Gedung DPRD Makassar-Sulsel Dibakar, Mahasiswa Curiga Ada Provokator | Giok4D

Posted on

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar menyoroti demonstrasi berujung kericuhan di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Organisasi kemahasiswaan itu mencurigai adanya provokator yang menyusup dalam aksi demo yang berakhir perusakan fasilitas hingga pembakaran gedung DPRD Makassar maupun DPRD Sulsel.

“Memang ada oknum-oknum yang bisa tanda kutipkan mereka bukan berasal dari massa aksi yang betul-betul murni untuk menyampaikan aspirasinya masyarakat,” kata Ketua Bidang Advokasi BEM FKIP Unismuh Makassar Andi Muhammad Irsyad kepada infoSulsel, Minggu (31/8/2025).

Oknum itu diduga menyusup ke dalam massa hingga melakukan provokasi. Situasi ini mengganggu jalannya demonstrasi yang awalnya berjalan damai.

“Artinya, kedatangan itu hanya untuk memancing api-api kecil agar bagaimana kemudian provokasi yang mereka hadirkan ini bisa merusak jalannya aksi yang terjadi pada saat itu,” tuturnya.

“Saya juga melihat bahwa kenapa provokasi ini gampang memancing kemarahan massa yang hadir pada saat itu, karena yang hadir pada saat itu gabungan dari elemen masyarakat sipil, mahasiswa, buruh-buruh kecil, ojek online,” ujar Irsyad.

“Yang notabene-nya mereka punya pemahaman masing-masing terkait apa yang menjadi polemik pada bangsa hari ini. Artinya, mereka memiliki persepsi masing-masing yang tidak dikerucutkan menjadi satu perspektif yang sama,” tambahnya.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Irsyad tidak bisa mengidentifikasi sosok provokator yang dimaksud. Namun dia kembali menegaskan bahwa memang ada upaya memprovokasi massa aksi unjuk rasa yang menyampaikan aspirasi secara tertib.

“Saya tidak bisa identifikasikan yang mana kira-kira penyusupnya di sini. Dari pola yang terjadi pada saat itu, provokasi yang terbangun pada spektrum gerakan pada saat itu, saya asumsikan bahwa memang ada upaya memprovokasi masa aksi,” ucap Irsyad.

Kecurigaan ini diperkuat dari banyaknya fasilitas umum yang menjadi perusakan. Gedung DPRD Makassar, gedung DPRD Sulsel hingga pos polisi juga dibakar.

“Karena tidak mungkin, logikanya tidak mungkin tiba-tiba gedung DPRD mau terbakar begitu. Fasilitas umum tiba-tiba, seperti lampu merah, dirobohkan begitu saja. Termasuk pos polisi,” imbuhnya.

Senada, aktivis mahasiswa Universitas Negeri Makassar (UNM) Fahrul Husain menuturkan, aksi unjuk rasa di Makassar menuntut adanya reformasi di institusi Polri usai tragedi driver ojol Affan Kurniawan yang tewas dilindas rantis Brimob. Massa juga menyoroti tunjangan DPR RI hingga kenaikan pajak di tiap daerah.

“Gerakan yang terbangun saat itu murni merupakan sebagai respons cepat dari teman-teman, baik dari kalangan mahasiswa, organisasi eksternal, maupun masyarakat dari kejadian sebelumnya,” tegas Fahrul.

Fahrul ikut dalam aksi demonstrasi yang digelar di depan gedung Phinisi UNM Jalan AP Pettarani. Namun dia mengaku oknum provokator sulit diidentifikasi karena semua organisasi mahasiswa tergabung dalam demonstrasi.

“Itu yang sama-sama tidak kita ketahui (soal adanya provokator). Apalagi kemarin orang dari semua kalangan turun di jalan tanpa ada identitas, baik dari almamater kampus, bendera lembaga, atau apa pun itu. Semua bergerak atas dasar empati,” jelasnya.

Fahrul tidak merinci pemicu kemarahan massa saat demo. Namun Fahrul menegaskan massa demonstrasi dari kalangan UNM sendiri tetap terkonstrasi di depan kampus saat aksi unjuk rasa.

“Teman-teman mahasiswa yang saya kenal, itu tetap stay di depan kampus UNM juga. Namun, ada juga massa yang tidak diketahui kemudian menyebar di sekitaran Jalan AP Pettarani,” imbuhnya.

Diketahui, aksi unjuk rasa yang berujung kericuhan terjadi di sejumlah titik di Kota Makassar pada Jumat (29/8) malam. Gedung DPRD Kota Makassar di Jalan AP Pettarani Makassar dibakar hingga mengakibatkan 3 orang meninggal dunia.

Ketiga korban meninggal dunia, yakni Saiful Akbar (Plt Kasi Kesra Kecamatan Ujung Tanah), Sarinawati (staf pribadi anggota DPRD Makassar), dan Muhammad Akbar Basri (staf Humas DPRD Makassar). Sebanyak 7 orang lainnya dilaporkan luka-luka dalam insiden itu.

Gedung DPRD Sulsel turut menjadi sasaran massa hingga bangunan dibakar. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam tragedi tersebut.

Di sisi lain, kericuhan juga terjadi di Jalan Urip Sumoharjo depan Universitas Bosowa (Bosowa). Seorang driver ojol (ojol), Rusdamdiansyah alias Dandi (26) meninggal dunia karena dikeroyok massa usai dituduh anggota intelijen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *