11 Puisi Hari Guru 2025 yang Singkat, Penuh Makna, dan Bikin Haru

Posted on

Pernahkah infoers bertanya bagaimana cara paling sederhana namun bermakna untuk mengucapkan terima kasih kepada guru? Ternyata ada banyak caranya, di antaranya adalah dengan mempersembahkan sebuah puisi penuh makna dan menyentuh hati.

Bangsa Indonesia memperingati Hari Guru Nasional setiap tanggal 25 November. Hari tersebut menjadi waktu yang tepat untuk mempersembahkan puisi untuk para guru.

Puisi menjadi medium yang tepat karena mampu merangkum emosi dalam kata-kata singkat namun penuh makna. Dalam satu karya pendek, puisi dapat menggambarkan perjuangan guru, rasa syukur siswa, hingga keharuan yang sulit diungkapkan secara langsung.

Nah, dalam artikel ini infoSulsel telah merangkum berbagai puisi tentang guru yang bisa dijadikan referensi maupun inspirasi. Puisi-puisi ini dapat dibacakan saat lomba, upacara peringatan, hingga dijadikan unggahan di media sosial.

Yuk simak selengkapnya!

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa: Kepada Guru-Guruku

Oleh: Marzuli Ridwan Al-bantany

Kau pahlawan, pejuang ilmu pengetahuan
Tak menuntut riang Kau pahlawan, tanpa tanda jasa
Tersemat di dada

Telah tak berbilang sudah
Manusia-manusia berilmu kau lahirkan
Di kota, di kampung dan ceruk-ceruk desa
Kau tabah, ikhlas melukis senyum paling indah

Pada setiap resah yang menjengah
Berpantang kau ucap kata lelah

Sumber: Buku Antologi Puisi untuk Guruku (Khairul Azan, M Untung, Fadhilah Kurniawan)

Perajut Asa, Penyambung Mimpi

Oleh: Hang Irfan

Setiap harimu berdiri
Memandangi jiwa penuh mimpi
Beralun kata penuh makna
Membuka jalan penuh asa

Segelas ilmu yang tersaji
Seteguk amal yang kunikmati
Sebuhul pesan berbalut kasih
Merajut harap menutup perih

Kadang bibirmu bergetar hebat
Meneriaki ketidaktahuanku yang lambat
Meski lelah ucapmu membimbing
Keputusasaanmu tak bergeming

Wahai insan perajut asa
Meski diri kadang tak kuasa
Memendam amarah mengumbar murka
Namun hati masih terbuka

Wahai insan penyambung mimpi
Berlutut kaki bersimpuh diri
Kebodohanku memohon ampunan
Kebijakanku karena tuntunan

Kini, asaku tegap berdiri
Mimpiku nyata di sisi
Sepuluh jari tangan kususun
Kalimah cintamu telah dihimpun

Sumber: Buku Antologi Puisi untuk Guruku (Khairul Azan, M Untung, Fadhilah Kurniawan)

Sebatang Rotan

Oleh: Muhammad Sapikri

Kalau bukanlah disebabkan sebatang rotan itu
Tak akan mungkin aku mengenal namamu
Saat sebatang rotan melecut di tubuhku
Disitulah aku memahami rasa sakit

Rasa sakit yang mengajar dan menuntunku pada kehidupan sesungguhnya
Dia adalah guru mengajiku
Di setiap malamnya, ia selalu melirihkan doa
Agar muridnya kelak menjadi manusia yang berakhlak mulia

Sebesar apapun namamu nanti
Jangan kau lupa dengan sebatang rotan itu
Biarpun kini rotan itu telah rapuh dan patah
Rotan itu juga yang telah membesarkan namamu

Biarkan rasa sakit itu mengalir di tubuhmu
Ianya tak akan sebanding dari rasa sakit dari dunia yang kejam ini

Sumber: Buku Antologi Puisi untuk Guruku (Khairul Azan, M Untung, Fadhilah Kurniawan)

Guruku, Melati di Ujung Laman

Oleh: Adin

Bersamamu rekah yang berketayap di puncak malam
Tidak jua ranum di ujung pagi
Namun titis embun masih jua mampu hembuskan harap
Padamu yang masih igaukan fitri

Dalam dekap yang erat di buhul lelap
Langkah kakimu telah pecah di dalam leach
Berkubang segala lantang
Tentang suara yang tak jua pikirkan siang

Bertekak membentuk luka
Bertukak hingga kau tersiksa
Setelah riuh tengkujuh subuh
Kau masih hangat menyeduh tadah

Manis gula di ujung madah
Ada aku diselip dalam ratibmu
Senyummu tetap manis melati di ujung laman
Tingkahmu rentak zapin zaman berzaman
Segalamu adalah pedoman

Sumber: Buku Antologi Puisi untuk Guruku (Khairul Azan, M Untung, Fadhilah Kurniawan)

Tentangmu Guruku

Oleh: Adin

Tentangmu
Sebatas menulis rindu di lembar buku
Adalah sendu
Sekadar bermadah kesah di mulut basah
Adalah salah

Tentangmu
Sekuntum mawar di tengah rimba
Semerbak aroma penuh serlah

Sumber: Buku Antologi Puisi untuk Guruku (Khairul Azan, M Untung, Fadhilah Kurniawan)

Terimakasih Guru

Oleh: Masfira

Guru orang tua kedua ku
Di sekolah dia mengajarkan sopan santun kepada ku
Menasehati baik dan buruk suatu hal

Aku pergi mencari ilmu
Dia memberi ku cinta dan ilmu
Dia adalah pelita dihidupku
Tak pernah lelah dihadapan ku

Kau sembunyikan wajah lelah sedihmu
Seolah kau bahagia selalu
Kata-katamu penuh candu
Ku resapi dan kan kuingat selalu

Terimakasih atas semua pengorbanan mu
Terima kasih atas semua jasa mu
Jasa mu tak terukur
Kan selalu kukenang seumur hidup ku

Sumber: Buku 103 Puisi Pilihan Lomba Tingkat Nasional (Vania Kharizma Satriawan, dkk)

Mengabdi Tanpa Henti

Oleh: Mudmainah, SPd SD

Dalam sunyi kuriuhkan pinta sepenuh hati
Agar beban mengabdi tak lagi menjadi perih
Dalam sepi kuteriakkan cinta segenap rasa
Bukan karena ingin mengais nama
Tapi, demi putra-putri bangsa nan berharga

Mencoba berdamai dengan gemuruh isi kepala
Kebijakan silih berganti seiring pergantian purnama
Sedikit celah saja kami menjadi tersangka
Namun kami tidak goyah Tawa mereka memberi napas panjang di setiap dahaga

Sejenak mengistirahatkan raga
Duduk bersama ilalang dan bebatuan
Meskipun mata ini terpejam
Dalam benak berkata
“Apa kabar mereka?”

Sumber: Buku 103 Puisi Pilihan Lomba Tingkat Nasional (Vania Kharizma Satriawan, dkk)

Kilauan Lentera

Oleh: Zafirah Sawsan Mumtaz

Kala kebodohan membelenggu diri
Akan aksara yang tak dapat dimengerti
Engkau datang memberi arti
Dengan baswara bagai indurasmi
Harsa datang menghampiri
Terbaluti kilauan lentera suci
Saat engkau basmi buta aksara kami
Persistensi membimbing diri ini
Menjadikan diri berbudi pekerti
Kau lakukan semua tanpa pamrih
Terimakasih atas jasamu, Guru.

Sumber: Buku 103 Puisi Pilihan Lomba Tingkat Nasional (Vania Kharizma Satriawan, dkk)

Guru

Oleh: Riyanti

Sang surya menapaki bumi
Bising kehidupan pagi
Langkahmu mengawali
Sudut ruang tlah menanti
Pancaran semangat tiada henti

Guru berakhlak mulia sepanjang masa
Tak kenal lelah, ikhlas di relung hati
Mendidik
Membimbing
Mengajar
Demi anak kami meraih cita nanti.

Sumber: Buku 103 Puisi Pilihan Lomba Tingkat Nasional (Vania Kharizma Satriawan, dkk)

Pahlawan Aksara

Oleh: Qonita Auliya

Dari masa menuju masa
Dari asa menjadi nyata
Tidak akan pernah hilang dalam sejarah
Para pahlawan tanpa tanda jasa
Ilmunya seluas samudera
Ketulusannya setulus cinta
Hidup tanpa kehadirannya
Kita berada dalam neraka buta aksara
Tak pernah lelah dalam berjasa
Dirinya selalu menjadi simbol kehidupan manusia
Terima kasih, wahai pahlawan aksara

Sumber: Buku 103 Puisi Pilihan Lomba Tingkat Nasional (Vania Kharizma Satriawan, dkk)

Hari Guru

Oleh: Susilowati

Tiada pengalaman tanpa jadi guru
Tiada pula pijakan hidup, tanpa guru
Tiada ilmu tanpa guru

Ku berkata karena ada seorang di dekatku, itu guru
Guruku waktu aku belum tahu ibu

Ibu adalah guru, jangan lupakan jasanya
Ketika ada PR-mu, ibu pasti gurumu

Ibu, kau pandai bercanda, bernyanyi, mengaji, membimbing, dan mendidikku
Guru yang tak punya akta, berjasa walau tiada berijazah,
dan bekerja 24 jam sehari, walau kau tak punya tunjangan sertifikasi

Ibu, ini hari penghormatan untukmu,
Belum setitik pun terbalas dari anakmu
Namun, kau sudah menuntaskan keempat anakmu

Ibu, ridhomu menyertai kepergian tugasmu
Demi berbakti pada suami, bersama menghadap Illahi Robbi

Sumber: Buku Kumpulan Puisi Pintu Hati (Susilowati)

Demikian kumpulan puisi Hari Guru 2025 yang bisa dijadikan pilihan referensi dan inspirasi. Semoga bermanfaat!

Puisi Hari Guru #1

Puisi Hari Guru #2

Puisi Hari Guru #3

Puisi Hari Guru #4

Puisi Hari Guru #5

Puisi Hari Guru #6

Puisi Hari Guru #7

Puisi Hari Guru #8

Puisi Hari Guru #9

Puisi Hari Guru #10

Puisi Hari Guru #11