3 Khutbah Jumat Tahun Baru Islam 1447 Hijriah, Sambut Muharram Penuh Asa!

Posted on

Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 Hijriah jatuh pada Jumat, 26 Juni 2025. Momen yang bertepatan dengan hari Jumat ini bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan spiritual melalui khutbah Jumat.

Lantas, apa saja contoh khutbah Jumat Tahun Baru Islam 1447 H?

Tema khutbah dapat disesuaikan dengan topik tahun baru Islam seperti semangat hijrah, muhasabah atau introspeksi diri, hingga keutamaan bulan Muharram. Nah, sebagai referensi, berikut contoh khutbah Jumat Tahun Baru Islam 1447 Hijriah.

Simak selengkapnya di bawah ini!

Berikut khutbah Jumat Tahun Baru Islam 1447 H dengan tema semangat hijrah:

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى : اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَفّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ ظَالِمِيْٓ اَنْفُسِهِمْ قَالُوْا فِيْمَ كُنْتُمْۗ قَالُوْا كُنَّا مُسْتَضْعَفِيْنَ فِى الْاَرْضِۗ قَالُوْٓا اَلَمْ تَكُنْ اَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوْا فِيْهَاۗ فَاُولٰۤىِٕكَ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرً

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Segala puji dan syukur kita persembahkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya yang senantiasa diberikan kepada kepada hamba hamba-Nya. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, sumber keteladanan dan manusia yang paling mulia di muka bumi ini.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Tanpa terasa kita sudah berada di tahun baru 1446 Hijriah. Sudah seyogyanya kita mengambil pelajaran dari berputarnya waktu ini, mengisinya dengan iman dan amal saleh. Pada hakikatnya, waktu terus berputar dan umur kita semakin berkurang. Di mana setelah bulan Dzulhijjah lalu, sebagai bulan ibadah haji dan penutup tahun 1445 H, disusul dengan tahun baru Hijriah, para jamaah haji pulang dan memulai hidup baru di tahun baru. Begitu juga dengan semua umat Islam mesti memulai hidup baru dengan semangat baru, mengisi hidup dengan iman dan meningkat kualitas iman dan taqwa. Allah SWT berfirman:

وَمَنْ نُّعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِى الْخَلْقِۗ اَفَلَا يَعْقِلُوْنَ

Artinya: “Dan barang siapa Kami panjangkan umurnya, Kami mengembalikannya dalam penciptaan. Maka tidakkah mereka berpikir?” (QS. Yasin: 68).

Ibnu Jarir al-Thabari dalam kitabnya al-Jami’ fi Ta’wil al-Qur’an hal 549 menerangkan bahwa ayat ini merupakan gambaran atas siklus kehidupan manusia. Bagi orang-orang yang dipanjangkan umurnya, maka ia akan dikembalikan keadaannya seperti waktu bayi dan kanak-kanak karena lemah dan pikun. Jadilah ia tidak mengetahui apa-apa meskipun ia sebelumnya telah banyak pengalaman dan pengetahuan. Manusia terus mengalami siklus hijrah dan perubahan dalam hidup.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Hijrah sendiri merupakan tradisi para Nabi seperti Nabi Ibrahim yang berhijrah dari Iraq menuju Syam lalu ke Mesir. Nabi Musa juga tinggal di tempat yang baru setelah selamat dari pengejaran Firaun. Allah SWT berfirman:

فَاٰمَنَ لَهٗ لُوْطٌۘ وَقَالَ اِنِّيْ مُهَاجِرٌ اِلٰى رَبِّيْۗ اِنَّهٗ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Artinya: “Maka, Lut membenarkan (kenabian Ibrahim). Dia (Ibrahim) pun berkata, “Sesungguhnya aku berhijrah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS al-Ankabut: 26).

Begitu halnya Rasulullah SAW mempersiapkan tempat untuk hijrah yaitu Madinah. Proses hijrah ini adalah bagian dari usaha memindahkan pengembangan dakwah dari Makkah ke Madinah. Walhasil, Islam mendapat kemenangan. Rasul berhasil menyatukan umat Islam, mempersatukan Muhajirin dan Anshar, menguasai ekonomi di Madinah. Kemenangan perang pasca hijrah dilanjutkan dengan menyebarnya Islam ke berbagai penjuru dunia. Allah SWT berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ تَوَفّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ ظَالِمِيْٓ اَنْفُسِهِمْ قَالُوْا فِيْمَ كُنْتُمْۗ قَالُوْا كُنَّا مُسْتَضْعَفِيْنَ فِى الْاَرْضِۗ قَالُوْٓا اَلَمْ تَكُنْ اَرْضُ اللّٰهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوْا فِيْهَاۗ فَاُولٰۤىِٕكَ مَأْوٰىهُمْ جَهَنَّمُۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرً

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzalimi dirinya, mereka (malaikat) bertanya, “Bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang tertindas di bumi (Makkah).” Mereka (malaikat) bertanya, “Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di sana?” Maka, tempat mereka itu (neraka) Jahanam dan itu seburuk-buruk tempat kembali.”(QS an-Nisa ayat 97).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Dalam berhijrah, diperlukan sifat amanah dan jujur. Sebagaimana Rasulullah dalam hijrahnya telah menyiapkan strategi yang matang dengan memerintahkan Sayyidina Ali tidur di tempat Rasulullah. Ini adalah amanah besar yang diemban Sayyidina Ali. Begitu halnya, Sayyidah Asma yang bertugas mengantarkan makanan ke Gua Tsur sebagai tempat persembunyian Rasulullah SAW sebelum pergi menuju ke Madinah. Selanjutnya Rasulullah ditemani oleh sahabat Abu Bakar yang bergelar Ash-Shiddiq, pemilik sifat jujur dan benar. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :

اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ فَاَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَاَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَّمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلٰىۗ وَكَلِمَةُ اللّٰهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ

Artinya: “Jika kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad), sungguh Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah), sedangkan dia salah satu dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, ketika dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka, Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Nabi Muhammad), memperkuatnya dengan bala tentara (malaikat) yang tidak kamu lihat, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu seruan yang paling rendah. (Sebaliknya,) firman Allah itulah yang paling tinggi. Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS at Taubah: 40).

Dalam ayat ini Allah menyebut sahabat terdekat Nabi dengan kata tsaniyasnaini. Beberapa tahun kemudian, Rasulullah kembali ke Makkah dalam peristiwa Fathu Makkah dengan membawa pasukan Muslim sebanyak sepuluh ribu pasukan. Sebuah kemenangan yang luar biasa, hijrah yang dilakukan karena Allah dengan amanah dan kejujuran telah memenangkan dan menyelamatkan kehidupan kaum Muslim. Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam menjelaskan:

aانْظُرْ إِلَي قَوْلِهِ صَلَّيِّ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَي اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَي اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَي دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَي مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ فَافْهَمْ قَوْلَهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَتَأَمَّلْ هَذَا

Artinya: “Perhatikanlah sabda Rasulullah SAW, ‘Siapa saja yang berhijrah kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Tetapi siapa yang berhijrah kepada dunia yang akan ditemuinya, atau kepada perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya kepada sasaran hijrahnya.’ Pahamilah sabda Rasulullah SAW ini. Renungkan perihal ini bila kau termasuk orang yang memiliki daya paham.”

Hijrah juga telah membentuk sahabat menjadi orang-orang terbaik. Dari mereka Islam menyebar sebagai agama yang rahmatan lil alamin. Dalam berhijrah ini, Rasulullah berwasiat kepada kita dalam kitab Sunan al Kubra:

وَالْمُهَاجِرُ مِنْ هَجَرِ مَا نَهِيَ اللَّهُ عَنْهُ(رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Artinya: “Dan orang yang berhijrah adalah orang yang telah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Imam Al-Bukhari).

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,

Semoga kita mampu mengisi tahun baru 1446 Hijriah ini dengan lebih baik. Semoga Allah memudahkan segala urusan kita, Amin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ آمِينَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Penulis: Azmi Abubakar, Penyuluh Agama Islam KUA Glumpang Tiga, Pidie, Aceh, Penulis Buku Pernak Pernik
Sumber: NU Online

Di bawah ini merupakan contoh khutbah Tahun Baru Islam 1447 H dengan tema renungan awal tahun:

Khutbah I

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ أَفْضَلَ الشُّهُوْرِ بِشَهْرِ الْمُحَرَّمِ، وَالَّذِيْ ابْتَدَأَ الْمُحَرَّمَ مِنْ أَوَّلِ اْلأَعْوَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْكِرَامِ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ عَلَى مَمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالشُّهُوْرِ وَاْلأَيَّامِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوْا اللَّهَ وَافْعَلُوْا الْخَيْرَاتِ وَاجْتَنِبُوا السَّيِّئَاتِ. اِتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لَأكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلأدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ

Hadirin Rahimakumullah

Atas berkat limpahan rahmat dan karunia Allah SWT pada hari ini kita telah memasuki tahun baru hijiriyah satu Muharram 1447 H. dalam bulan Muharram terdapat hari-hari yang mulia yaitu hari Tasu’a dan ‘Asyura’, di mana kedua hari itu banyak mengandung arti dan faedah bahkan mengandung banyak sejarah. Manakala matahari pada tanggal satu Muharram telah menampakkan diri di ufuk belahan timur, berarti bertambahlah hitungan usia kita satu tahun. Bertambahnya hitungan umur berarti bertambahnya kesempatan bagi kita untuk lebih lama merasakan udara kehidupan, yang berarti pula bertambahnya kenikmatan Allah yang tercurahkan kepada kita.

Untuk itulah, dalam kesempatan yang mulia ini, di hari dan bulan yang juga mulia ini, mari bersama-sama untuk lebih meningkatkan takwa kepada Allah SWT dengan jalan melaksanakan semua perintahNya serta meninggalkan larangan-laranganNya. Dan itulah makna takwa yang sebenarnya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Ada tiga hal yang penting kita renungkan di awal bulan Muharram atau tahun baru Hijriyah ini:

1. Bersyukur atas Nikmat Allah

Umur adalah nikmat yang diberikan Allah kepada kita, dan jarang kita syukuri. Sampai saat ini, kita masih diberi kesempatan (umur) oleh Allah untuk bertaubat, memperbaiki kesalahan yang kita berbuat dan menambah atau meningkatkan amal saleh sebagai bekal menghadap Allah. Firman Allah SWT:

وَقِيلَ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا مَاذَا أَنْزَلَ رَبُّكُمْ قَالُوا خَيْرًا لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآَخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ

“Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa.” (QS. An-Nahl: 30)

2. Muhasabah (Introspeksi Diri)

Sebuah kepastian bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu hanyalah amal salih. Pergantian tahun bukan sekedar pergantian kalender di rumah kita, namun merupakan peringatan bagi kita akan apa yang sudah kita lakukan pada tahun yang telah berlalu dan apa yang akan kita perbuat di hari esok.

3. Mengenang Hijrah Rasulullah SAW

Peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW seyogyanya kita ambil sebagai pelajaran berharga dalam kehidupan sehari-hari. Peristiwa hijrah yang sudah 1447 tahun yang lalu ini banyak menyimpan makna dan nilai-nilai. Di antaranya adalah ketahanan beriman dan semangat menyebarkan Ruh al-Islam ke dalam berbagai aspek kehidupan, sebagaimana yang tergambar dalam perjuangan Rasulullah SAW dan para pengikut setianya. Setelah 13 tahun di Makkah mereka berjuang dengan mencurahkan tenaga, pikiran, harta benda dan bahkan nyawanya demi mejalankan misinya ليخرج من الظلمات الى النور untuk mengeluarkan mereka dari peradaban jahiliyyah menuju cahaya peradaban Islam yang meliputi beberapa aspek ketuhanan, moral, hukum dll. Maka dengan upaya kerasnya kafir Quraisy menyakiti dan menyiksa para sahabat bahkan mengancam untuk membunuh Nabi SAW. Dengan bekal iman yang kuat para sahabat Muhajirin berhasil melewati masa-masa sulit yang selalu mengancam jiwanya. Selanjutnya mereka di Madinah memulai babak kehidupan baru beserta Nabi SAW. Nah, di sini beliau terus menyebarkan Ruh al-Islam ke dalam setiap individu masyarakat Madinah sampai kemudian mereka memiliki kepribadian muslim bahkan mereka adalah khaira ummah. Sebagaimana yang difirmankan Allah:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.” (QS. Ali Imran)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Demikian yang menjadi renungan kita di tahun baru hijriyah ini, dan masih ada anjuran-anjuran yang harus kita lakukan di awal bulan Muharram ini, di antaranya:

Puasa pada hari-harinya bulan Muharram, lebih-lebih di awal bulan, karena amal kebajikan yang dilakukan dalam bulan tersebut nilai pahalanya berlipat ganda. Dalam kita Jami’ ash-Shaghir diriwayatkan sebuah hadis:

مَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُوْنَ حَسَنَةً

“Barang siapa berpuasa sehari dalam bulan Muharram, maka setiap harinya dia memperoleh tiga puluh kebaikan.”

Nabi SAW bersabda: “Puasa sehari dalam bulan yang dimuliakan itu lebih utama dari puasa tiga puluh hari selain bulan yang dimuliakan. Dan puasa sehari di bulan Ramadhan itu lebih utama dari tiga puluh hari dalam bulan yang dimuliakan”. Demikian sebagaimana yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’nya.

Puasa Tasu’a

Pada tanggal 9 Muharram disunnahkan untuk menjalankan ibadah puasa, dalam riwayat Imam Muslim disebutkan:

قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَئِنْ بَقَيْتُ اِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ

“Telah bersabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya apabila aku masih ada sampai tahun depan, maka aku akan menjalankan puasa pada hari ke sembilan (Muharram).”

Puasa ‘Asyura’

سُئِلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

“Rasulullah SAW ditanya tentang fadlilahnya puasa hari ‘Asyura’ kemudian beliau bersabda: “Yaitu menghapus dosa satu tahun yang telah lewat.”

Dan masih banyak fadlilah dan amalan yang dilakukan di awal bulan Muharram ini.

Demikian khutbah yang bisa kami sampaikan semoga ada manfaatnya dan mudah-mudahan di tahun ini kita bisa meningkatkan ibadah dan amal yang saleh.

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ اْلآمِنِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ : قَدَ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرَّحِمِيْنَ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ مُؤَيِّدَ الصَّابِرِيْنَ بِعَزِيْزِ نَصْرِهِ وَمُيَسِّرِ الشَّاكِرِيْنَ لِحَمِيْدِ شُكْرِهِ وَمُوَفِّقِ الْمُخْتَارِيْنَ لِلْقِيَامِ بِاَمْرِهِ اَحْمَدُهُ عَلَى مَا اَنْعَمَ وَاَسْلَمَ لِاَمْرِهِ فِيْمَا حَكَمَ وَاَبْرَمَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ مُنْتَهَى الدُّهُوْرِ صَلاَةً دَائِمَةً بِلاَ فَنَاءٍ وَلاَ فُتُوْرٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا اَمَّا بَعْدُ: قَالَ تَعَالَى: يَااَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلمُوْنَ

وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَاتَّبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُوْهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلاَئِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ وَاَهْلَ طَاعَتِكَ اَجْمَعِيْنَ وَارْضَ مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكِ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيُ الْحَاجَاتِ وَغَافِرُ الذُّنُوْبِ وَالْخَطِيْئَاتِ. اَللَّهُمَّ سَلِّمْنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَعَافِنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ وَاعْفُ عَنَّا وَعَنِ الْمُسْلِمِيْنَ وَقِنَا وَاِيَّاهُمْ شَرَّ مَصَائِبِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا فَهْمَ النَّبِيِّيْنَ وَحِفْظَ الْمُرْسَلِيْنَ وَاِلْهَامَ الْمَلاَئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْن. اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنِ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاعْلِ كَلِمَتَكَ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِاَبَائِـنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَلِاَوْلاَدِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِمَشَايِخِ مَشَايِخِنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهَ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ يِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْسَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا اللهَ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْا مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ.

Sumber: Laman resmi Pondok Pesantren Langitan yang diasuh KH Ahmad Sholeh

Teks khutbah di atas telah disesuaikan dengan merujuk waktu tahun Hijriah saat ini, 1447 H.

Khutbah I

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
أَمَّا بَعْدُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُوْنَ . وَقَالَ أَيْضًا : إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَبِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya untuk Allah, Dzat yang memberikan kita karunia dengan berbagai kenikmatan, baik iman, Islam, ihsan, juga nikmat kesehatan dan ketergerakan hati untuk kebaikan. Selawat beriring salam semoga tercurahkan selalu sepanjang masa untuk baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing diri kita untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Pada kesempatan ini, tak lupa khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri juga kepada para jamaah sekalian untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan apa yang diperintahkan-Nya dan sekuat tenaga menjauhi apa yang dilarang-Nya.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT.

saat ini kita sudah memasuki bulan Muharram, Tahun Baru Islam. Muharram menjadi salah satu di antara asyhurul hurum atau bulan-bulan yang dimuliakan. Di antara asyhurul hurum adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Selain itu asyhurul hurum dalam Tafsir Ibnu Katsir juga dimaknai dengan bulan yang diharamkan perang. Hal tersebut karena keistimewaan dan mulianya bulan ini sehingga tidak diperkenankan untuk berperang. Keistimewaan asyhurul hurum ini dijelaskan dalam Al Qur’an:

يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَحِلَّوْا شَعَائِرَ اللهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ وَلَا الْهَدْيَ وَلَا الْقَلَابِدَ وَلَا أُمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرِضْوَانًا

“Wahai orang-orang yang beriman. Jangan engkau langgar syiar-syiar ajaran Allah serta jangan engkau langgar asyhurul hurum, jangan kau ganggu hewan kurban dan hewan kurban yang ditandai, serta jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitul haram. Mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya.. (Al-Maidah 5:2).

Kemudian dalam ayat yang lain dijelaskan:

ال عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ الله النا عشر شهرًا في كتب الله يَوْمَ خَلَقَ السَّمَواتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرِّمَ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ – فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الملقين

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram.” “Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.” (QS. At-Taubah 9: 36)

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT.

Di dalam bulan Muharram terdapat hari yang begitu penting bagi umat Islam dan bagi umat agama samawi lainnya. Yakni hari Asyura’. Dari kata ‘asyrah atau tanggal sepuluh. Asyura’ menjadi hari yang bersejarah, sebagaimana Rasulullah SAW menggambarkan pentingnya hari tersebut berdasarkan hadits:

عنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَن النبي صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ يَصُومُونَ يَوْمًا يَعْنِي عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ وَهُوَ يَوْمٌ نجى الله فِيهِ مُوسَى وأغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا الله فقال أنا أولى بموسى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيامه

“Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi SAW ketika tiba di Madinah, beliau mendapati mereka (orang Yahudi) melaksanakan puasa ‘Asyura’ (10 Muharram) dan mereka berkata: “Ini adalah hari raya, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun’. Lalu Nabi Musa AS mempuasainya sebagai wujud syukur kepada Allah Swt (mendengar pernyataan orang Yahudi tersebut) maka Beliau Nabi Muhammad saw bersabda: ‘Akulah yang lebih utama (dekat) terhadap Musa dibanding mereka. Maka Beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umat beliau untuk mempuasainya” (HR. Bukhari).

Islam melakukan penerimaan terhadap tradisi dan ajaran umat sebelumnya yang menghargai nilai serta arti penting Bulan Muharram. Dalam penerimaan tersebut, Rasulullah SAW melakukan tahapan tahapan untuk mengenal serta sekaligus memperkenalkan Muharram sebagai sebuah bulan penting dalam fase sejarah Islam:
Fase Pertama, saat Rasulullah berada di Makkah, beliau mendapati tradisi para penduduk Makkah sebelum mengenal Islam telah pula mengenal Puasa Asyura’ dan beliau menghargai tradisi tersebut.

Fase Kedua, saat Rasulullah telah berhijrah ke Madinah, Rasulullah mendapati pada tanggal 10 (sepuluh) Muharram para umat Yahudi baik itu dari Bani Nadzir, Bani Qoinuqah, Bani Quraidhah, dan bani Khaybar semuanya serentak pada hari itu tidak makan dan tidak pula minum. Dalam pandangan Rasulullah, jika umat Yahudi saja memperingati sejarah perjalanan dakwah Musa dengan berpuasa, maka beliau dan ummatnya seharusnya lebih berhak memperingatinya.
Fase Ketiga, puasa Asyura’ pernah menjadi sebuah kewajiban bagi seluruh umat Islam. Lalu Ketika turun perintah puasa Ramadhan pada surat al-Baqarah ayat 183 pada Bulan Syaban tahun kedua Hijriyyah atau 634 M, maka puasa Asyura’ tidak lagi menjadi sebuah kewajiban dan hanya menjadi kesunnahan.
Fase Keempat, di penghujung usia sebelum wafatnya Rasulullah SAW, beliau bersabda “lain iaytu ila qabil, laashumanna at-tasi.” (“Jikalau aku masih hidup tahun depan, maka sungguh aku akan berpuasa sembilan Muharram”. Akan tetapi ternyata belum sampai tanggal dimaksud tiba, Rasulullah SAW terlebih dahulu wafat, berpulang ke rahmatullah. Meski Rasullullah SAW belum sempat melaksanakan cita-cita beliau untuk puasa di tanggal sembilan Muharram, namun puasa tanggal sembilan yang disebut puasa Tasu’ah tetaplah menjadi hammiyah Rasulullah atau cita-cita beliau yang patut kita lestarikan.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT.

Itulah sejarah puasa Asyura dan Tasu’a pada bulan Muharram. Sebuah bulan yang mendapat pengakuan dari agama agama samawi. Sebuah bulan yang mulia, berisi tanggal yang istimewa, serta memiliki sejarah dan kisah perjuangan para nabi dan rasul Allah SWT.

Para Jamaah sekalian dengan masuknya kita di bulan Muharram ini semoga kita senantiasa bisa meneladani arti perjuangan. Perjuangan nabi-nabi terdahulu dalam membimbing umatnya. Jika kita saat ini belum bisa berjuang untuk umat, paling tidak kita bisa berjuang untuk membimbing keluarga kita, jika kita merasa belum bisa menjadi pembimbing keluarga kita, paling tidak dimulai dengan berjuang membimbing diri kita sendiri dalam arti membimbing hati kita untuk berusaha menjadi manusia yang mulia, manusia yang berbudi luhur sebagaimana dicita citakan oleh Nabi Muhammad SAW Karena kasih sayang beliau kepada umatnya lah beliau menyimpan syafaatnya.

Semoga kita kelak menjadi sebagian di antara orang orang yang mendapatkan syafaat baginda Nabi Muhammad saw. Dan Muharram ini sebagaimana menjadi titik balik para nabi yang mendapat banyak karunia dan kemukjizatan, semoga juga menjadi titik balik kita untuk mendapat kehidupan yang lebih baik dunia dan akhirat. Amin amin ya Rabbbal ‘alamin.

بارك الله لي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وَتَقَبَّلَ مِني وَمِنْكُمْ تِلأَوْتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرحيم

Khutbah II

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمَ على خاتم الأنبياءِ وَالْمُرْسَلِينَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ

أَمَّا بَعْدُ، فَيا أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ، أَوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بتقوى اللهِ الْعَلِي الْعَظِيمِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمْرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيمٍ، أَمَرَكُمْ بالصَّلاةِ والسَّلام على نبيه الكريم فقال: إِنَّ الله وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلى النبي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تسليما،

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِك اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، كما باركت على سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخلفاء الراشدين: أبي بكر، وعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلَيَّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ وَالقَابِعِينَ، ومن تبعهم بِإِحْسَانٍ إِلى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ .

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاء مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ فَرِيْبٌ مُحِيبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِي الحَاجَاتِ اللهم انصر من نصر الدين، واحدل من خذل الْمُسْلِمِينَ وَانْصُرِ الْإِسْلَامَ وَ المسلمين، وأهلك الكفرة والمبتدعة والظَّالِمِينَ إِلكَ سَمِيعٌ قَدِيرٌ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا ولإخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَ بِالْإِيمَانِ وَلَا يجْعَلْنا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيم. اللهم أصلح ولاة أمورنا، اللهم وَفَقَهُمْ لِمَا فِيهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلاحُ الإسلام وَالْمُسْلِمِينَ، اللهم أعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْهُمْ يَا رَبُّ الْعَالَمِينَ اللَّهُمَّ أَبْعِدُ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِينَ وَقَرب إليهم أهل الخير والنَّاصِحِينَ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. اللهم أصلِح ولاةَ أُمُورِ الْمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. ربنا أينا في الدُّنْيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عَذَابَ النَّارِ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

عباد الله إن الله يأمرُ بِالْعَدْلِ والإِحْسَانِ وَابْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَن الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تذكرونَ فَاذْكُرُوا الله العظيم يذكركُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ بَرِدُّكُمْ وَاسْأَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ.

Penulis: Muhammad Barir
Sumber: Laman Sistem Informasi Bimbingan Masyarakat Islam (Simbi) Kementerian Agama RI

Itulah kumpulan contoh khutbah Tahun Baru Islam 1447 Hijriah yang bisa digunakan sebagai referensi. Semoga bermanfaat!

1. Khutbah Jumat: Tahun Baru Islam dan Semangat Hijrah

2. Khutbah Jumat: Tahun Baru Islam

3. Khutbah Jumat: Keutamaan Bulan Muharram

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *