Mahasiswa Papua memberikan klarifikasi terkait pengibaran bendera Komite Nasional Papua Barat (KNPB) di kebun milik warga di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). Mahasiswa Papua membantah tuduhan pengibaran bendera itu sebagai tindakan makar dan juga tidak terkait dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Ketua KNBP Konsulat Indonesia Wilayah Makassar Andarias Sondegau mengatakan lahan perkebunan tersebut milik warga bernama Ali. Dia mengaku sebenarnya datang ke lokasi bersama mahasiswa Papua untuk kegiatan menanam.
“Saya sendiri sudah berteman dengan yang punya kebun bang Ali namanya, sudah 2 tahun (kami kenal), ini sudah tahun ketiga,” kata Andarias kepada infoSulsel, Selasa (23/12/2024).
Dia menuturkan pemilik lahan yang mengajaknya ke lokasi untuk kegiatan menanam. Dia tidak menampik bahwa di lokasi ada pembentangan bendera KNBP yang direkam lalu diunggah di media sosial.
“Setelah ada waktu itu dikasih itu kegiatan tanam-menanam, teman-teman ke sana lalu itu teman-teman buat video-video lah, semacam diposting-posting lah di sosial media lalu itu menjadi isu hangat yang jadi perbincangan di publik,” jelasnya.
Dia meluruskan bahwa bendera yang dibentangkan saat itu merupakan bendera organisasi masyarakat di Papua. Dia pun membantah aksinya itu terkait dengan OPM.
“Perlu saya perjelas juga bendera itu bendera organisasi. Itu bukan bendera yang sebagaimana dituduhkan bendera OPM, bukan,” tegasnya.
“Itu KNPB, itu bendera organisasi. Intinya itu alat advokasi orang Papua, ormas mahasiswa di Makassar,” lanjutnya.
Dia menegaskan bahwa pengibaran bendera tersebut tidak seperti yang dituduhkan oleh sejumlah oknum organisasi kemasyarakatan (ormas) setelah viral di media sosial. Dia kembali menegaskan bahwa kegiatan di lahan tersebut murni menanam.
“Jadi yang perlu dipertegas di situ tidak ada kegiatan apapun, yang jelas menanam. Jadi soal tuduhan itu, itu memang tidak benar apalagi membuat kegiatan-kegiatan yang merugikan warga, masyarakat itu tidak mungkin sekali, jadi tidak benar,” imbuhnya.
Andarias mengatakan mahasiswa Papua bersedia berdialog dengan masyarakat dan aparat penegak hukum terkait polemik tersebut. Menurutnya, ruang dialog seharusnya dikedepankan sebagai jalan penyelesaian.
“Semestinya kalau ada ruang-ruang dialektika, kita berdialog. Kalau bisa diajak dialog kenapa harus baku pukul kan begitu,” tuturnya.
Dia mengaku terbuka dengan semua pihak yang ingin berdialog mengenai aktivitas mahasiswa Papua. Andarias juga menyoroti peran pemerintah agar menyiapkan ruang dialog agar kedepannya tidak terjadi kesalahpahaman berujung tuduhan ke pihaknya.
“Iya jadi itu ruang untuk berdialog itu memang harus disediakan karena kalau selama kelompok satu mempertahankan tanpa arah yang jelas yang tidak akan pernah diterangkan,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah mahasiswa asal Papua diduga melakukan tindakan makar usai membentangkan bendera KNPB di Kabupaten Gowa. Pembentangan bendera tersebut dilakukan dalam rangka memperingati hari ulang tahun (HUT) KNPB.
Peristiwa itu terjadi di sebuah lahan perkebunan di Desa Belapunranga, Kecamatan Parangloe pada Sabtu (13/12). Namun aktivitas pembentangan bendera KNPB itu baru diketahui setelah rekaman videonya beredar di media sosial.
Dandim 1409 Gowa Letkol Inf. Heri Kuswanto menjelaskan, sekelompok orang asli Papua (OAP) yang ditaksir berjumlah 25 orang datang ke lokasi. Mereka awalnya berada di lokasi dengan dalih untuk berkebun.
“Jadi memang benar ada, (tetapi) bukan pengibaran bendera, tetapi orang bawa bendera. Kalau pengibaran itu kan berarti kan dia bawa tiang tinggi gitu,” ungkap Heri Kuswanto kepada wartawan, Selasa (16/12).
Heri mengaku pihaknya sudah mendalami keterangan warga setempat terkait peristiwa itu. Dari hasil pemeriksaan sementara, warga Papua itu datang membawa bendera organisasi dalam rangka memperingati HUT KNPB.
“Dia menyatakan mendukung ulang tahun, ulang tahun KNPB yang ke-16, seperti itu. Karena dia memang rakyat Papua ya, yang ada di Makassar, yang ada di Sulawesi Selatan,” tuturnya.
Mahasiswa Papua Buka Ruang Dialog
Andarias mengatakan mahasiswa Papua bersedia berdialog dengan masyarakat dan aparat penegak hukum terkait polemik tersebut. Menurutnya, ruang dialog seharusnya dikedepankan sebagai jalan penyelesaian.
“Semestinya kalau ada ruang-ruang dialektika, kita berdialog. Kalau bisa diajak dialog kenapa harus baku pukul kan begitu,” tuturnya.
Dia mengaku terbuka dengan semua pihak yang ingin berdialog mengenai aktivitas mahasiswa Papua. Andarias juga menyoroti peran pemerintah agar menyiapkan ruang dialog agar kedepannya tidak terjadi kesalahpahaman berujung tuduhan ke pihaknya.
“Iya jadi itu ruang untuk berdialog itu memang harus disediakan karena kalau selama kelompok satu mempertahankan tanpa arah yang jelas yang tidak akan pernah diterangkan,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah mahasiswa asal Papua diduga melakukan tindakan makar usai membentangkan bendera KNPB di Kabupaten Gowa. Pembentangan bendera tersebut dilakukan dalam rangka memperingati hari ulang tahun (HUT) KNPB.
Peristiwa itu terjadi di sebuah lahan perkebunan di Desa Belapunranga, Kecamatan Parangloe pada Sabtu (13/12). Namun aktivitas pembentangan bendera KNPB itu baru diketahui setelah rekaman videonya beredar di media sosial.
Dandim 1409 Gowa Letkol Inf. Heri Kuswanto menjelaskan, sekelompok orang asli Papua (OAP) yang ditaksir berjumlah 25 orang datang ke lokasi. Mereka awalnya berada di lokasi dengan dalih untuk berkebun.
“Jadi memang benar ada, (tetapi) bukan pengibaran bendera, tetapi orang bawa bendera. Kalau pengibaran itu kan berarti kan dia bawa tiang tinggi gitu,” ungkap Heri Kuswanto kepada wartawan, Selasa (16/12).
Heri mengaku pihaknya sudah mendalami keterangan warga setempat terkait peristiwa itu. Dari hasil pemeriksaan sementara, warga Papua itu datang membawa bendera organisasi dalam rangka memperingati HUT KNPB.
“Dia menyatakan mendukung ulang tahun, ulang tahun KNPB yang ke-16, seperti itu. Karena dia memang rakyat Papua ya, yang ada di Makassar, yang ada di Sulawesi Selatan,” tuturnya.
