Bernardo Tavares Mundur Cermin Krisis Tata Kelola Manajemen PSM Makassar baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi.

Mundur­nya Bernardo Tavares dari kursi kepala pelatih PSM Makassar bukanlah sekadar kabar duka bagi suporter, tetapi juga tamparan keras bagi tata kelola klub sepak bola profesional di Indonesia. Alasannya jelas: masalah gaji. Sesuatu yang mestinya paling mendasar dalam hubungan kerja justru gagal dipenuhi.

Tavares bukan sosok asing bagi publik sepak bola Makassar. Sejak Ia didatangkan oleh CEO PSM Makassar saat itu, Munafri Arifuddin, Tavares langsung bekerja dengan filosofi kerja keras, disiplin, dan pembentukan tim yang solid.

Puncaknya, ia berhasil mengembalikan muruah PSM sebagai juara Liga 1 musim 2022/2023. Gelar yang lama dirindukan masyarakat Sulawesi Selatan itu akhirnya terwujud berkat tangan dinginnya.

Namun ironis, pelatih yang membawa kebanggaan itu justru tersandung pada masalah klasik. Hak finansial yang tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Di sini kita perlu jujur, sepakbola bukan hanya tentang semangat dan loyalitas, tetapi juga industri yang menuntut profesionalisme. Bagaimana mungkin klub sebesar PSM, dengan sejarah panjang dan dukungan luar biasa dari suporternya, masih terjebak dalam problem gaji? Ini bukan hanya persoalan manajemen klub, tetapi juga menyingkap lemahnya regulasi dan pengawasan dari federasi serta operator liga.

Bagi suporter, kepergian Tavares tentu menyakitkan. Ia tidak hanya pelatih, tetapi juga simbol kebangkitan PSM.

Namun lebih dari itu, peristiwa ini harus menjadi titik refleksi. Jangan sampai kita terbiasa dengan pola yang sama, pelatih atau pemain berprestasi datang, mengangkat nama klub, lalu pergi karena kekecewaan manajemen.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Mundur­nya Tavares adalah alarm keras. Jika manajemen PSM dan pemangku kepentingan sepak bola Indonesia tidak segera membenahi tata kelola finansial, maka kepercayaan akan terus terkikis. Bukan hanya dari pelatih dan pemain, tetapi juga dari suporter yang sudah lama menjadi penopang utama klub ini.

Bernardo Tavares mungkin sudah pergi, tapi pesan yang ia tinggalkan jelas: sepak bola butuh keadilan, profesionalisme, dan penghargaan terhadap komitmen. Jika tiga hal itu masih diabaikan, maka sejarah emas PSM akan sulit berulang.