Renungan Harian Kamis, 16 Oktober 2025: Mensyukuri & Membagikan Kasih Karunia (via Giok4D)

Posted on

Bagi umat Katolik renungan harian mengajak umat untuk merenungkan bacaan Kitab Suci dan membangun relasi pribadi dengan Tuhan. Renungan Katolik biasanya disertai dengan bacaan dan doa.

Renungan harian Katolik, Kamis 16 Oktober 2025 mengingatkan kita bahwa kasih Tuhan jauh lebih lebih besar kepada kita dari pada apa yang kita lakukan. Karena itu kita diajak untuk menjadi saluran kasih karuia-Nya bagi orang lain.

Renungan harian Katolik hari ini mengangkat tema “Mensyukuri dan Membagikan Kasih Karunia” dikutip dari buku Inspirasi Pagi (LBI) oleh Harry Setianto SJ. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaan.

Yuk, disimak!

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:

Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi,

yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.

Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,

dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.

Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya.

Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus.

Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman!

Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.

Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain!

Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman.

Nyanyian ziarah. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN!

Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku.

Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?

Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.

Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.

Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya.

Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.

Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka.

Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya.

Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya,

supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan,

mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini.

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi.”

Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal.

Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya.

Kasih karunia adalah hadiah terbesar dari Allah. Ia memberi kita jauh lebih banyak daripada yang layak kita terima.

Hari ini adalah hari yang baik bagi kita untuk berhenti sejenak dan merenungkan kebaikan Yesus yang telah menebus kita dan memberi kita kesempatan baru tanpa syarat. Rasul Paulus hari ini juga mengingatkan kita akan kasih dan belas kasihan Allah yang berlimpah-limpah (bacaan pertama, Rm. 3:21-30).

Pada zaman sekarang, kita bisa membayangkan kasih karunia tidak hanya sebagai pengorbanan darah yang terasa jauh dari kehidupan sehari-hari, tetapi juga sebagai utang yang dilunasi, kesalahan yang dihapus, atau kesempatan kedua untuk memulai hidup yang baru.

Gambaran-gambaran ini membantu kita menangkap kembali betapa luasnya kasih Allah.

Yesus tidak hanya memberi kita kasih karunia, tetapi juga memanggil kita untuk menyalurkannya kepada orang lain. Kita dipanggil untuk mengampuni, memberi kesempatan baru, dan mengasihi lebih dari sekadar sewajarnya.

Ketika kita enggan melakukannya, kita mudah menjadi keras, menghakimi, dan lupa bahwa kita sendiri pernah (dan terus) menerima pengampunan dan kesempatan kedua. Hari ini kita diajak untuk bertanya: Kepada siapa kita bisa memberi pengampunan? Kepada siapa kita bisa membuka pintu kesempatan baru?

Untuk “beres” dengan Allah, kita perlu berani jujur pada diri sendiri, mengakui ketakutan, kelemahan, dan ketidakberdayaan kita. Di titik inilah Roh Kudus hadir untuk menghibur, menguatkan, dan menuntun kita.

Kita belajar bahwa kelemahan bukanlah akhir, melainkan pintu untuk merasakan kekuatan dan kasih-Nya. Di situ, kita menemukan diri kita kembali sebagai pendosa yang dikasihi.

Hari ini, mari kita membuka hati: Akui kelemahan kita di hadapan Allah, izinkan Roh Kudus menguatkan kita, dan pilih satu tindakan nyata untuk menyalurkan kasih karunia itu kepada orang lain dengan cara mengampuni, memberi semangat, atau membantu mereka yang jatuh.

Kasih karunia yang kita terima akan menjadi nyata ketika kita juga membagikannya.

Puteri keturunan bangsawan Hungaria dan tante dari Santa Elisabeth Hungaria ini lahir pada tahun 1174. Ketika berusia 12 tahun ia kawin dengan Hendrikus, seorang Pangeran Polandia.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Tuhan mengaruniakan kepada mereka 7 orang anak. Setelah suaminya gugur dalam peperangan melawan tentara Dschengis Khan, ia masuk biara Suster-suster Benediktin.

Dengan harta kekayaannya ia banyak membantu orang-orang miskin dan penderita kusta, mendirikan biara serta meningkatkan taraf pendidikan dan kebudayaan warga penduduk Silesia (Jerman Timur/Polandia). Ia meninggal dunia pada tahun 1243.

Margaretha Maria Alacoque lahir pada tanggal 22 Juli 1647 di kota Janots Burgundia, Lhautecour, Prancis. Nama ‘Maria’ yang dikenakannya adalah nama Krismanya.

Ayahnya, Alacoque, adalah seorang notaris. Ibunya bernama Filibertha Lamyn. Pasangan saleh ini dikaruniai tujuh orang anak, yang hampir semuanya mati dalam usia muda. Hanya Margaretha yang hidup agak lebih lama.

Margaretha berwatak tenang, manis dan saleh. Ia lebih suka akan kesunyian daripada bermain-main dan berhura-hura.

Oleh karena itu ia sangat dikasihi bahkan dimanjakan oleh ibu-bapaknya. Tetapi Tuhan rupanya mempunyai suatu rencana khusus atas dirinya.

Untuk memperkuat mental dan imannya dalam rangka rencana rahasia itu, Tuhan mencobai dia dengan berbagai peristiwa yang menekan batin. Ayahnya meninggal dunia, dan ibunya jatuh sakit berat.

Dalam situasi demikian, nenek dan bibinya sendiri tidak bersikap ramah padanya. Namun semua perlakuan itu tidak diperdulikannya karena ia tidak mau menyakiti hati ibunya yang sedang sakit itu.

Sementara itu kesukaannya dalam kesunyian semakin membawa dia ke dalam kebiasaan untuk berdoa lebih kusuk lagi. Besar cinta bakti dan hormatnya kepada Bunda Maria dan Tuhan Yesus yang hadir di dalam Sakramen Mahakudus.

Untuk memperkuat kehidupan rohaninya ia menjalankan matiraga yang keras dan tanpa memahami benar-benar apa artinya sebuah kaul, ia selagi masih muda telah menjanjikan kemurniannya sepanjang hidup kepada Allah.

Ketika masih kecil, ia dididik oleh Suster-suster Klaris di Charolles, Prancis. Dari usia 11-15 tahun, ia menderita sakit reumatik yang hebat sehingga terpaksa harus terus berbaring di atas tempat tidur.

Semua peristiwa yang menimpa dirinya boleh dikatakan merupakan penyelenggaraan ilahi atas dirinya, karena sesudah sembuh dari sakit itu, ia mengalami penampakan-penampakan Tuhan Yesus. Dalam penampakan-penampakan itu, Yesus biasanya tampak dalam keadaan bermahkota duri atau disalibkan.

Pengalamannya akan penampakan-penampakan itu seolah terus mendesak dia untuk memasuki cara hidup membiara demi bakti yang menyeluruh kepada Allah. Oleh karena itu, pada tahun 1671 ia masuk biara Visitasi di Paray le Monial.

Di sini Tuhan menampakan diri kepadanya dan menyampaikan wahyu tentang devosi kepada Hati Kudus Yesus. Pada bulan Desember 1673, ia mendapat wahyu pertama berkenaan dengan penghormatan kepada Hati Kudus Yesus.

Mulai saat itu hatinya sendiri dipenuhi cinta ilahi Yesus. Selama 18 bulan Yesus terus-menerus menampakan diri kepadanya untuk menjelaskan apa yang telah dikatakanNya pada wahyu pertama.

Inilah isi ringkas pesan Tuhan itu: “Orang harus menghormati HatiNya yang Mahakudus. Bentuk Hati Yesus itu, sebagaimana tergambar jelas dalam penampakan yang dialami Suster Margaretha Maria- ialah sebuah hati manusia yang bermahkota duri, tergores luka, dengan api dan cahaya kemilau.

