Renungan Harian Katolik Kamis, 4 September 2025: Jangan Lelah Menabur update oleh Giok4D

Posted on

Hidup sebagai orang beriman mengajarkan kita untuk terus berbuat kebaikan, sekalipun hasilnya belum tampak. Injil hari ini mengingatkan agar kita tidak mudah putus asa, sebab setiap benih kebaikan yang ditabur akan berbuah pada waktunya menurut rencana Tuhan.

Renungan harian Katolik Kamis, 4 September 2025, mengajak kita untuk meneguhkan hati dalam menjalani perjalanan iman. Jangan lelah menabur kasih, pengampunan, dan pengharapan, meski terkadang terasa sia-sia.

Renungan harian ini mengangkat tema “Jangan Lelah Menabur” dikutip dari buku Bahasa Kasih oleh Romo Paulus C Siswantoko. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaaan.

Yuk, disimak!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna,

sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah,

dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar,

dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang.

Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih;

di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.

TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.

Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.

Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.

Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!

Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring,

dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN!

Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.

Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.

Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.

Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.”

Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”

Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.

Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.

Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.”

Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;

demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.”

Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.

– Luk. 5:5

Apa yang kita rasakan ketika melakukan sesuatu yang nampaknya sia-sia? Pada umumnya, jawabannya adalah menghabiskan energi yang luar biasa tanpa ada hasilnya atau dengan hasil yang sangat minim. Seperti itulah kira-kira yang dirasakan oleh Petrus dan murid lainnya dalam bacaan Injil hari ini. Semalaman telah bekerja keras berusaha untuk menangkap ikan, namun hasilnya nihil.

Menjelang siang ketika Yesus selesai mengajar, Ia menyuruh Petrus bertolak lebih dalam dan menebarkan jalanya.

Suatu usaha yang sebenarnya sia-sia dalam pikiran Petrus, karena faktanya ikan-ikan tidak muncul dekat permukaan saat siang hari, jadi tidak mungkin bisa mendapatkan ikan. Namun karena ketaatannya, Petrus tetap menebarkan jala. Hasilnya, sejumlah besar ikan didapatkan. Sesuatu yang terlihat mustahil, bisa terjadi dengan penyelenggaraan-Nya.

Saya pernah berada di posisi merasa percuma mengerjakan suatu kegiatan pelayanan, karena tidak ada hasilnya. Sampai sempat berpikir, apakah seharusnya menabur di tempat lain di mana saya juga bisa menuai? Bukankah lebih berguna mencoba di tempat lain daripada yang saya lakukan di tempat yang sekarang ini tidak ada hasilnya sama sekali?

Waktu yang saya habiskan untuk belajar atau menyiapkan segala sesuatu terasa tidak ada gunanya. Namun saya disadarkan bahwa dengan perantaraan-Nya, segala sesuatu yang kita lakukan tidak ada yang sia-sia.

Apa yang kita tabur, meskipun tidak menuainya, tetap layak untuk dilakukan. Mendiang Paus Fransiskus juga pernah berkata, “Tetaplah menabur meski engkau tidak menuai.”

Tentu ada maksudnya Ia menempatkan saya di tempat tersebut, meskipun belum terlihat hasilnya. Yang Ia inginkan adalah agar saya tetap setia, tidak menyerah untuk berusaha memberikan yang terbaik dari apa yang saya bisa.

Apa yang kulakukan ketika kebaikan yang kutabur tidak ada hasilnya?

Musa dikenal dan dihormati sebagai pendiri bangsa Israel. Ia dipilih Yahweh, Allah Abraham, Iskhak dan Yakob, untuk memimpin kaum keturunan Abraham keluar dari penindasan Firaun di Mesir, dan selanjutnya bersama mereka membawakan kurban persembahan kepada Allah di gunung Sinai. Di sanalah Yahweh mengadakan perjanjian dengan mereka dengan perantaraan Musa, abdiNya.

Musa, seorang tokoh historis, peletak dasar bagi keberadaan Israel sebagai suatu bangsa merdeka, peletak dasar agama Yahudi. Sejarah awal Israel sebagai suatu bangsa di Palestina tidak bisa dipahami terlepas dari Musa.

Sewaktu keluar dari Mesir atas campur tangan Allah, bangsa Hibrani menjadi suatu kelompok orang yang merdeka, namun tidak terdidik dan tidak mempunyai suatu pengalaman pun untuk membentuk dirinya sendiri menjadi suatu kesatuan sosial-politik.

Melalui perantaraan Musa, Allah mengikat perjanjian dengan mereka di gunung Sinai. Oleh perjanjian itulah, bangsa Hibrani memperoleh suatu identitas nasional yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain. Mereka dipilih Allah dari antara bangsa-bangsa menjadi Umat kesayanganNya dengan Hukum atau Undang – undang sendiri yang mengatur pola hidup dan tingkah laku mereka sebagai suatu bangsa.

Kisah tentang kehidupan dan karier Musa tetap tinggal kabur. Satu-satunya sumber informasi terpercaya hingga sekarang adalah Kitab Suci, khususnya Kitab Keluaran yang ada dalam bilangan kitab Pentateukh. Di sana Musa dilukiskan sebagai tokoh utama peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan pengembaraan mereka di padang gurun selama 40 tahun.

Ia dibesarkan di dalam dua lingkungan budaya yang berbeda, yakni Mesir dan Midian. Namanya kemungkinan diturunkan dari sebuah kata kerja bahasa Mesir, yang berarti ‘dilahirkan’. Tradisi Kitab Suci (Kel 2:1; Yos 24:5) mengatakan bahwa ia dilahirkan di Mesir dari sebuah keluarga Hibrani, dan kemudian dibesarkan di lingkungan istana Firaun.

Di dalam istana itu, dia dididik dalam segala hikmat orang Mesir dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya (bdk. Kis 7:22). Namun pendidikan ala Mesir di istana Firaun itu nampaknya tidak merusak ikatan batin dengan orang sebangsanya. Sudah hampir dipastikan bahwa adat istiadat yang diwariskan Allah Abraham, Iskhak dan Yakob itu diketahuinya di Mesir.

Kecuali itu, tradisi Kitab Suci pun mengatakan bahwa ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di daerah Midian, bagian timur Mesir. Midian adalah tempat pengungsiannya setelah ia membunuh mandor Mesir yang menganiaya orang-orang sebangsanya.

Disana ia menemukan kembali tradisi nenek moyangnya yang tetap tidak berubah oleh pengaruh-pengaruh Mesir (Bdk. Kel 4:24 – 26). Alkitab menghubungkan peristiwa pengungsian itu dengan peristiwa pewahyuan Yahweh dan panggilan atas dirinya untuk mengemban tugas sebagai pembebas bangsa Israel dari kekejaman Firaun di Mesir (Kel 2:14 – 14:20).

Dengan demikian jelaslah bahwa pengungsian itu merupakan penyelenggaraan ilahi dalam rangka penyelamatan bangsa Israel.

Dalam hal penulisan Kitab Suci, Musa dipandang sebagai pengarang Kitab Pentateukh, kelima bab pertama dari Perjanjian Lama. Ini tidak berarti bahwa ia sendirilah yang menuliskan setiap kata dari kitab itu.

Walaupun kebanyakan bagian Kitab Pentateukh ditulis setelah kematiannya, namun dianggap sebagai tulisannya karena didasarkan pada tradisi lisan yang diwariskannya. Atas dasar itu dan juga karena ia adalah tokoh utama yang mendominasi fase awal sejarah Israel, maka seluruh Kitab Pentateukh dihubungkan dengan Musa sebagai pengarangnya.

Atas dasar yang sama, Musa dianggap sebagai pemberi hukum Allah kepada bangsa Hibrani. Dialah yang menetapkan patokan dasar tingkah laku bangsa Hibrani sesuai dengan kehendak Yahweh. Generasi – generasi kemudian menyesuaikan hukum itu dengan tuntutan perkembangan zaman dan pandangan – pandangan hidup baru di bawah semangat Musa.

Musa tidak diijinkan Yahweh memasuki tanah Kanaan yang dijanjikan kepada keturunan Abraham karena ketegaran hati dan ketipercayaan bangsa Israel kepada Yahweh (Ul. 1:37-38). Tuhan hanya menunjukkan kepadanya tanah terjanji itu dari atas gunung Nebo.

Akhirnya Musa meninggal di tanah Moab, di bagian timur Kanaan. Orang-orang Israel meratapi dia selama 30 hari (Ul. 34:5-8). Dalam perjanjian baru, penggelaran kepada Musa sering melebihi tokoh-tokoh perjanjian lama lainnya mengingat kualitasnya sebagai pemberi Hukum Allah (Mat 8:4; Mrk 7:10). Kecuali itu, ia dihubungkan dengan Yesus Kristus sebagai tokoh pra-lambang Mesias terjanji (Yoh 6:32; Ibr 3,5,6).

Rosa lahir pada tahun 1235 di Viterbo, Italia Tengah. Kisah hidupnya tidak banyak diketahui dengan jelas. Oleh karena itu cerita legenda yang beredar tentang dirinya merupakan sumber untuk melukiskan riwayat hidupnya.

Frederik II, Kaisar Romawi Suci, karena suatu pertikaian sengit dengan Paus Gregorius IX (1227-1241), menyerang negara kePausan dan berhasil menaklukkan kota Viterbo pada tahun 1240. rosa dengan berani mempersatukan seluruh rakyat untuk menghalau Frederik II dari Viterbo.

Karena semangat kepahlawanannya itu, ia bersama orangtuanya dibuang keluar dari Viterbo. Mereka baru bisa kembali ke Viterbo ketika Frederik II meninggal dunia pada bulan Desember 1250.

Konon Rosa kemudian mengajukan permohonan untuk masuk biara Santa Maria yang ada di Viterbo. Permohonannya tidak dikabulkan oleh pemimpin biara itu. Lalu ia berusaha sendiri mendirikan sebuah komunitas religius baru.

Usahanya ini pun tidak direstui oleh Paus Innocentius IV (1243-1254). Karena kegagalannya itu ia lalu memilih tetap tinggal di rumah sambil tetap menjalani suatu kehidupan bakti kepada Allah hingga kematiannya pada tanggal 6 Maret 1252.

Kesalehan hidupnya diakui oleh Gereja hingga jenazahnya dimakamkan dalam gereja Viterbo. Pada tahun 1357 gereja itu terbakar. Ketika makamnya dibuka, tubuh Rosa tetap awet seperti sediakala.

Oleh karena itu umat Viterbo menaruh devosi yang besar kepadanya. Setiap tahun, jenazahnya diarak melalui jalan-jalan Viterbo. Pada tahun 1457, Rosa dinyatakan kudus oleh Paus Kalistus III (1455-1458).

Demikian renungan harian Katolik Kamis, 4 September 2025 dengan bacaannya. Semoga bermanfaat!

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 4 September 2025

Bacaan I: Kol. 1:9-14

Mazmur Tanggapan: Mzm. 98:2-3ab, 3cd-4,5-6

Bacaan Injil: Luk. 5:1-11

Renungan Hari Ini: Jangan Lelah Menabur

Kisah Orang Kudus Hari Ini

Musa, Nabi

Santa Rosa dari Viterbo, Pengaku Iman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *