Kucing-kucingan Penindakan Tawuran di Tallo Makassar baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Tawuran antarkelompok warga kembali pecah di Kecamatan Tallo, Kota , Sulawesi Selatan (Sulsel). Polisi kecolongan melakukan antisipasi lantaran pelaku kerap kucing-kucingan atau sembunyi-sembunyi memicu perang kelompok ketika lokasi sepi dari pengawasan aparat.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Diketahui, tawuran di Kecamatan Tallo sudah berulang kali terjadi pada akhir September 2025 lalu. Perang kelompok bahkan sempat berlangsung beberapa hari beruntun hingga memasuki puncaknya pada Selasa (23/9/2025) malam.

Saat itu dilaporkan 6 rumah terbakar imbas tawuran di Jalan Kandea 3, Kelurahan Bungaejaya Baru, Tallo. Pemkot Makassar lalu memediasi para kelompok yang bertikai lewat deklarasi damai di aula SMKN 5 Makassar, Senin (29/9).

“Inilah yang kita harapkan supaya bisa mereka menjadi apa kesatuan masyarakat yang tidak mudah untuk provokasi,” kata Wali Kota Makassar Munafri ‘Appi’ Arifuddin saat acara deklarasi damai.

Deklarasi damai ini melibatkan warga dari wilayah Layang, Lembo, Sapiria hingga warga Jalan Tinumbu Lorong 148. Kapolrestabes Makassar Kombes Arya Perdana hingga Dandim Letkol Inf Franki Susanto turut hadir dalam acara itu.

Kala itu, Appi turut menginisiasi perlunya pos penjagaan di titik rawan untuk mencegah terulangnya tawuran. Pos penjagaan itu melibatkan unsur TNI, Polri hingga Satpol PP Makassar.

Belakangan, tawuran kembali terjadi di perbatasan Kecamatan Tallo dan Kecamatan Bontoala pada Minggu (26/10) siang. Perang kelompok melibatkan massa dari kubu Jalan Sibula Dalam, Jalan Layang dan Jalan Lembo.

“Tawurannya saling lempar menggunakan batu, busur juga. Tidak ada korban,” ujar Kapolsek Tallo Kompol Syamsuardi kepada infoSulsel, Minggu (26/10).

Tawuran pecah usai diduga ada aksi provokasi dari Jalan Sibula Dalam, Bontoala ke arah Jalan Lembo, Tallo. Perang kelompok terjadi ketika salah satu kubu memulai pelemparan.

“Selalu itu memancing-mancing, baku lempar ke sebelah sebelum-sebelumnya. Makanya kalau tidak ada anggota (polisi), baku lempar-lempar lagi,” tutur Syamsuardi.

Perang kelompok mendadak pecah ketika personel meninggalkan pos penjagaan untuk salat zuhur. Pelaku tawuran yang melihat polisi meninggalkan pos penjagaan lantas memicu pertikaian.

“Pas anggota pergi salat tadi, langsung kejadian lagi. Begitu selalu, kalau ditinggal anggota kejadian lagi. Jadi harus dijagai, 24 jam anggotaku di sana,” bebernya.

Lokasi kejadian berada di sepanjang kanal yang memisahkan wilayah Sibula Dalam, Layang dan Lembo. Kanal tersebut menjadi area perbatasan dua kelompok warga yang kerap terlibat bentrokan serupa.

“Itu yang dilakukan (tawuran) karena tidak jelas juga apa pemicunya. Tiba-tiba saja baku lempar kalau dilihat sepi,” ucap Syamsuardi.

Syamsuardi menuturkan, tawuran tidak berlangsung lama begitu polisi membubarkan massa. Aparat yang kembali ke pos penjagaan melakukan tindakan persuasif.

“Anggota standby langsung melarang warga masing-masing melempar, anggota di sebelah Layang Bontoala, Lembo juga begitu. Langsung berhenti,” tegasnya.

Tawuran antarkelompok itu menjadi bahan evaluasi aparat kepolisian untuk memperketat pengawasan. Pihaknya tidak ingin lagi kecolongan dari pelaku tawuran yang memanfaatkan kondisi minim penjagaan.

“Sudah saya tanya juga tadi untuk kalau mau pergi salat gantian, jangan tinggalkan (pos penjagaan). Karena kalau ada anggota dia tidak ini (tawuran),” ungkapnya.

Syamsuardi turut mengingatkan warga tidak gampang terprovokasi dengan situasi. Dia menegaskan perang kelompok merugikan masyarakat tidak bersalah yang tidak tahu persoalan.

“Masyarakat resah juga selalu dilempar-lempar rumahnya. Itu kan (lokasi tawuran) antar kanal saja yang pisahkan,” pungkas Syamsuardi.

Tawuran Pecah Saat Minim Pengawasan

Polisi Bergantian Berjaga

Syamsuardi menuturkan, tawuran tidak berlangsung lama begitu polisi membubarkan massa. Aparat yang kembali ke pos penjagaan melakukan tindakan persuasif.

“Anggota standby langsung melarang warga masing-masing melempar, anggota di sebelah Layang Bontoala, Lembo juga begitu. Langsung berhenti,” tegasnya.

Tawuran antarkelompok itu menjadi bahan evaluasi aparat kepolisian untuk memperketat pengawasan. Pihaknya tidak ingin lagi kecolongan dari pelaku tawuran yang memanfaatkan kondisi minim penjagaan.

“Sudah saya tanya juga tadi untuk kalau mau pergi salat gantian, jangan tinggalkan (pos penjagaan). Karena kalau ada anggota dia tidak ini (tawuran),” ungkapnya.

Syamsuardi turut mengingatkan warga tidak gampang terprovokasi dengan situasi. Dia menegaskan perang kelompok merugikan masyarakat tidak bersalah yang tidak tahu persoalan.

“Masyarakat resah juga selalu dilempar-lempar rumahnya. Itu kan (lokasi tawuran) antar kanal saja yang pisahkan,” pungkas Syamsuardi.

Polisi Bergantian Berjaga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *