Bagi umat Katolik renungan harian mengajak umat untuk merenungkan bacaan Kitab Suci dan membangun relasi pribadi dengan Tuhan. Renungan Katolik biasanya disertai dengan bacaan dan doa.
Bacaan hari ini mengajak kita untuk lebih peka terhadap tanda-tanda zaman-tanda kehadiran Allah yang bekerja dalam setiap situasi hidup. Sayangnya, banyak orang justru sibuk menafsirkan hal duniawi tanpa menyadari pesan rohani yang Tuhan sampaikan.
Renungan Katolik Jumat, 24 Oktober 2025 mengangkat tema “Membaca Tanda” dikutip dari buku Renungan Tiga Titik Oleh Bernadette Esther. Nah, artikel ini juga memuat informasi:
Yuk, disimak!
Berikut bacaan hari ini:
Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.
Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat.
Jadi jika aku berbuat apa yang tidak aku kehendaki, maka bukan lagi aku yang memperbuatnya, tetapi dosa yang diam di dalam aku.
Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.
Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah,
tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku.
Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?
Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (7-26) Jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa.
Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada perintah-perintah-Mu.
Engkau baik dan berbuat baik; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.
Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.
Biarlah rahmat-Mu sampai kepadaku, supaya aku hidup, sebab Taurat-Mu adalah kegemaranku.
Untuk selama-lamanya aku tidak melupakan titah-titah-Mu, sebab dengan itu Engkau menghidupkan aku.
Aku kepunyaan-Mu, selamatkanlah aku, sebab aku mencari titah-titah-Mu.
Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi.
Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi.
Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?
Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar?
Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara.
Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”
Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? (Luk. 12:56)
…Kita saksikan udara abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari
Hutan kehilangan ranting
Ranting kehilangan daunDaun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan
Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksid itu menggilas paru-paru
Kita saksikan gunung memompa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir membawa air
Air mata
Kita telah saksikan seribu tanda-tanda
Bisakah kita membaca tanda-tanda?…
Puisi “Membaca Tanda-Tanda” karya Taufik Ismail, itu berisi tanda terjadinya kerusakan alam. Awalnya perubahan buruk skala kecil
Lalu timbullah gunung meletus, gempa bumi, longsor, banjir. Semuanya menyebabkan kesengsaraan.
Tuhan menganugerahi manusia kemampuan membaca tanda. Masyarakat Yahudi, pada masa Yesus hidup pun mampu membaca fenomena alam.
Meskipun begitu, Yesus mencela mereka, “Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?” (Lukas 12:56).
Yesus mencela karena mereka tidak bisa “menilai zaman ini”, mereka tidak mampu melihat tanda-tanda kehadiran Tuhan di tengah-tengah hidup mereka.
Menurut Yesus, lebih penting mampu mengenali kehadiran Allah, karena la menyatakan diri-Nya dalam banyak cara. Allah hadir dalam berbagai peristiwa hidup, dengan pesan rohani di balik semua peristiwa.
Ketika ada kesulitan, itulah kesempatan untuk bertumbuh dalam iman. Ketika berkelimpahan, saatnya berbagi dengan yang berkekurangan.
Ketika terjadi kekerasan, perang, penindasan perlu ketekunan doa bagi perdamaian dunia. Yesus mengingatkan agar tidak menunda pertobatan: “Jika engkau dengan lawanmu pergi menghadap penguasa, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan.” (Luk. 12:58a).
Hidup bisa berakhir kapan pun. Selagi masih ada waktu, berdamailah dengan Tuhan dan sesama.
Melalui Injil Lukas hari ini, Yesus menyapa kita agar mampu membaca peristiwa hidup dengan mata iman, sehingga setiap pengalaman suka dan duka menjadi kesempatan untuk semakin dekat dengan Tuhan.
Doa:
Tuhan Yesus Kristus, ajarilah kami membaca tanda-tanda zaman dengan mata iman. Bimbinglah kami agar selalu siap berdamai, bertobat, dan hidup dalam kasih-Mu, karena Engkaulah Tuhan dan Juru Selamat kami kini dan sepanjang masa. Amin.
Antonius lahir di Sallent, dekat Barcelona, Spanyol pada tanggal 23 Desember 1807. Ia seorang anak tukang tenun kain yang kaya raya.
Pada masa mudanya, ia rajin membantu ayahnya berdagang kain tenun. Ia tidak terlalu tertarik dengan usaha dagang ayahnya karena lebih suka menjadi imam.
Cita-cita ini bahkan sudah tertanam dalam batinnya semenjak kecil. Ia sudah membiasakan diri berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus, berdoa rosario semenjak kecil.
Ketika berusia 22 tahun, ia masuk Seminari di Vich hingga ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1835. Beberapa tahun kemudian, ia masuk Serikat Yesus, namun kemudian ia menarik diri kembali karena kesehatannya terus saja terganggu.
Oleh karena itu ia kembali lagi ke Sallent. Di sana ia menjadi Pastor pembimbing retret dan giat melaksanakan kegiatan misioner lainnya bagi umat di Catalonia dan di pulau-pulau lainnya di sekitar Laut Tengah.
Salah satu usahanya yang terkenal ialah penerbitan Katolik, yang menerbitkan ribuan brosur dan tulisan rohani yang sangat berguna bagi pelajaran agama. Ia juga mendirikan tarekat religius Imam-imam Putera Hati Tak Bernoda Maria.
Selagi Antonius masih hidup, tarekat itu telah berkembang sampai ke Prancis, Afrika, dan Amerika. Pada tahun 1850, ia ditunjuk sebagai Uskup Agung kota Santiago, Kuba oleh Paus Pius IX (1846-1878).
Dalam rangka tugasnya, ia menjelajahi seluruh pulau itu, membaharui pendidikan Seminari, dan mendirikan banyak organisasi sosial. Dalam kesibukan-kesibukan itu, ia tetap memperhatikan hidup doa dan tapa.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Dalam karyanya itu ia menemui banyak tantangan dari musuh-musuhnya. Suatu kali ia dilukai di Holguin pada tahun 1858.
Oleh Ratu Isabela II, Antonius dipanggil kembali ke Spanyol untuk menjadi penasehat rohaninya. Dalam kedudukan itu, ia berusaha keras memajukan devosi kepada Sakramen Mahakudus, Hati Tak Bernoda Maria dan Rosario Suci.
Karena banyak kesibukannya untuk kemajuan tarekatnya, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Uskup dan diangkat menjadi Direktur Escorial untuk kemajuan kesusasteraan, seni dan ilmu pengetahuan.
Kegiatan-kegiatannya ini memasukkan dia ke dalam berbagai percobaan pembunuhan oleh para musuhnya. Pada tahun 1868 terjadi revolusi untuk menggulingkan Ratu Isabela II.
Ratu melarikan diri ke Prancis bersama dengan Antonius. Ia mengikuti juga Konsili Vatikan I dan gigih mempertahankan ajaran ‘infalibilitas Paus’ (Ketidak sesatan Paus dalam mengajar).
Selesai Konsili, ia pulang ke Prades, Prancis. Tetapi di sana ia terpaksa melarikan diri ke biara Cistersian dekat Narbonne, karena orang-orang Spanyol mau menangkapnya.
Ia wafat di biara itu pada tanggal 24 Oktober 1868 sebagai misionaris yang tangguh dalam mewartakan Tuhan.
Demikian renungan harian Katolik Jumat, 24 Oktober 2025 dengan bacaannya. Semoga Tuhan Memberkati Kita.







