Komika Eky Priyagung mengungkap dugaan keterlibatan pelaku lain dalam kasus pencabulan yang dialaminya bersama 15 santri oleh guru ngaji bernama Sudirman di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Eky menyebut istri Sudirman ikut membantu suaminya dalam beraksi.
Hal tersebut diungkapkan Eky saat menanggapi vonis 11 tahun penjara terhadap Sudirman, Kamis (30/10/2025). Eky awalnya menyinggung soal vonis tersebut yang ia rasa janggal sebab hanya dijatuhi hukuman 11 tahun penjara.
“Menurutku, 11 tahun itu sangat janggal dan mungkin jadi bisa sangat mengapresiasi pengacara pelaku, karena dia mahir untuk membuat (hukuman) jadi 11 tahun,” ujar Eky Priyagung kepada infoSulsel.
Menurutnya, putusan tersebut tidak sebanding dengan proses panjang yang dilalui untuk mengungkap kasus tersebut. Selain itu, dia juga mengaku kecewa dengan vonis tersebut karena dirasa tidak berpihak kepada korban.
“Karena prosesnya sangat panjang, terus 11 tahun ini belum nanti ada remisi, berkelakuan baik lah, apalah gitu. Walaupun kecewa sebenarnya, yaudahlah (pelaku) sudah dihukum. Tapi ya kecewa sebenarnya. Sangat, jauh (dari mencerminkan keadilan bagi korban),” tuturnya.
Eky berharap semua pihak yang terlibat dalam proses hukum seharusnya bertanggung jawab secara moral. Mengingat lemahnya sistem hukum di Indonesia yang belum sepenuhnya berpihak pada korban kekerasan seksual.
“Semua yang kita lakukan di dunia seharusnya akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Jadi, jika mereka, kita-kita, atau instansi yang punya andil terhadap hukum berpihak sama yang salah, kita lihat saja nanti. Karena sesungguhnya, hukum belum dijalankan secara baik di negeri ini,” ucapnya.
Dia juga menceritakan keberaniannya untuk bersuara di media sosial setelah mengetahui ada korban terbaru. Eky merasa memiliki tanggung jawab moral selaku pihak yang memiliki wadah untuk menyuarakan kasus tersebut.
“Saya dengar ada korban terbaru, saya enggak mungkin kalau saya diam, tidak memberikan wadah kepada korban. Karena di antara semua orang (korban) di situ, cuman saya doang yang punya platform. Walaupun saya sudah membicarakan ini di materi saya, puisi, film, di mana pun, tapi ketika saya menjelaskan detail-detail masjid, foto angkatan bersama pelaku, itu baru ada orang yang ikut komen bahkan nge-DM saya kalau dia juga korban,” jelasnya.
“Dari situ saya baru buka suara untuk viral, se-viral-viralnya. Karena ternyata sudah berkali-kali korban yang mengadu, tapi berakhir damai, dibungkam,” tambahnya.
Sejak video pengakuannya viral, Eky menyatakan dirinya terus mendapat perhatian dari publik dan orang-orang terdekatnya. Dia juga menyebut ibunya kini memahami dan menyesal karena sempat tidak percaya pada cerita masa lalunya.
“Kalau ibu minta maaf sih, karena dulu ibu enggak percaya kan. Sampai hari ini dia suka minta maaf kalau ingat itu, ‘maaf ya mama belum bisa jadi orang tua yang baik’. Kalau teman-teman men-support dan mendukung kalau ini difilmkan atau dibukukan, karena kasusnya belum benar-benar tuntas. Biar ada juga orang-orang yang berani bersuara. Karena masih ada stigma, korban itu aib. Padahal kan yang seharusnya merasa dirinya aib adalah pelaku, yang malu harusnya pelaku bukan korban,” terangnya.
Eky juga mengajak korban lain untuk berani bersuara demi pemulihan diri dan keadilan. Dia menekankan bahwa seharusnya korban tidak perlu merasa malu, justru seharusnya pelaku yang merasa perbuatannya adalah aib.
“Masih ada stigma, korban itu aib. Padahal kan yang seharusnya merasa dirinya aib adalah pelaku, yang malu harusnya pelaku bukan korban,” tegasnya.
Eky lantas menyinggung soal masih ada pelaku lain di balik kasus yang dialami santri lainnya. Ia menuding istri Sudirman turut terlibat membantu suaminya dalam melancarkan aksi pencabulan tersebut.
“Istrinya kan yang membantu memilihkan korban dan membantu mengeksekusi korban bersama suaminya,” kata Eky.
Dugaan keterlibatan itu, kata Eky, merupakan pengakuan dari salah satu korban pelecehan oleh Sudirman dan istrinya. Dia menjelaskan bahwa dua saudara korban bahkan turut dicabuli oleh guru ngaji tersebut.
“Jadi ada salah satu keluarga yang beruntun, saudara tuh tiga-tiganya jadi korban pelecehan. Korban yang paling kecil itu yang melapor (ke polisi), kakaknya jadi saksi,” jelas Eky.
“Kakaknya ini, itu (dilecehkan oleh Sudirman) bersamaan sama istrinya, bareng sama istrinya ikut ngipas-ngipas kelamin anaknya buat bangun,” lanjutnya.
Eky turut menyayangkan istri Sudirman yang diduga turut terlibat tersebut tidak ditindaklanjuti. Apalagi istri Sudirman selaku guru agama di SD dan bahkan tetap mengajar.
“Istrinya aja masih ada di Dinas Pendidikan, tidak dipecat,” ujarnya.
Selain Sudirman dan istrinya, Eky menyebut ada pelaku lain bernama Ansar, yang juga merupakan guru ngaji di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang sama. Dia mengatakan Ansar diduga telah mencabuli sejumlah anak perempuan di bawah umur.
“(Pelaku lainnya) Cowok, Ansar, salah satu murid dari pelaku, tapi dia korbannya ke cewek-cewek yang masih kecil. (Ansar merupakan) Guru ngaji, tapi sudah lama pergi, kemana enggak tau,” ungkapnya.
Maka dari itu, Eky berharap para korban berani mengungkap kasus tersebut agar para pelaku ditangkap. Menurutnya, berani bersuara juga dapat membantu memulihkan trauma para korban.
“Harus diingat lagi yang seharusnya malu bukan kita, tapi pelaku. Karena pada saat itu kita tidak punya kekuatan untuk menjaga otoritas kita. Sehingga akhirnya sekarang kita sudah sadar bahwa kita adalah pribadi yang merdeka, kita memerdekakan apa yang tadinya tersimpan di kepala kita jadi hal yang memalukan, kita lepaskan saja. Makanya bilangnya speak up ya,” tuturnya.
“Speak up itu membantu kamu memulihkan dirimu lebih cepat, speak up membantu korban-korban lain bisa diidentifikasi, dan speak up juga membantu instansi untuk menangkap pelaku. Jadi, speak up,” sambungnya.







