Menjelang Idul Adha, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah. Salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan adalah berpuasa di awal bulan Dzulhijjah.
Amalan ini sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW. Disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad, Rasulullah SAW biasa berpuasa selama sembilan hari pertama Dzulhijjah.
“Sesungguhnya Rasulullah SAW melakukan puasa sembilan hari di awal bulan Dzulhijjah, di Hari Asyura dan tiga hari di setiap bulan iaitu hari Isnin yang pertama dan dua hari Khamis yang berikutnya” (HR Imam Ahmad dan an-Nasa’i)[1]
Nah, bagi umat muslim yang ingin meraih pahala besar dari puasa sunnah ini, penting untuk mengetahui waktu, niat, tata cara, hingga keutamaannya. Dalam artikel ini, infoSulsel akan mengulas tentang panduan lengkap puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah.
Simak penjelasan lengkapnya berikut ini!
Puasa Dzulhijjah adalah puasa yang dikerjakan selama sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah. Hari-hari tersebut termasuk dalam waktu yang sangat dicintai oleh Allah SWT untuk memperbanyak amal kebaikan, termasuk puasa dan ibadah lainnya.
Bagi umat muslim yang mengerjakan puasa Dzulhijjah ini tentunya perlu mengetahui niat puasa tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa niat merupakan syarat sah pas.
Adapun niat puasa Dzulhijjah adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذُوالْحِجَّةٌ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma syahru dzulhijjah sunnatan lillaahi ta’aala.
Artinya: “Aku berniat puasa bulan Dzulhijjah, sunnah karena Allah Ta’ala.”[2]
Puasa selama sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah memiliki keutamaan yang luar biasa. Berikut keutamaan puasa Dzulhijjah:
Di antara sembilan hari puasa Dzulhijjah, tanggal 8 Dzulhijjah dikenal sebagai puasa Tarwiyah. Disebut Tarwiyah karena bertepatan dengan hari Tarwiyah dalam rangkaian ibadah haji.
Istilah Tarwiyah sendiri berasal dari kata rawa-yarwi, yang berarti membawa atau memenuhi air. Disebut demikian karena pada hari itu para jamaah haji biasanya mengambil banyak air, terutama air zam-zam, untuk persiapan perjalanan ke Arafah dan Mina.
Berikut niat puasa Tarwiyah:
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillāhi Ta’ala.
Artinya: “Saya berniat melakukan puasa sunah Tarwiyah karena Allah Ta’ala.”[2]
Tidak ditemukan hadits sahih yang secara khusus menjelaskan keutamaan puasa Tarwiyah. Meski begitu, puasa ini tetap dianjurkan karena termasuk dalam amalan salih di 10 hari pertama Dzulhijjah, yang sangat dicintai oleh Allah.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim).[4]
Dengan dasar hadits ini, maka puasa Tarwiyah tetap menjadi amalan yang dapat dikerjakan sebagai bentuk ibadah di hari-hari terbaik dalam setahun.
Puasa Arafah dilakukan pada 9 Dzulhijjah, yaitu pada hari Arafah, satu hari sebelum Hari Raya Idul Adha. Hari Arafah sendiri merupakan salah satu hari istimewa dalam Islam.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat imam Muslim, yakni Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada suatu hari yang Allah lebih banyak membebaskan seorang hamba dari api neraka, melainkan hari Arafah. Sesungguhnya, Allah mendekat dan berbangga di hadapan para malaikat-Nya seraya berkata, ‘Apa yang mereka inginkan?” (HR Muslim).[5]
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma ‘arafata sunnatan lillaahi ta’aala.
Artinya: “Aku berniat puasa ‘Arafah, sunnah karena Allah Ta’ala.”[3]
Keutamaan puasa Arafah dijelaskan dalam hadits berikut:
Dari Abu Qatadah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله ، والسنة التي بعده
Artinya: “…puasa hari arafah, saya berharap kepada Allah agar menjadikan puasa ini sebagai penebus (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya..” (HR. Muslim).[1]
Berdasarkan hasil sidang isbat penetapan awal Dzulhijjah 1446 H, 1 Dzulhijjah 2025 ditetapkan jatuh pada hari Rabu, 28 Mei 2025. Penetapan ini sejalan dengan keputusan yang dikeluarkan oleh Muhammadiyah mengenai awal bulan Dzulhijjah 1446 H.
Dengan demikian, puasa Dzulhijjah 2025 dapat dimulai sejak tanggal 28 Mei hingga 3 Juni 2025. Selanjutnya, puasa Tarwiyah jatuh pada 4 Juni 2025, dan puncaknya adalah puasa Arafah pada 5 Juni 2025.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini jadwal puasa Dzulhijjah 2025:
Secara umum, cara menjalankan puasa Dzulhijjah tidak berbeda dengan puasa sunah lainnya. Yang membedakan hanyalah pada bacaan niatnya. Berikut panduan lengkap dalam melaksanakan puasa sunnah Dzulhijjah:
1. Membaca Niat Puasa Sunnah Dzulhijjah
Sebelum memulai puasa, dianjurkan untuk membaca niat sesuai dengan jenis puasa yang akan dilakukan, baik itu puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, maupun Arafah. Bacaan niat bisa disesuaikan sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
2. Sahur
Seperti puasa pada umumnya, sahur sangat dianjurkan untuk dilakukan meskipun hukumnya sunnah. Sahur membantu menjaga stamina selama menjalankan ibadah puasa.
3. Berpuasa
Puasa dimulai sejak masuk waktu imsak hingga waktu berbuka. Selama itu, umat muslim wajib menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang dapat membatalkan puasa.
4. Menyegerakan Berbuka
Ketika waktu Maghrib tiba, disunnahkan untuk segera berbuka puasa. Menyegerakan berbuka termasuk salah satu amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.[6]
Sebelum menjalankan ibadah puasa, penting bagi setiap muslim untuk mengetahui syarat dan rukunnya. Hal ini agar puasa yang dilakukan sah dan diterima oleh Allah SWT.
1. Beragama Islam
Puasa hanya sah dan diterima jika dilakukan oleh orang yang beragama Islam. Orang non-muslim tidak diwajibkan puasa dan tidak perlu mengqadha ketika masuk Islam.
2. Baligh
Puasa wajib bagi yang sudah baligh, yaitu telah mencapai usia dewasa secara syariat. Tanda baligh, yaitu keluar mani, mimpi basah (laki-laki), dan haid (perempuan).
3. Berakal
Puasa hanya diwajibkan bagi orang yang berakal sehat. Tidak berlaku bagi orang gila atau yang kehilangan kesadaran.
4. Mampu untuk Berpuasa
Hanya orang yang sehat dan kuat yang diwajibkan berpuasa. Orang sakit atau tidak mampu dibolehkan tidak berpuasa.
5. Dalam Keadaan Bermukim
Musafir atau orang yang bepergian jauh (minimal ±130 km) tidak diwajibkan puasa dan boleh menggantinya di hari lain.[6]
Adapun hal-hal yang dapat membatalkan puasa, di antaranya:
1. Makan dan Minum
Jika seseorang makan atau minum secara sengaja saat berpuasa, maka puasanya batal. Namun, jika lupa, maka puasanya tetap sah dan ia harus melanjutkannya.
2. Sengaja Muntah
Muntah yang disengaja, seperti dengan memasukkan jari ke mulut atau meminum sesuatu untuk memancing muntah, membatalkan puasa dan wajib diqadha. Tapi jika muntahnya tidak disengaja, maka puasa tetap sah.
3. Haid dan Nifas
Keluarnya darah haid atau nifas, walau hanya sesaat sebelum waktu berbuka, membatalkan puasa. Dalam hal ini, wanita wajib mengganti puasanya di hari lain.
4. Masturbasi
Mengeluarkan air mani karena rangsangan atau perbuatan yang disengaja seperti mencium, memeluk, atau menyentuh, dapat membatalkan puasa.
5. Niat Berbuka
Jika seseorang berniat untuk berbuka sebelum waktu Magrib, maka puasanya batal, meski ia belum makan atau minum. Sebab, niat adalah salah satu rukun puasa yang tidak boleh ditinggalkan.[6]
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa 10 hari pertama Dzulhijjah merupakan waktu yang istimewa. Hal ini sesuai dengan hadits berikut:
“Tiada sebarang hari pun yang lebih disukai Allah dimana seorang hamba beribadah di dalam hari-hari itu daripada ibadah yang dilakukannya di dalam 10 hari Dzulhijjah. Puasa sehari di dalam hari itu menyamai puasa setahun dan qiyamulail (menghidupkan malam) di dalam hari itu seumpama qiyamullail setahun.”[7]
Demikianlah panduan lengkap puasa Dzulhijjah, Tarwiyah, dan Arafah. Semoga bermanfaat!
Referensi:
1. Buku Amalan Ibadah Bulan Dzulhijjah yang disusun oleh Hanif Luthfi Lc MA
2. Buku Siapa Berpuasa Dimudahkan Urusannya karya Khalifa Zain Nasrullah dan laman Kemenag RI
3. Lama Kemenag Provinsi Bangka Belitung, Keutamaan Puasa Sunnah di Bulan Dzulhijjah
4. Laman Rumaysho ‘Cara Melakukan Puasa Awal Dzulhijjah’
5. Buku Kalender Hijriah 2025 yang disusun oleh Kementerian Agama
6. Buku Panduan Praktis Ibadah Puasa yang disusun oleh Drs E Syamsuddin dan Ahmad Syahirul Alim Lc
7. Buku Fiqh Ibadah karya Nur Hidayah Al Amin Lc ME Sy dan Khairul Imam S H I, M Si