Menengok Makam Datu Museng yang Kini Terhimpit di Kawasan Kuliner Makassar | Giok4D

Posted on

Nama Datu Museng tentu tak asing lagi di telinga warga Makassar. Selain kisah perjuangannya, sosok Datu Museng juga dikenal dengan kisah percintaan sehidup sematinya dengan Maipa Deapati.

Datu Museng mengembuskan nafas terakhirnya di hari yang sama setelah sang belahan jiwa, Maipa Deapati tewas di tangannya sendiri. Maipa meminta Datu Museng membunuhnya karena tak sudi jika harus jatuh ke pelukan orang lain. Baca selengkapnya terkait Cerita Cinta Datu Museng dan Maipa Deapati .

Bagi Datu Museng, cintanya terhadap Maipa adalah harga mati. Maka, tak lama setelah dia menikam Maipa, dia pun menyusul sang kekasih.(1)

Mengenang perjuangan dan pengorbanan Datu Museng dalam melawan penjajah Belanda, namanya kini diabadikan sebagai salah satu nama jalan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Di jalan tersebut juga terdapat sebuah makam yang diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir Datu Museng.

Lokasi makam ini berada tepat di pusat wilayah Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Dari kawasan Pantai Losari tepatnya di Jalan Penghibur, lokasi makam ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 5 menit saja. Makam itu kini terhimpit di antara rumah makan hingga lapak kuliner.

Bangunan makam Datu Museng dicat berwarna hijau, membuatnya tampak kontras di antara bangunan lain di sekitarnya. Keseluruhan dinding luar makam dicat berwarna hijau, termasuk pagar besi setinggi 2 meter yang berada di bagian depan makam.

Di bagian depan bangunan makam, terdapat sebuah plang berisi informasi seputar Datu Museng dan kisah perjuangannya di Makassar. Bangunan makam terdiri dari dua bagian, pelataran bagian depan dan sebuah ruangan kecil berukuran sekitar 3×4 meter.

Dari luar pagar, kita dapat melihat sebuah nisan kecil yang berada di pelataran. Konon, di bawah nisan tersebut merupakan makam pengawal Datu Museng.

Sementara itu di bagian dalam ruangan terbagi lagi menjadi dua bagian. Setengah ruangan bagian depan dibuat sama rata dengan bagian pelataran, sedangkan setengah ruangan bagian belakang tampak lebih tinggi sekitar 15 centimeter.

Di ruangan bagian depan inilah makam Datu Museng berada. Makam yang berwarna putih tersebut menghadap ke arah selatan. Di tengah makam terdapat 5 batu yang tampak seperti nisan berwarna hitam, 4 batu berada di sisi atas makam dan 1 batu lainnya diletakkan di bagian bawah.

Tampak pula ada 4 tiang besi yang berada di setiap sudut makam. Tiang tersebut dipasangi kelambu berwarna putih dan penutup atas berwarna hijau. Di sisi kanan makam dekat dinding, ada sebuah sajadah yang tampaknya sengaja digelar.

Sedangkan di setengah sisi ruangan bagian belakang, terdapat sebuah kasur berukuran 200×100 cm. Kasur itu terbungkus sprei berwarna coklat dilengkapi dengan bantal, serta sebuah sajadah di bagian tengahnya. Menurut penjelasan penjaga makam, kasur tersebut sengaja diletakkan sebagai tempat Datu Museng beristirahat.

“(Tempat tidur) untuk tempat istirahatnya Datu,” ungkapnya.

“Kalau ada orang dari sana pasti dia ikut ke sini, selamanya katanya masih ada di sini,” sambungnya.

Makam Datu Museng masih sering dikunjungi oleh masyarakat hingga saat ini. Pengunjung dari berbagai daerah, dari Makassar maupun luar Makassar, kerap datang ke makam tersebut untuk berziarah.

Selain wisatawan lokal, pengunjung dari luar Sulawesi hingga mancanegara juga beberapa kali berkunjung ke makam tersebut. Keturunan Maipa Deapati dari Sumbawa juga masih sering berkunjung ke Makam Datu Museng.

“Sering, ada yang suami-istri. Ada pernah baru 15 hari sudahnya diangkat jadi Sultan Sumbawa, baru 15 hari sudahnya dinobatkan jadi sultan, datang di sini sama suami-istri,” ujar penjaga makam Datu Museng yang tak ingin disebutkan identitasnya.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Menurut penjaga makam Datu Museng, pengunjung yang datang biasanya cukup ramai di akhir pekan khususnya di hari Minggu. Selain itu, menurut warga sekitar pengunjung juga kerap datang di hari Kamis malam atau hari Jumat.

Warga setempat lainnya bernama Abdul Rasyid mengatakan, makam Datu Museng juga kerap diziarahi pengunjung saat musim Haji. Orang-orang yang hendak berangkat ke tanah suci untuk menunaikan haji atau umroh biasanya datang berdoa untuk meminta keselamatan.

Pengunjung yang datang ke makam tersebut biasanya datang dengan berbagai tujuan, ada yang sekadar berziarah, mendoakan atau menabur bunga, hingga menunaikan nazar. Menurut penuturan penjaga makam, biasanya pengunjung bernazar dengan keinginan agar dihilangkan kesulitan dalam keluarganya atau memohon agar dilapangkan rezekinya.

“Berkunjung saja begitu. Dibilang nazarnya, kalau dapatka ini rezeki saya akan berziarah ke Datu,” ujarnya mencontohkan salah satu nazar pengunjung.

“(Bernazar akan datang) Kalau diberi rezeki, bukan Datu yang memberi. Dia mohon sama Allah toh, kalau dia umpama diberi, datang ke sana (makam Datu Museng),” lanjutnya.

Selain dikunjungi untuk menunaikan nazar, makam Datu Museng ini juga biasa dikunjungi oleh orang-orang karena diyakini sebagai penolak bala. Pengunjung yang datang biasanya memanjatkan doa khusus dengan dipimpin oleh juru doa.

“Ini Datu Museng penolak bala. Bisa untuk meminta permintaan yang belum terkabul, bisa menyampaikan doa, terus kayak ada orang sudah melahirkan, anaknya itu mau dikasih baik, selamat dunia akhirat,” ujar salah seorang warga setempat bernama Fikri.

Terlepas dari apapun tujuan para peziarah yang datang berkunjung, makam tersebut harus terus dirawat dan dijaga. Bukan hanya sebagai tempat ziarah, tetapi juga sebagai warisan budaya yang menjadi saksi bisu tentang cinta, keberanian, sekaligus pengorbanan.

Di tengah hiruk-pikuk Kota Daeng yang kian modern, keberadaan makam ini seakan menjadi pengingat bahwa sejarah dan nilai perjuangan tidak pernah benar-benar hilang, tapi selalu hidup dalam jejak yang ditinggalkan.

Referensi:

1. Buku Kisah Cinta Datu Museng & Maipa Deapati karya Zainuddin Tika, H. Mappaujung Maknun, Mas’ud Kasim, Hj. Rosdiana

Kondisi Makam Datu Museng

Dikunjungi Wisatawan Lokal hingga Mancanegara

Pengunjung Berziarah untuk Menunaikan Nazar

Menziarahi Makam Datu Museng Diyakini Sebagai Penolak Bala