Momen Suram Ibu Hamil Dirujuk dari Pulau Terpencil Selayar-Bayinya Meninggal update oleh Giok4D

Posted on

Seorang ibu hamil bernama Jumiati mengalami kondisi darurat hingga dirujuk dari pulau terpencil menuju RSUD KH Hayyung, Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Namun bayi dalam kandungannya meninggal dunia tak lama setelah tiba di rumah sakit.

Perjalanan Jumiati saat dirujuk terekam dalam sebuah video yang beredar di media sosial hingga viral. Dia terbaring lemah di atas sebuah perahu kayu yang melaju di tengah gelombang laut.

Dia tampak tertidur dalam kondisi lemas ditemani beberapa orang. Bidan bernama Andi Adrah ikut dalam perjalanan agar pasien tetap mendapatkan pemantauan medis sepanjang perjalanan.

Menurut narasi dalam video, pasien berasal dari Desa Tarupa, salah satu wilayah kepulauan terpencil yang terpisah dari fasilitas kesehatan memadai. Pasien harus dirujuk ke RSUD KH Hayyung di daratan utama Selayar.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Andi Adrah mengatakan keputusan untuk merujuk pasien ke RSUD KH Hayyung, Kelurahan Putabangun, Kecamatan Bontoharu, diambil karena kondisi janin sudah gawat. Menurutnya, kondisi pasien memang sudah mengkhawatirkan.

“Kondisi janinnya yang saya khawatirkan tempo hari karena sudah gawat janin. Makanya saya ambil keputusan untuk rujuk,” ujar Adrah kepada infoSulsel, Senin (28/7/2025).

Adrah menyebut usia kehamilan pasien sudah memasuki minggu ke-40. Hari Perkiraan Lahir (HPL) sebenarnya sudah lewat sejak 13 Juli.

Menurutnya, rujukan seharusnya dilakukan sejak tengah malam pada Jumat (25/7), tetapi tertunda karena keterbatasan fasilitas transportasi dan belum ada keputusan dari pihak keluarga. Rombongan baru bisa berangkat pada pukul 05.30 Wita.

“Sebenarnya dari sekitar jam 12 malam. Cuma karena fasilitas kendaraan (perahu), kemudian juga keluarga belum ada keputusan bagaimana, makanya ditunda sampai pagi,” katanya.

Perjalanan jalur laut dari Tarupa ke Pelabuhan Patumbukan, Selayar, memakan waktu sekitar 3,5 jam. Mereka tiba di Selayar sekitar pukul 09.00 Wita.

Adrah menyebut bayi dalam kandungan Jumiati sempat terdeteksi masih hidup saat tiba di RSUD KH Hayyung. Namun kondisinya tidak stabil dan akhirnya meninggal.

“(Meninggal) di rumah sakit. Konfirmasi waktu sampai di rumah sakit, dari bidan di sana, janinnya masih hidup. Cuma kondisinya sudah naik-turun denyut jantungnya,” ungkapnya.

Adrah menjelaskan rujukan semestinya mengikuti jalur ke Puskesmas Pasitallu di Pulau Kayuadi terlebih dahulu. Namun pihaknya memutuskan langsung ke RSUD KH Hayyung karena jarak tempuh ke dua tempat itu relatif sama.

“Walaupun sebenarnya mau dirujuk ke Puskesmas. Harus alur rujukan itu ke Puskesmas (Pasitallu) dulu (baru ke RS KH Hayyung). Cuma karena kondisi di puskesmas juga kemungkinan tidak akan … akan dirujuk lagi ke Selayar, makanya mending langsung ke Selayar. Karena perjalanan hampir sama,” terangnya.

Soal moda transportasi, Adrah menyampaikan perahu yang digunakan adalah milik warga. Rujukan pasien selama ini dilakukan secara mandiri oleh pihak keluarga.

“Perahu warga (dipakai rujuk pasien). Iya, mandiri. Masyarakat di sini cuma siapkan solar (biaya bahan bakar). Sekitar 40 liter. Kalau harga solar di sini Rp 13 ribu,” ucapnya.

Adrah berharap pemerintah bisa menghadirkan fasilitas yang lebih cepat dan responsif. Terutama dalam menangani pasien dari wilayah kepulauan seperti Tarupa.

“Pemerintah menyiapkan fasilitas yang bisa lebih cepat menangani pasien,” harapnya.

Ditanya soal keberadaan perahu ambulans, Adrah mengaku tidak mengetahui apakah Puskesmas memiliki fasilitas itu atau tidak. Dia hanya fokus merujuk pasien secepat mungkin.

“Saya kurang tahu,”jawabnya.

Rujukan karena Gawat Janin

Rujukan Mandiri Pakai Perahu Warga