Umat Katolik memulai hari dengan membaca renungan harian berisi ayat-ayat Alkitab. Renungan ini merupakan cara memohon berkat Allah dalam setiap kegiatan yang dilakukan.
Dilansir dari situs Iman Katolik, berdasarkan kalender liturgi Senin, 9 Juni 2025, terdapat beberapa ayat Alkitab yang dijadikan renungan harian. Berdoa merupakan cara bagi umat Katolik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mensyukuri berkat dan kasih-Nya.
Untuk itu, ayat Alkitab yang dapat dijadikan bahan renungan adalah Kejadian 3: 9-15, 20; Kisah Para Rasul 1: 12-14; Mazmur 87: 1-2, 3, 5, 6-7; Yohanes 19: 25-34; dan Yosua 1: 1-18.
Simak, yuk!
Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan beserta kisah Santo Efrem, Pujangga Gereja.
Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?”
Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”
Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?”
Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”
Kemudian berfirmanlah Tuhan Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”
Lalu berfirmanlah Tuhan Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.
Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”
Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup.
Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem.
Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus.
Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus.
Sesudah Musa hamba Tuhan itu mati, berfirmanlah Tuhan kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian:
Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu.
Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa.
Dari padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan menjadi daerahmu.
Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka.
Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi.
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.
Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.”
Lalu Yosua memberi perintah kepada pengatur-pengatur pasukan bangsa itu, katanya:
Jalanilah seluruh perkemahan dan perintahkanlah kepada bangsa itu, demikian: Sediakanlah bekalmu, sebab dalam tiga hari kamu akan menyeberangi sungai Yordan ini untuk pergi menduduki negeri yang akan diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu untuk diduduki.
Kepada orang Ruben, kepada orang Gad dan kepada suku Manasye yang setengah itu berkatalah Yosua, demikian.
Ingatlah kepada perkataan yang dipesankan Musa, hamba Tuhan itu, kepadamu, yakni: Tuhan, Allahmu, mengaruniakan keamanan kepadamu dan memberikan kepadamu negeri ini.
Perempuan-perempuan dan anak-anak di antara kamu dan ternakmu boleh tinggal di negeri yang diberikan Musa kepadamu di seberang sungai Yordan, tetapi kamu, semua pahlawan yang gagah perkasa, haruslah menyeberang di depan saudara-saudaramu dengan bersenjata, dan haruslah menolong mereka.
Sampai Tuhan mengaruniakan keamanan kepada saudara-saudaramu seperti kepada kamu juga, dan mereka juga menduduki negeri yang akan diberikan kepada mereka oleh Tuhan, Allahmu. Kemudian bolehlah kamu pulang kembali ke negerimu sendiri dan menduduki negeri yang diberikan Musa, hamba Tuhan itu, kepadamu di seberang sungai Yordan, di sebelah matahari terbit.
Lalu mereka menjawab Yosua, katanya: “Segala yang kauperintahkan kepada kami akan kami lakukan dan ke manapun kami akan kausuruh, kami akan pergi.
Sama seperti kami mendengarkan perintah Musa, demikianlah kami akan mendengarkan perintahmu. Hanya, Tuhan, Allahmu, kiranya menyertai engkau, seperti Ia menyertai Musa.
Setiap orang yang menentang perintahmu dan tidak mendengarkan perkataanmu, apapun yang kauperintahkan kepadanya, dia akan dihukum mati. Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu!”
Efrem lahir di Nisibis, Mesopotamia (kini Nusaybin, Turki) pada tahun 306 dan wafat pada tahun 373. Ia dikenal sebagai penyair, guru, orator, dan pembela iman yang disegani, serta menjadi tokoh kebanggaan umat Kristen Syria.
Sejak remaja, Efrem mendapat pendidikan agama dari Uskup Yakob dari Nisibis, yang kelak digelari ‘Kudus’ oleh Gereja. Di bawah bimbingan Yakob, Efrem dibaptis dan mulai menapaki kehidupan rohani.
Tahun 363, ketika kota Nisibis jatuh ke tangan bangsa Syria, umat Kristen diusir dan terpaksa mengungsi ke Edessa (sekarang Urfa, Irak). Di pengungsian ini, Efrem diangkat menjadi pemimpin rohani umat.
Ia menerima tanggung jawab itu dengan penuh dedikasi, membimbing umat dalam iman Kristen, serta memberi penghiburan di tengah penderitaan. Hidupnya sederhana dan keras. Efrem menolak ditahbiskan menjadi imam dan memilih tetap sebagai diakon hingga akhir hayatnya.
Ia banyak menulis karya-karya teologis dan puisi liturgi, termasuk homili, nyanyian, dan kidung gereja yang begitu kaya dan bermakna. Karya-karyanya menyebar luas, memberi pengaruh besar bagi Gereja, khususnya di wilayah Timur.
Ia dijuluki berbagai gelar terhormat seperti “Cahaya Bangsa Syria”, “Rasul Bangsa Syria”, “Pujangga Gereja”, dan “Kecapi Roh Kudus”. Efrem dikenal karena pengetahuannya yang mendalam akan Kitab Suci.
Ia rajin membaca, merenungkan misteri Allah, dan menulis komentar yang berharga. Ia lebih mengutamakan makna harafiah dalam tafsirannya dan menghindari penafsiran alegoris.
Kepeduliannya terhadap orang miskin sangat besar. Saat Edessa dilanda kelaparan pada tahun 378, ia berjuang keras menolong umat yang kelaparan.
Dalam hidupnya, Efrem selalu mengandalkan Tuhan dan hidup dalam kerendahan hati. Ia pernah berkata kepada Santo Basilius: “Sayalah Efrem, orang yang tersesat dari jalan ke surga. Karena itu, kasihanilah saya, orang berdosa ini. Bimbinglah saya melalui jalan yang sempit.”
Dua puluh tahun setelah wafatnya, Santo Hieronimus memasukkan nama Efrem dalam daftar tokoh-tokoh Kristen besar. Hingga kini, warisan rohani dan karya-karyanya tetap dikenang dalam Gereja.
Demikianlah renungan harian Katolik untuk dijadikan panduan dalam beribadah. Semoga bermanfaat, ya!