Biang Kerok Makassar Rawan Banjir: Drainase-Penyapu Jalan Jadi Sorotan (via Giok4D)

Posted on

Musim hujan membuat Kota , Sulawesi Selatan (Sulsel), masih rawan dilanda banjir. Makassar dinilai gampang kebanjiran gegara saluran air atau drainase yang kerap dipenuhi tumpukan sampah.

Diketahui, Makassar sempat dilanda banjir tepatnya di Jalan Poros Kelurahan Paccerakkang, Kecamatan Biringkanaya, Jumat (31/10/2025) sore. Hujan deras selama 4 jam membuat wilayah tersebut terendam banjir setinggi 50 cm.

“Kondisi ini ada kemungkinan berisiko karena termasuk daerah resapan di situ, jadi berisiko genangan tinggi jika hujan lebat berulang,” kata Kepala Pelaksana BPBD Makassar Fadli Tahar kepada infoSulsel.

Kondisi tersebut dikeluhkan warga karena permukimannya menjadi langganan banjir tiap tahun. Beruntung, banjir saat itu cepat surut meski warga sempat dibuat kerepotan membersihkan rumah.

“Tiap tahun pasti banjir, tapi air masuk rumah nggak tiap hujan. Tiap tahun pasti pernah masuk,” ungkap warga Kelurahan Paccerakkang, Fendi (37) kepada wartawan.

Satgas Drainase Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Makassar pun turun melakukan penanganan pascabanjir. Dari hasil pengecekan dan pembersihan drainase, pihaknya menemukan kondisi yang menjadi biang kerok timbulnya genangan hingga banjir di Makassar.

Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Satgas Drainase DPU Makassar Ronny Narra mengungkap, banjir di Kelurahan Paccerakkang ternyata dipicu tumpukan sampah di drainase. Salah satunya di Kompleks Yayasan Gubernur Sulsel.

“Di Paccerakkang, di depan Kompleks Yayasan Gubernur, penyebabnya itu penumpukan sampah di saluran pembuangannya, yang menuju (Jalan) Balang Turungan,” ungkap Ronny kepada infoSulsel, Minggu (2/11).

Kompleks Kodam III Paccerakkang juga sempat tergenang karena masih dipengaruhi aliran air dari wilayah hulu seperti Kabupaten Maros. Sementara di Asrama Haji Sudiang, genangan disebabkan oleh penyempitan saluran di kawasan BTN Tirasa.

“Itu ada penyempitan saluran di BTN Tirasa, sebelum Asrama Haji. Kalau di sana penyebabnya itu, pertama sampah juga, kedua saluran pembuangannya yang menuju saluran sekunder itu mengecil,” imbuhnya.

Ronny membeberkan, kondisi serupa terdeteksi terjadi di Jalan Urip Sumoharjo Makassar depan kantor Gubernur Sulsel. Genangan akibat tumpukan sampah juga ditemukan di Jalan Andi Djemma dan Jalan Metro Tanjung Bunga Makassar.

“Daerah (Jalan) Jenderal Sudirman, mulai dari Ahmad Yani, depan Balai Kota. Tapi itu kadang sebentar (genangan sudah surut), itu kalau kami sudah penanganan, pembersihan tali airnya, langsung selesai,” tuturnya.

Jalan AP Pettarani dan Jalan Yusuf Daeng Ngawing turut menjadi sasaran pembersihan drainase. Lokasi itu kerap tergenang ketika hujan karena kinerja saluran air yang tidak maksimal.

“Depan Unhas itu ada kami dapati, itu di bagian pintu nol masuk Jalan Kera-kera. Semua ini, kami dapati memang terjadi penumpukan sampah,” tambah Ronny.

BTN Hamzy dan BTN Asal Mula di Jalan Perintis Kemerdekaan Makassar pun masih sering terjadi genangan. Padahal Satgas Drainase DPU Makassar sudah melakukan pengerukan sedimen di lokasi.

“Tapi memang masih ada, tidak bisa kami pungkiri juga karena pembuangannya dan sistem drainasenya belum terlalu berfungsi dengan baik,” imbuhnya.

Ronny menduga tumpukan sampah di drainase tidak datang sendiri. Dia mencurigai situasi ini terjadi karena ada kontribusi dari kinerja penyapu jalan yang kerap membersihkan sampah di jalanan.

“Iya, maksudnya yang menyapu jalanan. Saya tidak tahu, saya tidak mau bilang siapa yang sapu jalanan, dan jelas kami biasa dapat itu (sampah) dan itu menghalangi aliran air yang masuk ke saluran air, maka terjadilah genangan,” beber Ronny.

Kecurigaannya ini dari temuan sampah yang didominasi dari limbah plastik, dedaunan hingga sisa batang kayu. Menurut Ronny, penyapu jalanan kerap membuang sisa sampah menuju saluran air.

“Jadi mereka (penyapu jalan) kadang tidak membawa karung atau mobil pengangkut sampah. Jadi kadang kami dapatkan itu, jadi kalau pohon yang jatuh-jatuh ini, tidak mungkin itu mau masuk langsung ke saluran air,” jelasnya.

Situasi tersebut sering ditemukan di sejumlah ruas jalan lainnya, seperti Jalan Metro Tanjung Bunga Makassar, Jalan Ahmad Yani depan Balai Kota Makassar. Selain itu di Jalan Sultan Hasanuddin hingga Jalan Jenderal Sudirman Makassar.

“Itu kalau kami bersihkan tali air, kebanyakan sisa-sisa buangan yang kayak daun-daun begitu. Tidak mungkin itu daun mau masuk langsung sendiri (drainase),” ungkap Ronny.

Ronny menuturkan, penanganan banjir membutuhkan kolaborasi dengan stakeholder terkait. Kesadaran masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan juga masih perlu ditingkatkan.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

“Sistem aliran drainase memang sudah bagus. Cuman memang ada hambatan-hambatan karena itu tadi yang saya sebutkan, karena sampah, karena ada yang halangi aliran airnya,” jelasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Makassar Helmi Budiman akan berkoordinasi dengan Dinas PU mengenai tumpukan sampah di drainase pemicu banjir. Pihaknya juga akan melakukan klarifikasi dan evaluasi terkait kinerja penyapu jalanan.

“Nanti kami coba klarifikasi dulu ke dinas PU, kecamatan apa saja yang dimaksud nanti kami sampaikan ke camatnya,” kata Helmi.

Helmi berdalih pihaknya sebenarnya sudah memberikan arahan terkait kinerja penyapu jalan. Dia mengaku penyapu jalan sedianya turut ditugaskan membuat lubang biopori di tiap kelurahan.

“Terkait kegiatan penyapu jalan, kita kan sudah sampaikan kepada kecamatan dan kelurahan untuk segera membuat biopori. Makanya perlu saya tahu kecamatan mana saja untuk dicek,” jelasnya.

Kehadiran lubang resapan biopori ini diklaim bisa mengefisienkan kinerja penyapu jalan. Sampah dedaunan misalnya, tidak perlu diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) jika sudah ada biopori.

“Seharusnya diangkut kalau belum ada lubang bioporinya, tapi kita arahkan untuk dibuatkan biopori karena bisa dimanfaatkan kembali untuk jadi kompos. Kalau dibakar tidak boleh,” pungkas Helmi.

Drainase Dipenuhi Tumpukan Sampah

Sampah di Drainase dari Penyapu Jalan

Gambar ilustrasi

Ronny menduga tumpukan sampah di drainase tidak datang sendiri. Dia mencurigai situasi ini terjadi karena ada kontribusi dari kinerja penyapu jalan yang kerap membersihkan sampah di jalanan.

“Iya, maksudnya yang menyapu jalanan. Saya tidak tahu, saya tidak mau bilang siapa yang sapu jalanan, dan jelas kami biasa dapat itu (sampah) dan itu menghalangi aliran air yang masuk ke saluran air, maka terjadilah genangan,” beber Ronny.

Kecurigaannya ini dari temuan sampah yang didominasi dari limbah plastik, dedaunan hingga sisa batang kayu. Menurut Ronny, penyapu jalanan kerap membuang sisa sampah menuju saluran air.

“Jadi mereka (penyapu jalan) kadang tidak membawa karung atau mobil pengangkut sampah. Jadi kadang kami dapatkan itu, jadi kalau pohon yang jatuh-jatuh ini, tidak mungkin itu mau masuk langsung ke saluran air,” jelasnya.

Situasi tersebut sering ditemukan di sejumlah ruas jalan lainnya, seperti Jalan Metro Tanjung Bunga Makassar, Jalan Ahmad Yani depan Balai Kota Makassar. Selain itu di Jalan Sultan Hasanuddin hingga Jalan Jenderal Sudirman Makassar.

“Itu kalau kami bersihkan tali air, kebanyakan sisa-sisa buangan yang kayak daun-daun begitu. Tidak mungkin itu daun mau masuk langsung sendiri (drainase),” ungkap Ronny.

Ronny menuturkan, penanganan banjir membutuhkan kolaborasi dengan stakeholder terkait. Kesadaran masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan juga masih perlu ditingkatkan.

“Sistem aliran drainase memang sudah bagus. Cuman memang ada hambatan-hambatan karena itu tadi yang saya sebutkan, karena sampah, karena ada yang halangi aliran airnya,” jelasnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Makassar Helmi Budiman akan berkoordinasi dengan Dinas PU mengenai tumpukan sampah di drainase pemicu banjir. Pihaknya juga akan melakukan klarifikasi dan evaluasi terkait kinerja penyapu jalanan.

“Nanti kami coba klarifikasi dulu ke dinas PU, kecamatan apa saja yang dimaksud nanti kami sampaikan ke camatnya,” kata Helmi.

Helmi berdalih pihaknya sebenarnya sudah memberikan arahan terkait kinerja penyapu jalan. Dia mengaku penyapu jalan sedianya turut ditugaskan membuat lubang biopori di tiap kelurahan.

“Terkait kegiatan penyapu jalan, kita kan sudah sampaikan kepada kecamatan dan kelurahan untuk segera membuat biopori. Makanya perlu saya tahu kecamatan mana saja untuk dicek,” jelasnya.

Kehadiran lubang resapan biopori ini diklaim bisa mengefisienkan kinerja penyapu jalan. Sampah dedaunan misalnya, tidak perlu diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) jika sudah ada biopori.

“Seharusnya diangkut kalau belum ada lubang bioporinya, tapi kita arahkan untuk dibuatkan biopori karena bisa dimanfaatkan kembali untuk jadi kompos. Kalau dibakar tidak boleh,” pungkas Helmi.

Sampah di Drainase dari Penyapu Jalan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *