BNPB Jelaskan soal Beda Data Kekuatan Gempa di Nabire Papua Tengah baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan penjelasan soal adanya perbedaan data kekuatan dan kedalaman gempa yang terjadi di Kabupaten , Papua Tengah. Data yang diterima dari lembaga luar negeri sempat dibandingkan dengan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

BNPB awalnya mengaku mendapat informasi dari The United States of Geological Survey (USGS) Amerika Serikat terkait gempa di Nabire. Data kekuatan gempa juga dibandingkan dengan pusat meteorologi di Jerman bernama Geoforzung Potsdam (GFZ).

“Kami juga mencari informasi untuk BMKG-nya Amerika USGS itu menyatakan 6,1 skala richter tetapi dalam kedalamannya 10 km,” ungkap Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat konferensi pers, Jumat (19/9/2025).

Namun data itu berbeda dengan pusat meteorologi yang berpusat di Jerman. GFZ melaporkan kekuatan gempa di Nabire sama dengan USGS namun laporan kedalamannya yang berbeda.

“Kemudian juga mencari informasi lagi ke lembaga meteorologi GFZ itu Jerman, GFZ itu menyatakan sama dengan Amerika 6,1 magnitudo tetapi kedalamannya sampai 30 km,” tuturnya.

Menurut Suharyanto, perbedaan data ini merupakan hal yang wajar terjadi. Dia memastikan data dari BMKG tetap menjadi acuan.

“Itu biasa ya terjadinya berbagai perbedaan dalam skala magnitudo tetapi tentu saja yang kami pegang adalah yang dari BMKG 6,6 dengan kedalaman 24 km,” ungkap Suharyanto.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Suharyanto menegaskan pihaknya belum menerima laporan adanya korban jiwa akibat gempa di Nabire. BPNB sudah menurunkan tim ke lokasi untuk mendampingi BPBD Nabire melakukan asesmen.

Dari data sementara BNPB, gempa mengakibatkan 2 unit rumah rusak, fasilitas bandara rusak di bagian kaca-kaca, kantor bupati rusak di bagian plafon, gereja katolik KR Malompo rusak di bagian langit-langit. Jembatan Sriwani amblas dan jaringan telepon serta komunikasi sempat lumpuh.

“BNPB akan membantu perbaikan sesuai dengan tingkatan kerusakan yang ditimbulkan. Hasil pendataan dan analisis lapangan akan digunakan menjadi dasar perbaikan rusaknya infrastruktur tersebut,” tegas Suharyanto.

Sebelumnya diberitakan, gempa di Nabire terjadi pada Jumat (19/9) pukul 01.19 WIB. Episenter gempa berada di koordinat 3,47 derajat LS dan 135,49 derajat BT atau tepatnya berlokasi di darat pada kedalaman 24 km.

BMKG awalnya melaporkan gempa di Nabire memiliki kekuatan M 6,6. Namun belakangan angka tersebut diperbaharui menjadi M 6,5.

“Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa ini memiliki parameter update dengan magnitudo M 6,5,” ungkap Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya.

Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar anjak Weyland. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

“Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami,” imbuh Daryono.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *