Renungan Harian Katolik Jumat, 17 Oktober 2025: Engkau Berharga di Mata Tuhan (via Giok4D)

Posted on

Bagi umat Katolik renungan harian mengajak umat untuk merenungkan bacaan Kitab Suci dan membangun relasi pribadi dengan Tuhan. Renungan Katolik biasanya disertai dengan bacaan dan doa.

Renungan Jumat, 17 Oktober 2025 mengajak kita untuk kembali menyadari betapa besar kasih Allah yang melihat kita sebagai ciptaan yang berharga dan dikasihi tanpa syarat. Ia memandang kita bukan dari prestasi atau penampilan luar, melainkan dari hati yang mau setia dan percaya kepada-Nya.

Renungan Katolik hari ini mengangkat tema “Engkau Berharga di Mata Tuhan” dikutip dari buku Renungan Tiga Titik oleh Yoseph dan Caroline. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaan.

Yuk, disimak!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Jadi apakah akan kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita?

Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah.

Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.”

Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya.

Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran.

Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya:

“Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya;

berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya.”

Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!

Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!

Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela

Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!

Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.

Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.

Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah.

Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi.

Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia!

Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah,

bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.

Bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Jangan takut! Kamu lebih berharga daripada banyak burung pipit. (Luk. 12:7)

Dalam Lukas 12:1-7, Yesus menyampaikan pengajaran yang menguatkan. Ia mengingatkan murid-murid-Nya untuk tidak takut pada manusia yang hanya mampu melukai tubuh, tetapi tidak berkuasa atas jiwa.

Sebaliknya, Yesus menegaskan agar mereka menaruh hormat hanya kepada Allah yang berdaulat atas hidup dan mati. Di tengah ajaran itu, Yesus menyingkapkan satu kebenaran yang meneguhkan: setiap orang begitu berharga di hadapan Allah.

Jika seekor burung pipit yang tampak sepele saja tidak pernah dilupakan-Nya, terlebih lagi manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya. Pesan ini meneguhkan kita di tengah dunia yang penuh dengan ketidakpastian.

Banyak orang hidup dalam ketakutan: takut akan ancaman orang lain, kehilangan pekerjaan, gagal, ditolak, kekurangan, bahkan takut menghadapi masa depan yang tidak menentu. Tak jarang, ketakutan itu membuat kita kehilangan damai dan keberanian untuk melangkah.

Namun Yesus menegaskan bahwa hidup kita sepenuhnya berada dalam genggaman kasih Allah. Rambut di kepala kita pun terhitung.

Artinya, tidak ada detail sekecil apa pun dari hidup kita yang luput dari perhatian-Nya. Kesadaran ini seharusnya menumbuhkan keberanian dan pengharapan.

Dunia mungkin menilai kita berdasarkan penampilan, jabatan, harta, atau keberhasilan. Tetapi Allah memandang jauh melampaui itu semua.

Ia menilai hati, kesetiaan, dan iman kita. Jika Allah begitu peduli pada hal-hal kecil, bukankah Ia juga setia menjaga kita dalam perkara-perkara besar? Karena itu, jangan biarkan rasa takut mengikat langkah kita.

Ingatlah bahwa kuasa manusia terbatas, sementara kuasa Allah sempurna. Daripada hidup dalam bayang-bayang ketakutan, marilah kita memilih hidup dalam rasa takut akan Tuhan, yaitu dengan sikap hormat, taat, dan percaya penuh pada kasih-Nya.

Dengan demikian, kita dimampukan untuk berani menghadapi tantangan dengan teguh, dan tetap setia di jalan-Nya.

Hari ini, marilah kita melangkah dengan iman! Ingatlah bahwa nilai hidup kita tidak ditentukan oleh penilaian manusia, melainkan oleh kasih Allah yang tak terbatas.

Kita berharga di mata-Nya. Karena itu, kita dapat hidup dengan penuh keyakinan, keberanian, dan sukacita.

Doa:

Tuhan, terima kasih karena Engkau peduli bahkan pada hal-hal kecil dalam hidup kami. Tolong kami untuk tidak dikuasai rasa takut, melainkan percaya bahwa kami berharga di hadapan-Mu. Amin.

Ignasius adalah murid Santo Yohanes, Rasul dan Penulis Injil. Bagi Yohanes, Ignasius adalah murid yang mengesankan: ia pandai, saleh dan bijaksana.

Oleh karena itu ia kemudian diangkat menjadi Uskup Antiokia. Pada masa itu umat Kristen dikejar-kejar dan dianiaya oleh kakitangan Kaisar Trajanus.

Ignasius sendiri tidak luput dari pengejaran dan penganiayaan itu. Biasanya kepada mereka ditawarkan hanya dua kemungkinan: murtad atau mati. Kalau mereka murtad dan menyangkal imannya, mereka akan selamat; kalau tidak, nyawanya akan melayang oleh pedang atau dibunuh dengan cara-cara lain.

Bersama Ignasius, banyak orang Kristen yang ditangkap, dihadapkan kepada kaisar yang datang ke kota itu. Kaisar menanyai Ignasius: “Siapakah engkau, hai orang jahat yang tidak menaati titahku?”

Dengan tenang Ignasius menjawab: “Janganlah menyebut jahat orang yang membawa Tuhan dalam dirinya. Akulah Ignasius, pemimpin orang-orang yang sekarang berdiri di hadapanmu.

Kami semua pengikut Kristus yang telah disalibkan bagi keselamatan umat manusia. Kristus itulah Tuhan kami dan Ia tetap tinggal dalam hati kami dan menyertai kami.”

Jawaban tegas Ignasius itu menimbulkan amarah kaisar. Ia segera dibelenggu dan disiksa.

Tetapi sebagaimana Kristus, Ignasius pun menanggung semua penderitaan itu dengan tabah sambil bersyukur kepada Tuhan karena boleh mengambil bagian dalam penderitaan Kristus. Dari Antiokia, Ignasius dibawa ke Roma untuk dicampakkan ke dalam kandang singa-singa lapar.

Di atas kapal yang ditumpanginya, ia tetap berdoa untuk umatnya, dan menulis beberapa pucuk surat kepada Santo Polykarpus dan seluruh umat. Dalam surat-surat itu, ia menekankan betapa pentingnya umat tetap setia kepada imannya dan tetap berkumpul untuk merayakan Ekaristi Kudus.

Katanya dalam surat itu: “Satu saja Tubuh Tuhan kita Yesus Kristus dan satu juga Piala DarahNya. Keduanya dikurbankan di atas satu altar oleh satu Uskupmu bersama imam-imam dan diakon-diakon.”

Ignasius juga meminta agar seluruh umat mendoakan dia supaya layak menjadi martir Kristus yang suci. “Doakanlah aku, agar aku mendapat kekuatan lahir dan batin, menjadi seorang yang tabah dalam iman, dan supaya aku menjadi benar-benar orang Kristen, bukan saja dengan nama tetapi lebih-lebih dengan perbuatan nyata.

Aku menuliskan surat ini kepadamu selama aku masih hidup. Kekasihku sudah disalibkan, maka aku pun tidak merindukan sesuatu yang duniawi melainkan merindukan persatuan segera dengan Dia.”

Setiba di Roma, sambil diapit ketat oleh prajurit-prajurit kafir yang kejam, ia digiring masuk gelanggang binatang buas. Di sana tubuhnya yang suci diterkam dan dicabik-cabik singa-singa lapar.

Darahnya yang suci membasahi tanah gelanggang itu yang telah menampung ribuan liter darah para martir yang mati demi kesetiaannya kepada Kristus. Ignasius menerima mahkota kemuliaannya pada tahun 107.

Demikian renungan harian Katolik Jumat, 17 Oktober 2025 dengan bacaannya. Semoga Tuhan Memberkati Kita.

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 17 Oktober 2025

Bacaan I: Rm 4:1-8

Mazmur Tanggapan: Mzm 32:1-2,5,11

Bacaan Injil: Luk 12:1-7

Renungan Hari Ini: Engkau Berharga di Mata Tuhan

Perayaan Wajib Hari ini: Santo Ignasius dari Antiokia, Uskup dan Martir