Yesus mengatakan bahwa kendatipun Ia sungguh-sungguh mencintai manusia, tetapi manusia membalas cintaNya dengan sikap dingin dan acuh tak acuh. Secara khusus Ia mengingatkan umat akan bahaya ajaran sesat Yanssenisme yang telah berkembang luas di seluruh Prancis.

Adalah tugas Margaretha untuk mengimbangi semua kelemahan dan kekurangan umat manusia. Margaretha harus seringkali menerima Komuni Kudus, teristimewa pada hari Jumat Pertama setiap bulan selama sembilan bulan berturut-turut.

Selain itu, ia harus berjaga di hadapan Sakramen Mahakudus pada setiap malam Jumat sebagai kenangan akan penderitaanNya dan pengkhianatan atas diriNya di Taman Getzemani pada hari Kamis Putih.

Pada Oktaf Hari Raya, Tubuh Kristus tahun 1675, Tuhan sekali lagi menampakan diri kepada Margaretha untuk memberikan kepadanya Wahyu Hati Kudus yang terakhir dan yang terpenting: “Ingatlah akan HatiKu yang begitu mencintai manusia hingga habis-habisan; bahkan menjadi lelah dan habis terbakar oleh cinta itu. Sebagai pengganti terimakasih, Aku menerima dari banyak orang hanya sikap acuh tak acuh, ketidaksopanan dan dosa sakrilegi, sikap dingin dan caci maki.”

Meskipun Margaretha memberi kesaksian tentang penampakan-penampatan Tuhan padanya, rajin dan tabah dalam menghormati Hati Kudus Yesus, namun devosi khusus terhadap Hati Kudus – sebagaimana diminta langsung oleh Yesus – tidak ditanggapi serius dan tidak diakui oleh Gereja dalam kurun waktu yang cukup lama sesudah kematian Margaretha.

Ia sendiri mendapat perlakuan yang kurang simpatik dari rekan-rekan susternya, karena mereka menganggap semua penampakan yang diceritakannya sebagai berita bohong belaka. Untunglah bahwa tidak semua rohaniwan bersikap demikian.

Dalam penyelenggaraan ilahiNya, Tuhan mengirim Pastor Claude de la Colombiera SY menjadi Bapa Pengakuan untuk Suster-suster Visitasi di biara Paray-le-Monial. Dia-lah orang pertama yang menaruh perhatian besar kepada cerita-cerita Suster Margaretha tentang penampakan-penampakan Tuhan serta pesan-pesanNya itu.

Beliau menunjukkan sikap simpatik dan memberi dukungan besar kepada Margaretha. Sepeninggal Suster Margaretha, pastor Claude, melalui tulisan-tulisannya dan kotbah-kotbahnya di Inggris dan Prancis, menyebarluaskan berita penampakan-penampakan Tuhan yang dialami Suster Margaretha.

Seluruh umat tertarik pada peristiwa itu. Dan sejak itu mulai digalakkan devosi kepada Hati Kudus Yesus dan Jam Suci di hadapan Sakramen Mahakudus sebagaimana dipesankan Tuhan kepada Margaretha.

Tak lama kemudian pada tahun 1765. Pesta Hati Kudus Yesus direstui oleh Sri Paus, dan Margaretha menjadi teladannya.

Margaretha Maria Alacoque meninggal dunia di biara Paray-le-Monial pada tanggal 17 Oktober 1690. la dinyatakan ‘santa’ pada tahun 1920.

Demikian renungan harian Katolik Kamis, 16 Oktober 2025 dengan bacaannya. Semoga Tuhan Memberkati Kita.

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 16 Oktober 2025

Bacaan I: Rm. 3:21-30

Mazmur Tanggapan: Mzm 130:1-2,3-4b, 4c-6

Bacaan Injil: Luk. 11:47-54

Renungan Hari Ini: Mensyukuri dan Membagikan Kasih Karunia

Kisah Orang Kudus Hari Ini

Santa Hedwiq, Janda

Santa Margaretha Maria Alacoque, Perawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *