Analisis Badan Geologi ESDM soal Gempa Bumi M 6,5 di Nabire

Posted on

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (EDSM) mengungkap sumber gempa berkekuatan magnitudo (M) 6,5 di Kabupaten , Papua Tengah, diperkirakan berasosiasi dengan aktivitas Pensesaran Naik Weyland (Weyland Overthrust). Badan Geologi menganggap gempa ini berpotensi menimbulkan kerusakan terhadap bangunan.

Gempa Nabire awalnya terdeteksi dengan kekuatan M 6,6, namun BMKG belakangan memperbaharui skala gempa dengan parameter update M 6,5. Lokasi pusat gempa terletak di darat yang berjarak sekitar 12 km barat daya Nabire pada kedalaman 24 km.

“Lokasi pusat gempa bumi terletak di darat di wilayah Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah. Morfologi wilayah di sekitar lokasi pusat gempa bumi bervariasi, yaitu dataran, bergelombang, hingga perbukitan,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, M Wafid dalam keterangannya, Jumat (19/9/2025).

Wafid kemudian mengungkap kondisi geologi di area sekitar pusat gempa bumi. Dia mengatakan kondisi wilayah terdampak gempa tersusun oleh batuan sedimen, batuan sedimen karbonat, batuan malihan, dan batuan terobosan berumur Paleogen, batuan sedimen berumur Neogen dan batuan sedimen Kuarter, serta endapan aluvium berumur Holosen.

“Batuan yang telah mengalami pelapukan dan sedimen permukaan berpotensi memperkuat guncangan gempa bumi. Kekerasan batuan permukaan dipengaruhi oleh umur dan jenis batuan. Batuan yang berumur lebih muda atau yang telah mengalami pelapukan mempunyai kekerasan lebih rendah begitu juga sebaliknya,” paparnya.

Dia melanjutkan, wilayah terdekat dengan pusat gempa bumi diklasifikasikan ke dalam kelas tanah keras (C), tanah sedang (D), hingga lunak (E). Berdasarkan parameter sumber, gempa bumi ini memiliki mekanisme gempa sesar naik berarah barat daya-timur laut, dengan kemiringan 36° ke arah tenggara.

“Sumber gempa bumi diperkirakan berasosiasi dengan aktivitas Pensesaran Naik Weyland (Weyland Overthrust) di wilayah Nabire,” tambah Wafid.

Berdasarkan laporan BMKG, guncangan gempa bumi ini dirasakan dengan intensitas V MMI di wilayah Nabire, IV-V MMI di Wasior, III-IV MMI di Enarotali, III MMI di Timika, II – III MMI di Biak dan Supiori. Daerah ini terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi menengah hingga tinggi.

“Kejadian gempa bumi berpotensi menimbulkan kerusakan di wilayah Nabire, namun tidak memicu tsunami karena pusat gempa bumi berada di darat. Informasi dari media menyebutkan bahwa gempa bumi ini telah menimbulkan kerusakan pada bangunan di wilayah Nabire,” jelasnya.

Pihaknya pun mengimbau masyarakat tetap tenang dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan. Wafid juga meminta warga tidak terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.

Selain itu masyarakat diimbau mengamati dan mematuhi rambu evakuasi serta menjauhi daerah tebing yang berpotensi terjadi gerakan tanah, terutama saat terjadi hujan. Bangunan di daerah rawan gempa bumi diharapkan dapat mengikuti kaidah bangunan tahan gempa, guna menghindari risiko kerusakan, serta dilengkapi dengan jalur evakuasi.

“Gempa bumi ini berpotensi menimbulkan kerusakan pada bangunan dan bahaya ikutan lainnya seperti retakan pada permukaan tanah, likuefaksi dan longsor. Masyarakat diharapkan melakukan pemeriksaan mandiri terkait kondisi bangunan setelah terjadi gempa bumi,” imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, BMKG melaporkan gempa di Nabire terjadi pada Jumat (19/9) pukul 01.19 WIB. Gempa tektonik tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas sesar anjak Weyland,” kata Direktur Gempa Bumi dan Tsunami Daryono dalam keterangannya, Jumat (19/9).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *