Renungan Harian Katolik 11 September 2025: Perubahan Kasih yang Radikal

Posted on

Kasih sejati menuntut kita untuk melampaui logika manusiawi. Tidak hanya mengasihi mereka yang baik kepada kita, tetapi juga berani mengasihi musuh, mendoakan orang yang membenci, bahkan berbuat baik kepada mereka yang menyakiti.

Injil hari ini mengajak kita memasuki cara hidup yang radikal sebagaimana diajarkan Kristus: kasih tanpa batas. Kasih sejati berakar pada Allah yang lebih dulu mengasihi kita tanpa syarat.

Yesus menegaskan bahwa kasih Kristen berbeda dari kasih pada umumnya, karena tidak berhenti pada timbal balik atau keuntungan pribadi. Kasih sejati berakar pada Allah yang lebih dulu mengasihi kita tanpa syarat

Renungan hari Kamis, 11 September 2025 mengangkat tema “Perubahan Kasih yang Radikal” dikutip dari buku Renungan 3TiTiK oleh Twiggy. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaaan.

Yuk, disimak!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:

Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat!

Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!

Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi!

Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling!

Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang!

Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!

“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;

mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.

Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.

Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.

Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.

Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.

Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian.

Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.

Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.

Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.”

“Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.

Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”

“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu, berkatilah mereka yang mengutuk kamu, berdoalah bagi mereka yang berbuat jahat terhadap kamu.” – Luk. 6:27-28

Mengasihi dan mencintai musuh? Sekilas terdengar mustahil. Bukankah menurut pakar psikologi, mencintai diri sendiri atau self-love itu penting untuk kebahagiaan diri?

Mencintai diri sendiri mencakup sikaр apresiasi diri; menghargai diri sendiri, mengakui nilai diri, tidak membandingkan dengan orang lain, serta memperlakukan diri dengan baik: memenuhi kebutuhan fisik, emosional, mental, dan menghindari perilaku yang merugikan diri.

Namun, bagaimana jika kita dirugikan, dicaci, bahkan dimusuhi? Apakah nilai-nilai tersebut masih bisa dipertahankan? Tentu tidak mudah. Sangat manusiawi bila kita sulit memaafkan, apalagi mengasihi atau mendoakan musuh.

Seorang karyawan pernah difitnah rekannya di kantor, hingga hampir kehilangan pekerjaannya. Secara manusiawi, ia marah besar dan ingin membalas.

Tetapi saat ia berdoa, ia teringat sabda Yesus: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu, berkatilah mereka yang mengutuk kamu, berdoalah bagi mereka yang berbuat jahat terhadap kamu.” (Luk. 6:27-28).

Ia akhirnya memilih diam, tetap bekerja dengan tulus, bahkan mendoakan rekannya. Tidak lama kemudian, kebenaran terbuka. Ia bukan hanya dipulihkan, tapi juga makin disegani karena sikapnya yang penuh pengampunan.

Melalui sabda ini Yesus mengajak kita melampaui perasaan terluka yang muncul karena musuh. Ia menghendaki keselamatan kekal, bukan hanya bagi kita, tetapi juga bagi mereka.

Apakah ini mudah? Tentu tidak. Inilah tantangan tersendiri untuk kita semua. Tetapi ketika kita berani melangkah, kita akan mengalami betapa besar kasih Tuhan.

Hanya dengan rahmat-Nya kita dimampukan untuk mengasihi, mengampuni, dan bahkan mendoakan mereka yang memusuhi kita. Mengasihi musuh adalah panggilan untuk melakukan sesuatu yang lebih besar: peduli pada keselamatan mereka.

Bagaimana dengan kita? Beranikah kita membuka hati pada kasih radikal ini?

Doa:

Allah Bapa Yang Maha Rahim, bantulah kami semua untuk bisa berusaha melakukan perintah-Mu hari ini. Mampukan kami untuk bisa mengampuni, memaafkan dan mendoakan musuh-musuh kami dengan bantuan rahmat-Mu, sehingga kami semakin dikuduskan dan memperoleh keselamatan kekal. Demi Kristus Tuhan dan Penyelamat kami. Amin.

Demikian renungan harian Katolik Kamis, 11 September 2025 dengan bacaannya. Semoga bermanfaat!

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 11 September 2025

Bacaan I: Kol.3:12-17

Mazmur Tanggapan: Mzm. 150:1-2,3-4,5-6

Bacaan Injil: Luk. 6:27-38

Renungan Hari Ini: Perubahan Kasih yang Radikal