Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah merupakan waktu yang sangat istimewa dalam Islam. Pada hari-hari ini, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunnah.
Dikutip dari buku Panduan Praktis Ibadah Puasa karya E Syamsuddin dan AS Alim, sepuluh hari pertama Dzulhijjah dikenal sebagai hari agung atau “al-Ayyam al-Asyr”. Allah SWT lebih mencintai amal saleh yang dikerjakan pada waktu ini, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
Artinya: “Tidak ada hari-hari yang amal saleh padanya lebih dicintai Allah dari hari-hari ini, yaitu sepuluh hari pertama (Dzulhijjah)”, para sahabat bertanya: “Tidak juga jihad wahai Rasulullah?” Ia menjawab: “Tidak juga jihad, kecuali seorang yang keluar (berjihad) dengan harta dan jiwanya, kemudian tidak satu pun yang kembali.” (HR. Tirmidzi, dan Abu Daud)
Sebagai bentuk kecintaan dan ketakwaan kepada Allah SWT, umat muslim berlomba-lomba memperbanyak ibadah pada waktu ini. Berikut sejumlah amalan yang bisa dikerjakan pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sesuai sunnah.
Yuk, kerjakan!
Bulan Dzulhijjah merupakan bulan ke-12 atau bulan terakhir dalam kalender Islam. Oleh karenanya, umat muslim dianjurkan membaca doa akhir tahun begitu memasuki bulan Dzulhijjah.
Dilansir dari buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun oleh Ustaz Abdullah Faqih Ahmad Abdul Wahid, doa akhir tahun dibacakan sebanyak 3 kali. Isinya berupa permintaan rahmat untuk Nabi SAW dan permohonan tobat.
Berikut bacaan doanya:
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
اللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مِمَّا نَهَيْتَنِي عَنْهُ فَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَلَمْ تَرْضَهُ وَلَمْ تَنْسَهُ وَحَلَمْتَ عَلَيَّ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْهُ بَعْدَ جُرْاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ. فَإِنِّي اسْتَغْفِرُكَ فَاغْفِرْ لِي وَمَا عَمِلْتُ فِيهَا مِمَّا تَرْضَهُ وَوَعَدْ تَنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَاسْأَلُكَ اللَّهُمَّ يَا كَرِيمُ يَا ذَالْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ أَنْ تَتَقَبَّلَهُ مِنِّي وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِي مِنْكَ يَا كَرِيمُ. وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Arab Latin: Wa shallallaahu alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shahbihii wa sallam. Allaahumma ma ‘amiltu fi haadzihis sanati mimmaa nahaitani ‘an-hu falam atub min-hu walam tardhahu walam tansahu wa halamta ‘alayya ba’da qudratika ‘ala uquubatii wa da’autanii ilattaubati min-hu ba’da jur’ati alaa ma’siyatika fa innii astaghfiruka fagfirlii wa maa ‘amiltu fiihaa mimmaa tardhaahu wa wa’adtani Wa shallallaahu alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihii wa shahbihii wa sallam. Allaahumma ma ‘amiltu fi haadzihis sanati mimmaa nahaitani ‘an-hu falam atub min-hu walam tardhahu walam tansahu wa halamta ‘alayya ba’da qudratika ‘ala uquubatii wa da’autanii ilattaubati min-hu ba’da jur’ati alaa ma’siyatika fa innii astaghfiruka fagfirlii wa maa ‘amiltu fiihaa mimmaa tardhaahu wa wa’adtani
Artinya: “Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya. Ya Allah, segala yang telah aku kerjakan selama tahun ini dari apa yang menjadi larangan-Mu, sedang kami belum bertobat, padahal Engkau tidak melupakannya dan Engkau bersabar (dengan kasih sayang-Mu), yang sesungguhnya Engkau berkuasa memberikan siksa untukku, dan Engkau telah mengajakku untuk bertobat sesudah melakukan maksiat. Karena itu, ya Allah, saya mohon ampunan-Mu dan berilah ampunan kepada saya dengan kemurahan-Mu. Segala apa yang telah saya kerjakan, selama tahun ini, berupa amal perbuatan yang Engkau ridai dan Engkau janjikan akan membalasnya dengan pahala, aku mohon kepada-Mu, wahai Zat Yang Maha Pemurah, wahai Zat Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan, semoga berkenan menerima amalku dan semoga Engkau tidak memutuskan harapanku kepada-Mu, wahai Zat Yang Maha Pemurah. Dan, semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan kepada junjungan kami, Muhammad, serta keluarga dan sahabatnya.”
Rasulullah SAW diriwayatkan kerap berpuasa pada sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah. Sebagaimana diriwayatkan Ummul Mu’minin Hafsah bahwa:
“Sesungguhnya, Rasulullah SAW berpuasa Asyura, sembilan hari pertama bulan Dzulhijjah, dan tiga hari pada setiap bulan.” (HR. Abu Dawud).
Untuk mengikuti jejak Rasulullah SAW, umat muslim juga dapat mengerjakan puasa pada sembilan hari pertama Dzulhijjah ini. Di antara para sahabat Nabi SAW yang mempraktikkan puasa ini yakni Hasan Bashri, Ibnu Sirin, dan Qatadah.
Hari Arafah atau 9 Dzulhijjah merupakan waktu yang penuh keutamaan. Pada hari ini, dosa-dosa diampunkan dan jemaah haji melaksanakan wukuf.
Keutamaan hari Arafah disebutkan Rasulullah SAW dalam sabdanya:
“Tidak ada suatu hari yang Allah lebih banyak membebaskan seorang hamba dari api neraka, melainkan hari Arafah. Sesungguhnya, Allah mendekat dan berbangga di hadapan para malaikat-Nya seraya berkata, ‘Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim).
Oleh karena itu, Rasulullah SAW menganjurkan untuk melaksanakan puasa Arafah kecuali bagi jemaah haji untuk mendapatkan keutamaannya.
Rasulullah mengajarkan doa yang dianjurkan dibaca pada hari Arafah atau 9 Dzulhijjah. Berikut doanya dikutip dari buku Doa dan Zikir Sepanjang Tahun oleh H Hamdan Hamaedan MA:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
Arab Latin: Laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syay-in qadiir.
Artinya: “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (HR. Tirmidzi no. 3.585)
Melansir kembali buku Kalender Ibadah Sepanjang Tahun, pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, umat muslim yang mampu dapat menunaikan ibadah haji. Barang siapa yang menunaikan ibadah haji sesuai tuntunan dan syariat Islam maka akan memperoleh balasan yang agung di sisi Allah SWT.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Umrah ke umrah adalah penghapus dosa di antara keduanya. Dan, haji mabrur tidak ada balasan baginya, kecuali surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Apabila tidak sempat melaksanakan umrah dan haji pada bulan Dzulhijjah, umat muslim bisa mengerjakan amalan lain. Seperti sholat sunnah, dzikir, sedekah, dan lain sebagainya.
Salah satu yang dianjurkan yakni sholat Subuh berjemaah, berdzikir, kemudian sholat sunnah dua rakaat setelah matahari terbit. Apabila umat muslim mengerjakan amalan tersebut, maka akan mendapatkan pahalanya yang setara dengan haji dan umrah.
Seperti sabda Rasulullah SAW:
“Barang siapa shalat Subuh berjamaah kemudian duduk berdzikir hingga terbit matahari, setelah itu ia shalat dua rakaat, maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah.”
Memperbanyak takbir, tahlil, tasbih, istighfar, dan doa juga termasuk amalan saleh yang bisa dikerjakan pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Dzikir sendiri sangat dianjurkan dalam setiap keadaan, sebagaimana Allah SWT berfirman:
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا رج وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۱۳ إِنَّ الصَّلَوَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
Artinya: “Maka, apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya, shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nisaa’ [4]: 103).
Pada 10 Dzulhijjah atau Idul Adha disunnahkan berkurban sebagaimana ajaran Nabi Ibrahim AS. Ibadah ini disyariatkan Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam ayat berikut:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Artinya: “Maka, dirikanlah sholat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” (QS. al-Kautsar [108]: 02).
Bertobat merupakan salah satu amalan yang ditekankan di bulan Dzulhijjah. Tobat dilakukan dengan menyesali dosa yang telah lalu, meninggalkan perbuatan dosa seketika, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.
Dengan bertobat dan istighfar, dosa serta maksiat niscaya akan dihapuskan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
“Seandainya kamu tidak pernah berbuat dosa, pastilah Allah membinasakan kamu dan akan didatangkan suatu kaum yang melakukan dosa, lalu mereka beristighfar dan Allah pun mengampuni mereka.” (HR. Abu Ayyub al-Anshari).
Umat Islam merayakan Hari Raya Idul Adha salah satunya dengan melaksanakan sholat di pagi hari. Sholat Idul Adha ini disunnahkan agar umat muslim menyadari bahwa segala kenikmatan dan kesenangan yang dirasakan adalah karunia Allah SWT.
Melaksanakan sholat Idul Adha mengajarkan bahwa manusia harus senantiasa bersyukur serta memuji kebesaran Allah SWT. Terkait kesunnahan ibadah ini, diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa:
“Rasulullah SAW pernah keluar pada Hari Raya Idul Adha atau Idul Fitri, lalu beliau mengerjakan shalat Id dua rakaat, namun beliau tidak mengerjakan shalat qabliyah maupun ba’diyah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Itulah daftar amalan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sesuai sunnah yang bisa dikerjakan. Semoga bermanfaat, infoers!