Buntut Panjang Pimpinan Ponpes di Palopo Tampar Santri gegara Tak Disalami

Posted on

Pimpinan pondok pesantren (ponpes) berinisial Prof S menampar santrinya inisial D (16) di Kota , Sulawesi Selatan (Sulsel), gegara tidak disalami selepas pengajian. Tindakan Prof S membuatnya dilaporkan oleh orang tua korban ke polisi atas dugaan kekerasan terhadap anak.

Peristiwa itu terjadi selepas pengajian yang digelar dalam masjid di Pesantren Datok Sulaiman Palopo pada Sabtu (13/9) pagi. Aksi Prof S menampar santrinya terekam CCTV hingga videonya viral di media sosial.

Dalam video beredar, tampak Prof S yang mengenakan sarung dan peci putih duduk di kursi. Di depan Prof S, sejumlah santri yang duduk melantai secara serentak mulai bubar meninggalkan masjid.

“Selesai pengajian subuh itu para santri seperti biasa setelah pengajian mengadakan salim kepada direktur pondok pesantren inisial S,” ungkap Kasat Reskrim Polres Palopo, Iptu Sahrir kepada infoSulsel, Senin (15/9/2025).

Beberapa santri tampak bergantian menyalami tangan pimpinan ponpes tersebut sebelum keluar dari masjid. Korban D yang hendak keluar, tiba-tiba dipanggil oleh terlapor lalu ditampar.

“Korban ini kemungkinan lupa (menyalami pimpinan ponpes), dia langsung mau lari keluar dan ditegur oleh terlapor,” tuturnya.

Dari rekaman video, Prof S sempat terlihat berbincang di hadapan santrinya itu. Namun terlapor kembali melayangkan tamparan yang membuat peci santri itu terjatuh.

“Saat korban mau melaksanakan salim dilakukanlah kekerasan itu, ditampar oleh terlapor pada bagian wajahnya,” ujarnya.

Perbuatan pimpinan ponpes itu ternyata membuat orang tua santri meradang. Orang tua santri yang keberatan lantas melaporkan Prof S ke polisi pada Minggu (14/9).

“Kalau untuk terkait kekerasan kepada anak yang terjadi di pondok pesantren kami telah menerima laporan tersebut dari orang tua korban,” beber Sahrir.

Sahrir menuturkan, kasus ini masih dalam penyelidikan. Korban D sudah menjalani visum di rumah sakit.

“Korban itu ditampar sebanyak 3 kali dan sudah kami periksakan ke rumah sakit untuk mengambil visum,” imbuhnya.

Usut punya usut, korban penamparan pimpinan ponpes ternyata dua orang. Remaja berinisial MK (14) ternyata lebih dulu ditampar saat hadir di Pesantren Putra Datok Sulaiman Palopo pada Jumat (12/9).

Remaja MK diketahui bukan santri di ponpes tersebut. MK datang di lokasi setelah diundang sebagai qori atau orang yang melantunkan bacaan Al-Qur’an saat acara Maulid Nabi Muhammad SAW.

“Kronologi sama (dengan peristiwa yang dialami santri D), cuma masih dilidik juga sama anggota,” ujar Sahrir.

Orang tua dari MK juga telah melaporkan kejadian yang menimpa anaknya ke polisi pada Sabtu (14/9). Dengan begitu, penyidik kini mengusut dua kasus dugaan kekerasan terhadap anak yang dilakukan Prof S.

“Laporan itu sendiri ada dua LP, jadi pertama itu (korban MK) kejadian pada hari Jumat, kedua itu (korban D) pada hari Sabtu,” paparnya.

Sahrir mengatakan, pihaknya baru akan melakukan pemanggilan terhadap Prof S untuk diperiksa. Penyidik akan melakukan gelar perkara setelah terlapor dimintai keterangan.

“Kalau untuk terlapor sendiri belum dilakukan pemeriksaan. Kami masih melakukan pengumpulan-pengumpulan alat bukti, keterangan saksi yang lain dan melihat hasil visum kepala korban,” jelasnya.

Qori Juga Ditampar Pimpinan Ponpes

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *