Umat Katolik memulai hari dengan membaca renungan harian berisi ayat-ayat Alkitab. Renungan ini merupakan cara memohon berkat Allah dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Dilansir dari situs Iman Katolik, berdasarkan kalender liturgi Jumat, 4 Juli 2025, terdapat beberapa ayat Alkitab yang dijadikan renungan harian. Berdoa merupakan cara bagi umat Katolik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mensyukuri berkat juga kasih-Nya.
Untuk itu, ayat Alkitab yang dapat dijadikan bahan renungan adalah Kejadian 23: 1-4, 19; 24: 1-8, 62-67; Mazmur 106: 1-2, 3-4a, 4b-5; Matius 9: 9-13; dan 1 Samuel 15: 1-23.
Simak, yuk!
Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan beserta kisah Santa Elisabeth dari Portugal.
Sara hidup seratus dua puluh tujuh tahun lamanya; itulah umur Sara.
Kemudian matilah Sara di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya.
Sesudah itu Abraham bangkit dan meninggalkan isterinya yang mati itu, lalu berkata kepada bani Het:
Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu; berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini, supaya kiranya aku dapat mengantarkan dan menguburkan isteriku yang mati itu.
Sesudah itu Abraham menguburkan Sara, isterinya, di dalam gua ladang Makhpela itu, di sebelah timur Mamre, yaitu Hebron di tanah Kanaan.
Adapun Abraham telah tua dan lanjut umurnya, serta diberkati Tuhan dalam segala hal.
Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua dalam rumahnya, yang menjadi kuasa atas segala kepunyaannya, katanya: “Baiklah letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku”.
Supaya aku mengambil sumpahmu demi Tuhan, Allah yang empunya langit dan yang empunya bumi, bahwa engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan Kanaan yang di antaranya aku diam.
Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku.”
Lalu berkatalah hambanya itu kepadanya: “Mungkin perempuan itu tidak suka mengikuti aku ke negeri ini; haruskah aku membawa anakmu itu kembali ke negeri dari mana tuanku keluar?”
Tetapi Abraham berkata kepadanya: “Awas, jangan kaubawa anakku itu kembali ke sana.
Tuhan, Allah yang empunya langit, yang telah memanggil aku dari rumah ayahku serta dari negeri sanak saudaraku, dan yang telah berfirman kepadaku, serta yang bersumpah kepadaku, demikian: kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri ini?Dialah juga akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri dari sana untuk anakku.
Tetapi jika perempuan itu tidak mau mengikuti engkau, maka lepaslah engkau dari sumpahmu kepadaku ini; hanya saja, janganlah anakku itu kaubawa kembali ke sana.”
Adapun Ishak telah datang dari arah sumur Lahai-Roi; ia tinggal di Tanah Negeb.
Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk berjalan-jalan di padang. Ia melayangkan pandangnya, maka dilihatnyalah ada unta-unta datang.
Ribka juga melayangkan pandangnya dan ketika dilihatnya Ishak, turunlah ia dari untanya.
Katanya kepada hamba itu: “Siapakah laki-laki itu yang berjalan di padang ke arah kita?” Jawab hamba itu: “Dialah tuanku itu.” Lalu Ribka mengambil telekungnya dan bertelekunglah ia.
Kemudian hamba itu menceritakan kepada Ishak segala yang dilakukannya.
Lalu Ishak membawa Ribka ke dalam kemah Sara, ibunya, dan mengambil dia menjadi isterinya. Ishak mencintainya dan demikian ia dihiburkan setelah ibunya meninggal.
Berkatalah Samuel kepada Saul: “Aku telah diutus oleh Tuhan untuk mengurapi engkau menjadi raja atas Israel, umat-Nya; oleh sebab itu, dengarkanlah bunyi firman Tuhan.
Beginilah firman Tuhan semesta alam: Aku akan membalas apa yang dilakukan orang Amalek kepada orang Israel, karena orang Amalek menghalang-halangi mereka, ketika orang Israel pergi dari Mesir.
Jadi pergilah sekarang, kalahkanlah orang Amalek, tumpaslah segala yang ada padanya, dan janganlah ada belas kasihan kepadanya. Bunuhlah semuanya, laki-laki maupun perempuan, kanak-kanak maupun anak-anak yang menyusu, lembu maupun domba, unta maupun keledai.”
Lalu Saul memanggil rakyat berkumpul dan memeriksa barisan mereka di Telaim: ada dua ratus ribu orang pasukan berjalan kaki dan sepuluh ribu orang Yehuda.
Setelah Saul sampai ke kota orang Amalek, disuruhnyalah orang-orang menghadang di lembah.
Berkatalah Saul kepada orang Keni: “Berangkatlah, menjauhlah, pergilah dari tengah-tengah orang Amalek, supaya jangan kulenyapkan kamu bersama-sama dengan mereka. Bukankah kamu telah menunjukkan persahabatanmu kepada semua orang Israel, ketika mereka pergi dari Mesir?” Sesudah itu menjauhlah orang Keni dari tengah-tengah orang Amalek.
Lalu Saul memukul kalah orang Amalek mulai dari Hawila sampai ke Syur, yang di sebelah timur Mesir.
Agag, raja orang Amalek, ditangkapnya hidup-hidup, tetapi segenap rakyatnya ditumpasnya dengan mata pedang.
Tetapi Saul dan rakyat itu menyelamatkan Agag dan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dan tambun, pula anak domba dan segala yang berharga: tidak mau mereka menumpas semuanya itu. Tetapi segala hewan yang tidak berharga dan yang buruk, itulah yang ditumpas mereka.
Lalu datanglah firman Tuhan kepada Samuel, demikian:
“Aku menyesal, karena Aku telah menjadikan Saul raja, sebab ia telah berbalik dari pada Aku dan tidak melaksanakan firman-Ku.” Maka sakit hatilah Samuel dan ia berseru-seru kepada Tuhan semalam-malaman.
Lalu Samuel bangun pagi-pagi untuk bertemu dengan Saul, tetapi diberitahukan kepada Samuel, demikian: “Saul telah ke Karmel tadi dan telah didirikannya baginya suatu tanda peringatan; kemudian ia balik dan mengambil jurusan ke Gilgal.”
Ketika Samuel sampai kepada Saul, berkatalah Saul kepadanya: “Diberkatilah kiranya engkau oleh Tuhan; aku telah melaksanakan firman Tuhan.”
Tetapi kata Samuel: “Kalau begitu apakah bunyi kambing domba, yang sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar itu?”
Jawab Saul: “Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas.”
Lalu berkatalah Samuel kepada Saul: “Sudahlah! Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang difirmankan Tuhan kepadaku tadi malam.” Kata Saul kepadanya: “Katakanlah.”
Sesudah itu berkatalah Samuel: “Bukankah engkau, walaupun engkau kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala atas suku-suku Israel? Dan bukankah Tuhan telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel?
Tuhan telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka.
Mengapa engkau tidak mendengarkan suara Tuhan? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan?”
Lalu kata Saul kepada Samuel: “Aku memang mendengarkan suara Tuhan dan mengikuti jalan yang telah disuruh Tuhan kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas.
Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan, Allahmu, di Gilgal.”
Tetapi jawab Samuel: “Apakah Tuhan itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara Tuhan? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja.”
Santa Elisabeth dari Portugal lahir tahun 1271. Ia merupakan puteri Raja Pedro III dari Aragon dan cucu Santa Elisabeth dari Hungaria.
Ia dijuluki “Pembawa Damai” karena berjasa menghentikan konflik antara raja-raja Castile, Aragon, dan Portugal pada abad ke-14. Selain itu, ia juga menjadi teladan bagi para ibu rumah tangga, khususnya yang mengalami penderitaan batin karena suaminya.
Pada usia 12 tahun, ia dinikahkan dengan Raja Dionisius I dari Portugal, raja yang rajin dan adil namun memiliki kehidupan moral yang bejat. Dionisius kerap berselingkuh, mudah cemburu, dan tak mempercayai istrinya.
Meski begitu, Elisabeth tetap setia pada imannya, hidup sederhana, dan rajin berdoa setiap hari. Ia dikenal karena karya amalnya yang luas.
Mulai dari membantu wanita tidak kawin, menyediakan penginapan bagi peziarah, dan mendirikan rumah sakit di Coimbra, panti anak-anak terlantar, serta rumah pertobatan bagi perempuan berdosa. Ia juga merawat anak-anak suaminya dari hubungan di luar nikah, selain anak-anak kandungnya.
Kesalehannya berhasil menyentuh hati Dionisius, yang akhirnya bertobat dan wafat tahun 1325. Setelah itu, Elisabeth menjadi biarawati Ordo Fransiskan di Coimbra, dan tetap aktif mendamaikan pertikaian antar kerajaan, termasuk konflik yang melibatkan puteranya, Raja Alfonso IV.
Ia wafat di Estremoz pada 4 Juli 1336 dalam sebuah misi perdamaian, dan dimakamkan di Coimbra. Gereja mengangkatnya sebagai santo pada tahun 1625.
Demikianlah renungan harian Katolik untuk dijadikan panduan dalam beribadah. Semoga Tuhan memberkati, ya!