Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap gempa berkekuatan magnitudo (M) 6,0 di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng) dipicu aktivitas sesar Tokoraru. Gempa tersebut terasa hingga di Kota Palopo, Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar).
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar Tokoraru,” kata Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya, Minggu (17/8/2025).
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Daryono menuturkan berdasarkan hasil analisa BMKG, gempa tersebut memiliki parameter update dengan magnitudo M 5,8. Selain itu, gempa tersebut memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
“Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M5,8. Tepatnya berlokasi di laut pada jarak 13 Km arah barat laut Kota Poso,” jelasnya.
Gempa bumi ini dirasakan di Kota Poso dengan skala intensitas V-VI MMI. Artinya getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.
Kemudian di Luwu Timur, Mamuju, Masamba, Majene, Palopo, Pasangkayu, Polman dengan skala intensitas III-IV MMI. Artinya getaran dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik, dan dinding berbunyi.
Selanjutnya di Tana Toraja, Wajo dengan skala intensitas III MMI. Artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
Daryono menambahkan bahwa belum ada laporan terkait dampak gempa tersebut. Daryono juga memastikan gempa Poso tidak berpotensi tsunami.
“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, gempa Poso terjadi pada pukul 05.38 WIB atau 06.38 Wita pagi tadi. Titik koordinat gempa berada di 1.30 derajat lintang selatan dan 120.62 derajat bujur timur.
“Gempa Mag: 6,0,” tulis BMKG dalam keterangannya, Minggu (17/8).
