka.
(69-9) Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku, orang asing bagi anak-anak ibuku;
(69-10) Sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.
(69-11) Aku meremukkan diriku dengan berpuasa, tetapi itupun menjadi cela bagiku;
(69-22) Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.
(69-23) Biarlah jamuan yang di depan mereka menjadi jerat, dan selamatan mereka menjadi perangkap.
(69-32) Pada pemandangan Allah itu lebih baik dari pada sapi jantan, dari pada lembu jantan yang bertanduk dan berkuku belah.
(69-34) Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan.
(69-35) Biarlah langit dan bumi memuji-muji Dia, lautan dan segala yang bergerak di dalamnya.
Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala.
Ia berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya.
Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.
Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: “Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?”
Jawab Yesus: “Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.”
Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.
Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu.
Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”
Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: “Bukan aku, ya Tuhan?”
Ia menjawab: “Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku.
Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.”
Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: “Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: “Engkau telah mengatakannya.”
Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau melahirkan aku, seorang yang menjadi buah perbantahan dan buah percederaan bagi seluruh negeri. Aku bukan orang yang menghutangkan ataupun orang yang menghutang kepada siapapun, tetapi mereka semuanya mengutuki aku.
Sungguh, ya Tuhan, aku telah melayani Engkau dengan sebaik-baiknya, dan telah membela musuh di depan-Mu pada masa kecelakaannya dan kesesakannya!
Dapatkah orang mematahkan besi, besi dari utara dan tembaga?
Harta kekayaanmu dan barang-barang perbendaharaanmu akan Kuberikan dirampas sebagai ganjaran atas segala dosamu di segenap daerahmu.
Aku akan membuat engkau menjadi budak musuhmu di negeri yang tidak kaukenal, sebab dalam murka-Ku telah mencetus api yang akan menyala atasmu.
Engkau mengetahuinya; ya Tuhan, ingatlah aku dan perhatikanlah aku, lakukanlah pembalasan untukku terhadap orang-orang yang mengejar aku. Janganlah membiarkan aku diambil, karena panjang sabar-Mu, ketahuilah bagaimana aku menanggung celaan oleh karena Engkau!
Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya Tuhan, Allah semesta alam.
Tidak pernah aku duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau; karena tekanan tangan-Mu aku duduk sendirian, sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram.
Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai.
Karena itu beginilah jawab Tuhan: “Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka.
Terhadap bangsa ini Aku akan membuat engkau sebagai tembok berkubu dari tembaga; mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk menyelamatkan dan melepaskan engkau, demikianlah firman Tuhan.
Aku akan melepaskan engkau dari tangan orang-orang jahat dan membebaskan engkau dari genggaman orang-orang lalim.
Marie Bernadetha Soubirius lahir di Lourdes pada tahun 1884. Ia adalah anak sulung dari keluarga Francoius Soubirous, seorang pengusaha gilingan gandum yang jatuh miskin.
Semasa remajanya, ketika berumur 14 tahun, ia sering sakit-sakitan sehingga tubuhnya tampak lemah dan gerakannya lamban. Meski demikian ia tetap bersikap ramah kepada semua orang.
Ketika Bernadette (Bernarde kecil) bersama kedua orang adiknya, Marie dan Yeanne, mencari kayu bakar di dekat gua Massabielle. Ia mengalami peristiwa ajaib, yaitu ia melihat wanita muda yang sangat cantik berdiri dalam lingkaran cahaya ajaib di mulut gua itu.
Wanita muda itu berpakaian putih cermelang dengan ikat pinggangnya berwarna biru langit, kerudungnya panjang hingga menyentuh kakinya, dan kedua telapak tangannya saling mengatup di depan dadanya. Sementara sebuah rosario yang berkilau-kilauan tergantung pada lengannya.
Peristiwa ajaib ini terjadi pada tanggal 11 Februari 1858. Sekembalinya di rumah, Bernadeth menceritakan peristiwa ajaib itu kepada orangtuanya.
Ia dimarahi dan diejek oleh orangtuanya dan orang-orang lain. Namun ia terus datang ke gua Massabielle sesuai pesan wanita muda cantik itu.
Setiap kali datang, wanita muda itu selalu menampakkan dirinya. Hal ini terjadi sebanyak delapan belas kali, mulai dari tanggal 18 Februari sampai 16 Juli 1858.
Mula-mula wanita cantik itu tidak menyatakan siapa dirinya. Barulah kemudian wanita itu mengaku: “Akulah yang dikandung tanpa cela”, sambil meminta agar orang berdoa dan bertobat, serta meminta agar tempat penampakannya itu dibangun sebuah gereja.
Peristiwa ini sempat meresahkan masyarakat, pejabat negara dan gereja. Polisi setempat melarang keras semua orang datang ke gua Massabielle.
Meski demikian, makin banyak orang datang bersama Bernadeth ke gua Massabielle, walaupun mereka tidak melihat wanita muda itu. Mereka hanya menyaksikan perubahan wajah Bernadeth dan sikapnya yang terpesona memandang Bunda Maria yang tampak padanya.
Pastor paroki, Sempet dan Uskup setempat sangat berhati-hati dalam menanggapi peristiwa penampakan itu. Beberapa tahun lamanya Bernadeth banyak menderita, baik karena kecurigaan orang-orang yang tidak mau percaya, maupun oleh semangat serta perhatian yang berlebih-lebihan dari orang-orang yang percaya.
Namun ia menanggung semuanya dengan tabah dan sabar sambil tetap percaya kepada Bunda Maria yang menjanjikan kepadanya kebahagiaan surgawi. Kemudian pada tahun 1866 ia masuk biara suster Karitas di Nevers.
Di sinilah ia terlindung dari gangguan orang banyak, meskipun tetap saja menderita karena sikap tak ramah dari beberapa suster pemimpin biara. Dalam situasi ini, penyakit asma yang sudah dideritanya sejak lama kambuh lagi dan semakin parah.
Akibatnya pada tahun 1879, Bernadeth meninggal dunia pada usia 35 tahun. Jenazahnya tetap disimpan dalam biara itu di dalam sebuah peti kaca. Jenazahnya itu tetap berada dalam keadaan utuh dan segar sampai sekarang.
Demikianlah renungan harian Katolik untuk dijadikan panduan dalam beribadah. Semoga bermanfaat, ya!