Tawuran antarwarga di Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), mulai membuat warga resah dan ketakutan. Sejumlah warga kini memilih mengungsi usai merasa tidak aman lantaran perang kelompok tidak kunjung berakhir.
Warga Kandea 3 bernama Mukbil M Nur (52) salah satu yang merasakan dampak bentrokan tersebut. Saat ini, Mukbil dan keluarganya memilih mencari aman dengan mengungsi ke rumah kerabat.
“Banyak warga mengungsi, warga di sini, termasuk saya punya adik mengungsi semua,” kata Mukbil di lokasi tawuran, Selasa (23/9/2025) malam.
Mukbil cemas melihat kondisi bentrokan yang terus terjadi secara berturut-turut dalam beberapa hari terakhir. Menurutnya, kondisi ini sudah di luar batas, apalagi massa sudah melakukan pembakaran rumah warga.
“Kemarin (22/9) saja dari jam 10.00 malam sampai jam 02.00 subuh. Kalau di sini sudah ada 1 bulan tawuran setiap saat. Kalau akhir-akhir ini tiga hari berturut turut. Sudah di luar nalar mi ini kasus tawuran kalau bukan lagi saling busur tapi sudah membakar rumah. Mobil dibakar, motor, sudah darurat sekali,” ketus Mukbil.
Karena itu, Mukbil berharap aparat kepolisian dan pemerintah setempat bisa melakukan pengamanan 24 jam di wilayahnya. Dia turut meminta polisi mengambil tindakan tegas jika tawuran terus terjadi.
“Dengan sangat meminta semua unsur untuk terlibat melakukan pengamanan. Sudahi bencana sosial ini. Harus ekstra karena biar ada polisi, karena terbatas polisinya jadi tidak sanggup. Harus gabungan. Harus diselesaikan sampai tuntas,” ujarnya.
Anggota DPRD Makassar Basdir juga mengungkap kekhawatiran warga yang bermukim di sekitar wilayah tawuran. Warga rentan kini sudah mulai diungsikan secara mandiri untuk menghindari hal-hal buruk.
“Iya khawatir, makanya banyak yang sudah mengungsi utamanya perempuan dan orang tua,” ujar Anggota DPRD Makassar Basdir kepada infoSulsel, Rabu (24/9).
Sebagai legislator di daerah pemilihan (dapil) tersebut, Basdir mengaku menerima banyak laporan warga yang mengungsi dari Kampung Layang dan Tinumbu Lorong 148. Mereka rata-rata mengungsi ke rumah keluarganya dengan membawa barang berharganya.
“Mereka ke rumah keluarganya atau mencari kontrakan sementara. Membawa barang dan surat-surat penting. Yang komunikasi ke saya itu yang di Layang dan Tinumbu 148,” katanya.
Saksi mata, Sapri (43) menceritakan info-info terbakarnya 6 rumah warga di Jalan Kandea 3, saat bentrokan pecah, Selasa (23/9). Dia mengaku melihat sejumlah massa melakukan penyerangan dengan bom molotov, petasan, dan bahkan melihat drone terbang yang diduga untuk melihat situasi.
Sapri menceritakan bentrokan mulai terjadi pada pagi hari dan sempat berhenti. Namun tawuran kembali pecah usai Zuhur hingga akhirnya terjadilah pembakaran rumah warga.
“Saya di sini (saat kejadian), saya dengar (suara) petasan dengan bom molotov. (Dilempar) dari arah Sapiria, dari belakang rumah dia lempari. Kalau tawuran mulai dari pagi, jam 07.00 berhenti sejenak, sekitar satu jam. Tapi lanjut pagi siang, sekitar pukul 16.00 terbakar ini rumah,” kata Sapri kepada infoSulsel di lokasi.
Dia mengaku banyak warga yang melihat aksi pelemparan molotov ke rumah warga tersebut. Saat kejadian, dia juga melihat satu unit drone berwarna putih terbang di atas rumah warga.
“Banyak orang yang lihat dilempari dari belakang pakai bom molotov sama petasan. Pakai drone sambil menyerang, ada drone warna putih, nia kucini (ada di sini kulihat), dia terbang, ada kamera di atas, baru dia menyerang begitu,” katanya.
Warga Kandea 3 menduga drone itu digunakan untuk memantau pergerakan warga yang bersiaga. Beruntung, kata dia, warga cepat berkumpul melakukan perlawanan saat diserang.
“Mungkin dia mau lihat semua orang bagaimana banyaknya. Syukurnya akhirnya ada semua warga berkumpul, sebelumnya setengah mati kita. Seandainya tidak, habis semua semua rumah di sini,” jelasnya.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Warga bernama Ahyani Miseng juga mengungkapkan keresahannya buntut perang antarwarga ini tidak kunjung berakhir. Hal ini diungkapkan Ahyani dalam acara Ngopi Kamtibmas yang digelar Polrestabes Makassar di Jalan Kandea III, Kecamatan Tallo, Senin (22/9/2025) malam.
Ahyani menyampaikan keresahannya terkait kondisi lingkungan yang dinilai tidak lagi kondusif, terutama bagi para ibu rumah tangga dan balita yang tinggal di kawasan tersebut.
“Izin Pak, satu bulan ini saya melihat kondisi saat ini sangat tidak nyaman untuk kami apalagi kami para ibu-ibu. Dan di sini kebanyakan balita, terus perannya kami seorang ibu, kita berperan untuk mendidik anak-anak kami, tetapi lingkungan ini tidaklah kondusif,” ujar Ahyani.
Ahyani mengaku tidak habis pikir dengan kondisi lingkungan yang tercipta akhir-akhir ini. Dia bahkan menyaksikan sendiri seorang anak kecil terlibat dalam perakitan senjata.
“Bahkan saya melihat dengan mata kepala saya sendiri anak 5 tahun sudah merakit senjatanya sendiri, apakah bisa?” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ahyani juga mengungkapkan kekhawatirannya terkait maraknya penyalahgunaan lem di kalangan anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Dia mengaku sering melihat secara langsung anak-anak yang menghirup lem, dan hal ini dinilainya sangat memprihatinkan karena menyangkut masa depan generasi muda.
“Kalau masalah penjualan lain, saya sendiri yang biasa melihat bahwa di sekitar sini hampir mayoritas anak-anak mengisap lem. Di mana kita mau membawa generasi kita selanjutnya? Itu kita butuh perda supaya kalau ada yang melakukan pelanggaran kita ada dasar hukum,” jelasnya.
Ada Drone Diduga Pengintai
Anak 5 Tahun Ikut Rakit Senjata Sendiri
Karena itu, Mukbil berharap aparat kepolisian dan pemerintah setempat bisa melakukan pengamanan 24 jam di wilayahnya. Dia turut meminta polisi mengambil tindakan tegas jika tawuran terus terjadi.
“Dengan sangat meminta semua unsur untuk terlibat melakukan pengamanan. Sudahi bencana sosial ini. Harus ekstra karena biar ada polisi, karena terbatas polisinya jadi tidak sanggup. Harus gabungan. Harus diselesaikan sampai tuntas,” ujarnya.
Anggota DPRD Makassar Basdir juga mengungkap kekhawatiran warga yang bermukim di sekitar wilayah tawuran. Warga rentan kini sudah mulai diungsikan secara mandiri untuk menghindari hal-hal buruk.
“Iya khawatir, makanya banyak yang sudah mengungsi utamanya perempuan dan orang tua,” ujar Anggota DPRD Makassar Basdir kepada infoSulsel, Rabu (24/9).
Sebagai legislator di daerah pemilihan (dapil) tersebut, Basdir mengaku menerima banyak laporan warga yang mengungsi dari Kampung Layang dan Tinumbu Lorong 148. Mereka rata-rata mengungsi ke rumah keluarganya dengan membawa barang berharganya.
