Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin (Unhas) menyelenggarakan konferensi internasional bertajuk The World Conference on Governance and Social Sciences (WCGSS) 2025. Kegiatan ini membahas maritim berkelanjutan dalam perspektif sosial dan politik.
Kegiatan yang mengusung tema “The Future of Maritime Society: Science, Prosperity, and Sustainability” ini berlangsung di Theater Arsjad Rasyid, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, Selasa (11/11).
Dekan FISIP Unhas, Prof Sukri menjelaskan bahwa penyelenggaraan WCGSS merupakan bagian dari komitmen Unhas untuk memperkuat kolaborasi lintas disiplin ilmu dalam menjawab tantangan global. Forum ini menjadi ruang pertemuan bagi akademisi, peneliti, pembuat kebijakan, dan praktisi dari berbagai negara untuk berdiskusi dan berbagi perspektif ilmiah.
“Fokus utama pembahasan mencakup berbagai isu kontemporer seperti perubahan iklim, kemiskinan, disrupsi teknologi, defisit demokrasi, dan krisis tata kelola. Seluruh persoalan tersebut ditempatkan dalam kerangka besar menuju pembangunan masyarakat maritim yang berkelanjutan dan inklusif,” jelas Sukri dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Sukri menegaskan bahwa peran ilmu sosial dan ilmu politik sangat strategis dalam mendukung keberlanjutan masyarakat maritim. Menurutnya, keilmuan tersebut berperan dalam memperkuat tata kelola pemerintahan, meningkatkan partisipasi publik, serta memperluas akses kesejahteraan bagi masyarakat pesisir dan kepulauan.
Kegiatan resmi dibuka oleh Sekretaris Unhas Prof Sumbangan Baja yang mewakili Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa. Dalam sambutannya, Sumbangan menyampaikan, WCGSS menjadi wujud komitmen Unhas untuk memperkuat kontribusi akademisi dalam menghadapi tantangan global, khususnya dalam konteks pembangunan masyarakat maritim yang merupakan identitas utama Indonesia.
“Tema tahun ini sangat relevan dengan visi Unhas berbasis Benua Maritim Indonesia. Melalui forum seperti ini, kita berharap lahir gagasan ilmiah dan konstruktif dalam membangun masa depan masyarakat maritim yang tangguh, sejahtera, dan berkelanjutan,” jelas Sumbangan.
Konferensi ini menghadirkan sejumlah narasumber internasional terkemuka, yakni:
– Dr. Phil. Timo Duile (University of Bonn, Jerman),
– Prof. Asmadi Idris (Universiti Malaysia Sabah, Malaysia),
– Prof. Raminder Kaur (University of Manchester, Inggris),
– Dr. Jesse Hession Grayman (University of Auckland, Selandia Baru),
– Dr. K. (Karen) Paiva Henrique, Ph.D., (University of Amsterdam, Belanda)
– Prof. Dr. E.M. (Eileen) Moyer (University of Amsterdam, Belanda).
Pada sesi pemaparan, Prof Eileen Moyer menyampaikan materi tentang “Corridors of Transition: The Blue Economy, Colonial Entanglements, and the Future of Energy.” Dalam paparannya, ia menyoroti dinamika ekonomi biru dalam konteks sejarah kolonial dan transformasi energi global serta pentingnya tata kelola yang berkeadilan dalam mendorong pembangunan berkelanjutan berbasis maritim.
WCGSS 2025 diikuti oleh 110 peserta, yang nantinya berpartisipasi dalam sesi pleno dan parallel sessions yang menampilkan hasil riset terkini di bidang tata kelola, kebijakan publik, dan pembangunan sosial.
Sebagai forum akademik tahunan, WCGSS diinisiasi pertama kali oleh FISIP Unhas pada tahun 2023 dan berhasil menarik perhatian luas dari komunitas ilmiah internasional. Edisi kedua tahun ini memperkuat posisi Unhas sebagai pusat pengembangan keilmuan sosial yang berorientasi pada kemaritiman.
Melalui kegiatan ini, Unhas menegaskan komitmennya dalam memperkuat jejaring riset internasional dan mendorong pertukaran gagasan ilmiah yang mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Konferensi juga diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan yang relevan dengan konteks sosial, politik, dan ekonomi masyarakat pesisir. Dengan demikian, hasil forum ini tidak hanya berkontribusi secara akademik, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi penguatan tata kelola masyarakat maritim di Indonesia dan dunia. Kegiatan ini dijadwalkan berlangsung hingga Rabu (12/11).







