Kasus TBC di Sulsel Tembus 10.715 hingga Mei 2025, Makassar Tertinggi

Posted on

Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulawesi Selatan (Sulsel) melaporkan kasus tuberkulosis (TBC) tembus 10.715 pasien dalam lima bulan atau Januari-Mei 2025. Kota Makassar tercatat sebagai wilayah dengan kasus terbanyak, yakni 3.483 pasien.

“Jumlah kasus 2025 (Januari-Mei) sebanyak 10.715. Makassar (tertinggi) 3.483 kasus,” ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sulsel M Yusri Yunus kepada infoSulsel, Jumat (23/5/2025).

Yusri mengungkapkan tren peningkatan kasus terjadi selama dua tahun terakhir. Sepanjang 2024 terdapat 30.369 kasus, naik dibanding 26.579 kasus pada 2023.

Dari angka itu, 1.294 pasien meninggal dunia dari kohor pasien 2023 dan 19.006 pasien dinyatakan sembuh. Sementara hingga Mei 2025, dari 10.715 kasus, ada 1.461 kematian dari kohor pasien 2024.

Setelah Makassar, daerah lain yang kasusnya tinggi adalah Kabupaten Gowa dengan 692 kasus. Disusul Bone sebanyak 664 kasus, Jeneponto 413 kasus, Wajo 408 kasus, Kota Palopo 400 kasus, Pinrang 389 kasus, Bulukumba 386 kasus, Takalar 376 kasus, dan Maros 375 kasus.

Selanjutnya, Kabupaten Pangkep mencatat 354 kasus, Bantaeng 348 kasus, Kota Parepare 339 kasus, Luwu 261 kasus, Sidrap 249 kasus, Luwu Timur 229 kasus, Sinjai 225 kasus, Luwu Utara 217 kasus, dan Barru 202 kasus.

Adapun daerah dengan jumlah kasus terendah, yakni Kabupaten Soppeng dengan 195 kasus, Toraja Utara 149 kasus, Tana Toraja 142 kasus, Kepulauan Selayar 128 kasus, dan Enrekang 91 kasus.

Yusri menjelaskan penyebaran kasus TBC dipicu berbagai faktor. Mulai dari kepadatan penduduk di wilayah kumuh, keterlambatan penemuan kasus aktif, kemiskinan, hingga kondisi rumah yang tidak sehat. Stigma di masyarakat juga membuat pasien enggan memeriksakan diri.

“Kepadatan penduduk kumuh padat kumuh miskin karena penularan melalui droplet oleh pasien TBC. Terlambatnya ditemukan kasus TBC aktif sehingga potensi penularan sangat cepat pada kontak serumah dan kontak erat. Stigma masyarakat yang membuat terjadinya keterlambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan,” katanya.

Dinkes Sulsel terus berupaya menekan angka penularan. Sejumlah strategi digencarkan, seperti investigasi kontak pasien, skrining menggunakan X-ray portable di seluruh kabupaten/kota, hingga kerja sama dengan laboratorium swasta seperti Parahita di lima kabupaten, yakni Wajo, Luwu, Bulukumba, Jeneponto, dan Pinrang.

Skrining juga dilakukan di lembaga pemasyarakatan disertai pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT). Tak hanya itu, masyarakat juga dilibatkan lewat pelatihan kader dan layanan chatbot untuk skrining mandiri.

“Penguatan jejaring layanan pemerintah dan swasta dalam penemuan kasus TBC. Pelibatan kader dan masyarakat untuk melakukan skrining secara mandiri melalui chatbot,” ucapnya.

Namun, Yusri tak menampik masih banyak tantangan. Minimnya sinergi antara pemerintah, lembaga non-pemerintah, hingga layanan kesehatan swasta masih jadi hambatan. Keterbatasan anggaran pun turut memperberat upaya pengendalian.

“Belum semua layanan swasta terlibat dalam program TBC. Keterbatasan pendanaan melalui APBD untuk penanggulangan TBC,” tuturnya.

Data Sebaran Kasus TBC di Sulsel 2025