Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Andi Sudirman Sulaiman mengungkapkan angka perceraian di Sulsel yang cukup tinggi. Dia meminta kepala daerah menaruh perhatian terhadap kondisi ini dan melakukan intervensi.
“Angka kalau tidak salah 2023, dari data yang saya dapat itu sekitar 350 ribu perceraian, di satu tahun, bukan lima tahun. Tapi kebanyakan cerai hidup 70 ribu, dan cerai matinya lebih banyak lagi 280 ribu,” ungkap Andi Sudirman dalam sambutannya di acara Hari Keluarga Nasional (Harganas) 2025, di Tribun Lapangan Karebosi, Makassar, Senin (28/7/2025).
Sudirman menilai angka tersebut menjadi alarm bagi pemerintah kabupaten dan kota untuk turut memberikan perhatian. Andi Sudirman menyebut, ada beberapa kabupaten/kota yang bahkan mencatat puluhan ribu kasus cerai hidup dalam satu tahun. Mayoritas merupakan gugatan dari pihak istri.
“Mungkin ini harus ada intervensi kita semuanya. Saya juga melihat kadang-kadang, ada satu kota, satu kabupaten itu ada yang sampai puluhan ribu cerai hidup satu tahun, dan pengadilan kebanyakan terima gugatan,” jelasnya.
Tak hanya soal perceraian, Andi Sudirman juga menyinggung isu pernikahan dini yang masih marak terjadi di Sulsel. Menurutnya, fenomena tersebut menjadi salah satu penyumbang angka stunting karena ketidaksiapan fisik dan mental para ibu muda dalam menghadapi kehamilan dan pengasuhan anak.
“Tapi banyak juga pernikahan dini yang harus menjadi perhatian. Ini pernikahan dini juga menjadi faktor penyumbang stunting, karena pemenuhan gizi dan kesiapan mental dan kondisi tubuh ibu yang bersangkutan,” jelas Andi Sudirman.
Sebagai bentuk intervensi konkret, kata dia, Pemprov Sulsel melakukan pergeseran anggaran Rp 56 miliar untuk program penanganan stunting. Program ini ditargetkan menyasar 15.120 anak dengan berbagai skema dukungan, mulai dari pemberian makanan tambahan hingga insentif.
“Kami menggeser Rp 56 miliar untuk anggaran stunting menyasar 15.120 orang. Sudah dilaunching kemarin (Jumat 25/7), sekitar 59 hari ke depan untuk pendampingan, pemberian makanan tambahan, dan bagaimana pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi seluruh keluarga,” ucapnya.
Tak hanya itu, anak-anak yang berhasil keluar dari status stunting akan mendapatkan tabungan insentif senilai Rp 1 juta yang diberikan bertahap. Di tahap pertama Rp 300 ribu jika anak mengikuti program stunting, dan Rp 700 ribu jika anak berhasil keluar dari masalah stunting.
“Termasuk pemberian insentif kepada anak yang stunting. Rp 1 juta tabungan jika mereka bisa keluar. Jadi 15.120 itu kita kasih uang awalnya Rp 300 ribu per anak. Kalau keluar dan berhasil tambah Rp 700 ribu untuk biaya tabungan anak,” terangnya.
Sudirman menambahkan, intervensi juga menyasar kelompok penyandang disabilitas. Tahun ini, Pemprov mulai menyalurkan tabungan pendidikan dan harian bagi 5.000 disabilitas di Sulsel. Hanya saja, Andi Sudirman tidak merinci berapa besaran anggaran yang nantinya diberikan.
“Sebelumnya kita sudah berikan, mohon maaf, seperti ustaz dan kelompok marginal tertentu. Sekarang kita perluas untuk kelompok berkebutuhan khusus,” katanya.
Tak hanya soal perceraian, Andi Sudirman juga menyinggung isu pernikahan dini yang masih marak terjadi di Sulsel. Menurutnya, fenomena tersebut menjadi salah satu penyumbang angka stunting karena ketidaksiapan fisik dan mental para ibu muda dalam menghadapi kehamilan dan pengasuhan anak.
“Tapi banyak juga pernikahan dini yang harus menjadi perhatian. Ini pernikahan dini juga menjadi faktor penyumbang stunting, karena pemenuhan gizi dan kesiapan mental dan kondisi tubuh ibu yang bersangkutan,” jelas Andi Sudirman.
Sebagai bentuk intervensi konkret, kata dia, Pemprov Sulsel melakukan pergeseran anggaran Rp 56 miliar untuk program penanganan stunting. Program ini ditargetkan menyasar 15.120 anak dengan berbagai skema dukungan, mulai dari pemberian makanan tambahan hingga insentif.
“Kami menggeser Rp 56 miliar untuk anggaran stunting menyasar 15.120 orang. Sudah dilaunching kemarin (Jumat 25/7), sekitar 59 hari ke depan untuk pendampingan, pemberian makanan tambahan, dan bagaimana pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi seluruh keluarga,” ucapnya.
Tak hanya itu, anak-anak yang berhasil keluar dari status stunting akan mendapatkan tabungan insentif senilai Rp 1 juta yang diberikan bertahap. Di tahap pertama Rp 300 ribu jika anak mengikuti program stunting, dan Rp 700 ribu jika anak berhasil keluar dari masalah stunting.
“Termasuk pemberian insentif kepada anak yang stunting. Rp 1 juta tabungan jika mereka bisa keluar. Jadi 15.120 itu kita kasih uang awalnya Rp 300 ribu per anak. Kalau keluar dan berhasil tambah Rp 700 ribu untuk biaya tabungan anak,” terangnya.
Sudirman menambahkan, intervensi juga menyasar kelompok penyandang disabilitas. Tahun ini, Pemprov mulai menyalurkan tabungan pendidikan dan harian bagi 5.000 disabilitas di Sulsel. Hanya saja, Andi Sudirman tidak merinci berapa besaran anggaran yang nantinya diberikan.
“Sebelumnya kita sudah berikan, mohon maaf, seperti ustaz dan kelompok marginal tertentu. Sekarang kita perluas untuk kelompok berkebutuhan khusus,” katanya.