“Mereka ke rumah keluarganya atau mencari kontrakan sementara. Membawa barang dan surat-surat penting. Yang komunikasi ke saya itu yang di Layang dan Tinumbu 148,” katanya.
Saksi mata, Sapri (43) menceritakan info-info terbakarnya 6 rumah warga di Jalan Kandea 3, saat bentrokan pecah, Selasa (23/9). Dia mengaku melihat sejumlah massa melakukan penyerangan dengan bom molotov, petasan, dan bahkan melihat drone terbang yang diduga untuk melihat situasi.
Sapri menceritakan bentrokan mulai terjadi pada pagi hari dan sempat berhenti. Namun tawuran kembali pecah usai Zuhur hingga akhirnya terjadilah pembakaran rumah warga.
“Saya di sini (saat kejadian), saya dengar (suara) petasan dengan bom molotov. (Dilempar) dari arah Sapiria, dari belakang rumah dia lempari. Kalau tawuran mulai dari pagi, jam 07.00 berhenti sejenak, sekitar satu jam. Tapi lanjut pagi siang, sekitar pukul 16.00 terbakar ini rumah,” kata Sapri kepada infoSulsel di lokasi.
Ada Drone Diduga Pengintai
Dia mengaku banyak warga yang melihat aksi pelemparan molotov ke rumah warga tersebut. Saat kejadian, dia juga melihat satu unit drone berwarna putih terbang di atas rumah warga.
“Banyak orang yang lihat dilempari dari belakang pakai bom molotov sama petasan. Pakai drone sambil menyerang, ada drone warna putih, nia kucini (ada di sini kulihat), dia terbang, ada kamera di atas, baru dia menyerang begitu,” katanya.
Warga Kandea 3 menduga drone itu digunakan untuk memantau pergerakan warga yang bersiaga. Beruntung, kata dia, warga cepat berkumpul melakukan perlawanan saat diserang.
“Mungkin dia mau lihat semua orang bagaimana banyaknya. Syukurnya akhirnya ada semua warga berkumpul, sebelumnya setengah mati kita. Seandainya tidak, habis semua semua rumah di sini,” jelasnya.
Warga bernama Ahyani Miseng juga mengungkapkan keresahannya buntut perang antarwarga ini tidak kunjung berakhir. Hal ini diungkapkan Ahyani dalam acara Ngopi Kamtibmas yang digelar Polrestabes Makassar di Jalan Kandea III, Kecamatan Tallo, Senin (22/9/2025) malam.
Ahyani menyampaikan keresahannya terkait kondisi lingkungan yang dinilai tidak lagi kondusif, terutama bagi para ibu rumah tangga dan balita yang tinggal di kawasan tersebut.
“Izin Pak, satu bulan ini saya melihat kondisi saat ini sangat tidak nyaman untuk kami apalagi kami para ibu-ibu. Dan di sini kebanyakan balita, terus perannya kami seorang ibu, kita berperan untuk mendidik anak-anak kami, tetapi lingkungan ini tidaklah kondusif,” ujar Ahyani.
Anak 5 Tahun Ikut Rakit Senjata Sendiri
Ahyani mengaku tidak habis pikir dengan kondisi lingkungan yang tercipta akhir-akhir ini. Dia bahkan menyaksikan sendiri seorang anak kecil terlibat dalam perakitan senjata.
“Bahkan saya melihat dengan mata kepala saya sendiri anak 5 tahun sudah merakit senjatanya sendiri, apakah bisa?” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ahyani juga mengungkapkan kekhawatirannya terkait maraknya penyalahgunaan lem di kalangan anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya. Dia mengaku sering melihat secara langsung anak-anak yang menghirup lem, dan hal ini dinilainya sangat memprihatinkan karena menyangkut masa depan generasi muda.
“Kalau masalah penjualan lain, saya sendiri yang biasa melihat bahwa di sekitar sini hampir mayoritas anak-anak mengisap lem. Di mana kita mau membawa generasi kita selanjutnya? Itu kita butuh perda supaya kalau ada yang melakukan pelanggaran kita ada dasar hukum,” jelasnya.