Dinas Perhubungan Sulawesi Selatan (Dishub Sulsel) menawarkan tiga skema terkait jam operasional truk pengangkut material di Poros BTP Kota Makassar-Moncongloe Kabupaten Maros. Skema tersebut menyesuaikan aktivitas warga seperti waktu masuk kantor dan sekolah bagi siswa.
“Ada beberapa skema, kalau jam operasional bisa malam hari dilakukan, karena kalau malam aktivitas perkantoran, sekolah dan kegiatan ekonomi berkurang,” kata Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Sulsel, Patarai Burhan kepada infoSulsel, Rabu (17/9/2025).
Skema yang dimaksud yakni pagi pada pukul 09.00-11.00, siang pukul 13.30-15.30, dan malam pada pukul 18.00 hingga subuh hari sebelum terbit matahari. Meski begitu, waktu tersebut akan disepakati bersama antara Pemkab Maros, Pemkab Gowa dan Pemkot Makassar.
“Dari jam 6 Magrib sampai dini hari. Terus ada juga skenario bisa beroperasi pagi. Paginya itu sudah masuk orang sekolah, kuliah, kantor, itu jam 09.00 sampai jam 11.30 karena jam 12.00 orang istirahat, orang keluar makan dan sebagainya,” jelasnya.
“Terus di siang hari setelah 13.30 sampai 15.30 itu kurang aktivitas kendaraan di jalan. Karena pulang kantor jam 4, itu skema-skema tapi itu tidak tahu mana yang disepakati,” ungkapnya.
Dishub Sulsel pun berencana memfasilitasi pertemuan tiga pemerintah daerah tersebut untuk membahas urgensi penyesuaian jam operasional truk di BTP-Moncongloe. Sehingga tidak ada lagi perbedaan aturan.
“Target waktu yang pas tidak ada, tapi mudah-mudahan tahun ini sudah ada solusi terkait masalah itu. Yang mana terbaik, mungkin dari sisi perusahaan juga supaya mereka tahu jam operasional jam begini, dia harus pahami juga,” jelas Patarai.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Dia mengaku pihaknya juga telah menyampaikan persoalan jam operasional truk di BTP-Moncongloe ke Pemkot Makassar agar ditindaklanjuti. Namun, ia belum tahu respons Pemkot Makassar.
“Saya sudah sampaikan (via WhatsApp) ke teman-teman Dishub Makassar, bahwa terkait operasional truk di sana. Saya belum cek jawabannya bagaimana,” sebut dia.
Namun, Patarai tak menampik jika jam operasional truk BTP-Moncongloe carut-marut karena perbedaan kebijakan di sejumlah wilayah lintasan. Dengan adanya kesepakatan bersama, ia berharap masalah tersebut tidak lagi terjadi.
“Artinya bukan menyatukan jam operasional, tapi menyamakan persepsi. Kami sementara mencari waktu untuk fasilitasi. Maros belum pernah saya komunikasi. Kami juga belum pernah berinisiasi gelar FGD untuk jam operasional di sana,” jelasnya.
Apalagi, lanjut dia, jumlah kendaraan di Kota Makassar setiap tahun bertambah. Hal ini juga menjadi pemicu kemacetan yang terjadi.
“Selalu kita cari yang terbaik untuk jam operasional, karena memang tidak bisa dipungkiri faktor paling mempengaruhi kemacetan. Dari 2 juta kendaraan di Kota Makassar yang aktif, 100 ribu pertumbuhannya setiap tahun,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, pengendara mengeluhkan banyaknya debu dari truk pengangkut timbunan yang lalu lalang di luar jam operasional di Jalan Poros BTP Makassar dan Moncongloe, Kabupaten Maros. Material timbunan yang berjatuhan juga mengancam keselamatan pengendara.
“Kami pengguna jalan bermandikan debu saat panas, berisiko tergelincir saat hujan karena jalanan berlumpur,” ujar salah seorang pengendara bernama Ridwan kepada infoSulsel, Jumat (11/9).