8 Fakta KM Barcelona Terbakar Tewaskan 3 Orang: Kronologi-Dugaan Penyebab

Posted on

Sebanyak 3 penumpang meninggal dunia saat terbakar di perairan Pulau Talise, Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Sulawesi Utara (Sulut). Kebakaran diduga dipicu ledakan dari ruang mesin kapal.

Kebakaran yang melanda KM Barcelona tepatnya terjadi di perairan Desa Talise, Kecamatan Likupang Barat, Minggu (20/7/2025) sekitar pukul 14.00 Wita. Kapal tengah berlayar dari Kepulauan Talaud menuju Kota Manado.

Momen tragis tersebut terekam kamera yang videonya viral di media sosial. Sejumlah penumpang yang panik melompat ke laut saat api membesar. Para penumpang yang mengenakan pelampung terlihat terombang-ambing di laut sebelum diselamatkan.

Dirangkum infocom hingga Selasa (22/7), berikut 8 fakta kebakaran yang melanda KM Barcelona hingga 3 orang dilaporkan meninggal dunia:

Berdasarkan data dari Basarnas Manado hingga Senin (21/7) sore, jumlah korban KM Barcelona sebanyak 580 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 575 orang selamat dan 3 orang meninggal dunia yang salah satu di antaranya ibu hamil. Selain itu ada 2 orang masih dalam pencarian.

“(Korban kebakaran KM Barcelona) yang 2 belum bisa masuk MD (meninggal dunia),” ungkap Humas Basarnas Manado Nuriadin Gulemeng kepada infocom, Senin (21/7).

Kasi Ops Basarnas Sulut Bagus Ngurah mengatakan, tiga korban meninggal yang telah teridentifikasi bernama Asna Lapea, Zakaria Tindigulangi dan Juliana Gumolung. Ketiga jasad korban juga telah dievakuasi.

“Korban jiwa sementara yang pasti ada tiga orang, yang dua lagi kami masih melakukan pendataan dan mencari identitasnya,” tutur Bagus.

Rombongan Polres Kepulauan Talaud turut dilaporkan menjadi korban dalam kebakaran KM Barcelona 5. Kasat Lantas Polres Talaud Iptu Christian Mewenkeng dan Kasat Reskrim Iptu Glen beserta para istri yang merupakan anggota Bhayangkari berada di dalam kapal.

“Iya, ada beberapa anggota yang mengarah ke Manado, karena kan ada acara dinas, dan juga ada beberapa Bhayangkari yang ke arah Manado karena persiapan untuk acara UMKM,” ujar Kapolres Kepulauan Talaud AKBP Arie Sulistyo Nugroho kepada infocom, Minggu (20/7).

Arie belum memastikan kondisi sejumlah personelnya. Dia mengaku kehilangan komunikasi setelah diduga alat komunikasi personelnya rusak saat kebakaran kapal.

“HP beliau pasti basah dan belum bisa menyala, saat ini saya sedang perjalanan mengecek secara langsung yang bersangkutan menuju Minut,” ungkap Arie.

Salah satu korban selamat bernama Larebonte (55) menceritakan kronologi KM Barcelona terbakar. Api diduga pertama kali muncul di bagian dek 3 kapal.

“Awal kejadian itu di bagian dek 3 samping kiri mengeluarkan panas sangat panas ketika keluar asap,” ungkap Larebonte kepada wartawan di Manado, Senin (21/7).

Anak buah kapal (ABK) sempat melakukan pemadaman namun tidak berhasil. Selang air juga disebut tidak berfungsi dengan baik. Api yang menjalar ke sejumlah bagian kapal membuat penumpang panik.

“Saya waktu itu berinisiatif untuk mengingatkan kepada ABK agar tempat-tempat pelampung ini segera dibuka dan dibagikan ke masyarakat yang tidak memiliki pelampung, yang memiliki pelampung hanya yang ada di kamar masing-masing,” paparnya.

Larebonte mengaku tidak ada arahan dari ABK untuk segera melakukan evakuasi. Sejumlah penumpang masing-masing mencari posisi aman hingga ada yang memulai lompat ke laut.

“Penumpang yang panik mereka terjun ke air. Ada yang terjun tidak memakai pelampung, termasuk saya tidak menggunakan pelampung,” kata Larebonte.

Larebonte sempat terombang-ambing di lautan selama sejam sebelum dievakuasi kapal nelayan. Dia mengaku api yang membakar kapal berlangsung sekitar 3 jam.

“Kira-kira satu jam kemudian saya baru dibawa ke Likupang oleh nelayan lokal yang inisiatif dari mereka. Mereka ikhlas membantu saat dievakuasi semua kan tegang, berteriak,” imbuhnya.

Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi menyelidiki dugaan penumpang KM Barcelona melebihi kapasitas. Hal ini setelah jumlah korban yang ditemukan dua kali lipat dari data manifes yang dilaporkan.

“Kita perlu verifikasi, penjelasan dari penumpang kan ada yang dia tukaran. Jadi kita harus memastikan,” ucap Dudy usai menjenguk korban kebakaran KM Barcelona di Pelabuhan Manado, Senin (21/7).

Berdasarkan manifes, KM Barcelona V yang berlayar dari Talaud-Manado membawa 280 penumpang beserta kru kapal. Namun dari data Basarnas Manado ada 580 korban yang dievakuasi dalam kebakaran kapal tersebut.

“Ini bagian dari evaluasi kami pada setiap kejadian apa yang kami perbaiki akan kami perbaiki,” tambah Dudy.

KM Barcelona V yang terbakar di perairan Pulau Talise diduga akibat ledakan dari ruang mesin kapal. Dugaan tersebut diungkapkan Kepala Staf TNI Laksda TNI Eko Wahjono.

“Itu mungkin ada yang meledak. Kan ini pada bingung semua. Tentu meledak dari ruang mesin,” kata Eko usai baksos di Kampung Nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, dilansir dari infoNews, Senin (21/7).

Eko tidak secara detail mengungkap penyebab terjadinya ledakan. Dia berdalih TNI AL berfokus membantu proses evakuasi dan menyelamatkan penumpang.

“Kita hanya menolong saja. Tetapi sepertinya yang kita ketahui dari laporan di lapangan, itu dari kapal itu sendiri,” jelasnya.

PT Surya Pacific Indonesia selaku pemilik atau pengelola KM Barcelona menyoroti kinerja anak buah kapal (ABK) dalam menerapkan standar keselamatan berlayar. Hal ini setelah muncul sorotan liferaft atau rakit penyelamat tidak dibuka saat kebakaran.

“Jadi untuk liferaft itu ada di atas kapal, bukan tidak ada, terus kenapa tidak digunakan. Kami sendiri mempertanyakan itu kepada ABK, kenapa itu tidak dibuka,” kata perwakilan Divisi Humas PT Surya Pacific Indonesia, Ridwan Faluga kepada wartawan di kantornya di Manado, Senin (21/7).

Ridwan mengaku belum mengetahui kronologi dan penyebab kapal terbakar. Pihaknya mendukung aparat kepolisian untuk melakukan penyelidikan bahkan mendorong agar seluruh kru kapal diperiksa.

“Kami dari pihak perusahaan PT Surya Pacific sendiri menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian dalam hal ini Polda Sulawesi Utara untuk melakukan langkah-langkah hukum,” ujar Ridwan.

Ridwan mengakui jumlah penumpang KM Barcelona sebanyak 280 orang mengacu dari manifes. Jumlah itu sudah termasuk 15 anak buah kapal (ABK) dan nakhoda yang dilaporkan berada dalam kapal.

“Yang di manifes 280 orang berasal dari 3 pelabuhan, (terdiri dari pelabuhan) Beo, Melonguane dan Lirung. Jadi sampai saat ini kami hanya menginfo sesuai data kami,” ucap Ridwan.

Pihak PT Surya Pacific Indonesia lantas menanggapi jumlah korban yang justru dievakuasi dua kali lipat dari data manifes hingga diduga kapal over kapasitas saat berangkat. Ridwan menduga ada penumpang yang tidak memiliki tiket justru naik ke kapal.

“Ketika naik dan tidak membeli tiket namun mereka tetap ditagih dalam pemeriksaan tiket di perjalanan. Biasanya alasan uang pas-pasan. Kalau tidak ada tiket tetap dikenakan biaya, mereka tidak mungkin diturunkan di laut. Mereka itu yang tidak terdata,” ungkapnya.

Dia mengklaim setiap kapal berlayar sudah mendapat izin pemeriksaan dari KSOP. Namun dia mengaku pihak perusahaan tentu mengalami kerugian jika jumlah korban melebihi manifes. Apalagi kapasitas KM Barcelona hanya 450 orang.

“(Kapasitas KM Barcelona) 450 orang itu sudah hitungan dengan kru. Kalau seandainya 500 lebih, berarti ada kerugian di pihak perusahaan,” imbuhnya.

Polda Sulut yang mengusut kasus kebakaran KM Barcelona V menetapkan satu orang tersangka berinisial IB selaku nakhoda. Pelaku ditetapkan tersangka usai diduga melanggar undang-undang terkait pelayaran.

“Berdasarkan hasil gelar perkara yang dilakukan oleh penyidik Ditpolairud Polda Sulut, telah ditetapkan 1 orang sebagai tersangka dengan inisial IB,” kata Kabid Humas Polda Sulut Kombes Alamsyah P Hasibuan kepada infocom, Senin (21/7).

Alamsyah menyebut, nakhoda ditetapkan tersangka imbas temuan perbedaan data jumlah korban dengan manifes. Tersangka juga diduga lalai karena tidak menerapkan standar keselamatan berlayar.

“(Tersangka melanggar) terkait undang-undang-undang pelayaran. Yang pertama dugaan tidak sesuai dengan manifes. Kedua, tidak menerapkan SOP atau prosedur darurat kebakaran di kapal,” ungkapnya.

1. KM Barcelona Terbakar Tewaskan 3 Orang

2. Rombongan Polres Talaud Jadi Korban

3. Kronologi KM Barcelona Terbakar

4. Jumlah Korban 2 Kali Lipat dari Manifes

5. Kebakaran Kapal Diduga Akibat Ledakan

6. Pihak KM Barcelona Soroti Kinerja ABK

7. Pemilik Kapal Tanggapi Polemik Beda Data

8. Nakhoda KM Barcelona Jadi Tersangka

Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi menyelidiki dugaan penumpang KM Barcelona melebihi kapasitas. Hal ini setelah jumlah korban yang ditemukan dua kali lipat dari data manifes yang dilaporkan.

“Kita perlu verifikasi, penjelasan dari penumpang kan ada yang dia tukaran. Jadi kita harus memastikan,” ucap Dudy usai menjenguk korban kebakaran KM Barcelona di Pelabuhan Manado, Senin (21/7).

Berdasarkan manifes, KM Barcelona V yang berlayar dari Talaud-Manado membawa 280 penumpang beserta kru kapal. Namun dari data Basarnas Manado ada 580 korban yang dievakuasi dalam kebakaran kapal tersebut.

“Ini bagian dari evaluasi kami pada setiap kejadian apa yang kami perbaiki akan kami perbaiki,” tambah Dudy.

KM Barcelona V yang terbakar di perairan Pulau Talise diduga akibat ledakan dari ruang mesin kapal. Dugaan tersebut diungkapkan Kepala Staf TNI Laksda TNI Eko Wahjono.

“Itu mungkin ada yang meledak. Kan ini pada bingung semua. Tentu meledak dari ruang mesin,” kata Eko usai baksos di Kampung Nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, dilansir dari infoNews, Senin (21/7).

Eko tidak secara detail mengungkap penyebab terjadinya ledakan. Dia berdalih TNI AL berfokus membantu proses evakuasi dan menyelamatkan penumpang.

“Kita hanya menolong saja. Tetapi sepertinya yang kita ketahui dari laporan di lapangan, itu dari kapal itu sendiri,” jelasnya.

PT Surya Pacific Indonesia selaku pemilik atau pengelola KM Barcelona menyoroti kinerja anak buah kapal (ABK) dalam menerapkan standar keselamatan berlayar. Hal ini setelah muncul sorotan liferaft atau rakit penyelamat tidak dibuka saat kebakaran.

“Jadi untuk liferaft itu ada di atas kapal, bukan tidak ada, terus kenapa tidak digunakan. Kami sendiri mempertanyakan itu kepada ABK, kenapa itu tidak dibuka,” kata perwakilan Divisi Humas PT Surya Pacific Indonesia, Ridwan Faluga kepada wartawan di kantornya di Manado, Senin (21/7).

Ridwan mengaku belum mengetahui kronologi dan penyebab kapal terbakar. Pihaknya mendukung aparat kepolisian untuk melakukan penyelidikan bahkan mendorong agar seluruh kru kapal diperiksa.

“Kami dari pihak perusahaan PT Surya Pacific sendiri menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian dalam hal ini Polda Sulawesi Utara untuk melakukan langkah-langkah hukum,” ujar Ridwan.

4. Jumlah Korban 2 Kali Lipat dari Manifes

5. Kebakaran Kapal Diduga Akibat Ledakan

6. Pihak KM Barcelona Soroti Kinerja ABK

Ridwan mengakui jumlah penumpang KM Barcelona sebanyak 280 orang mengacu dari manifes. Jumlah itu sudah termasuk 15 anak buah kapal (ABK) dan nakhoda yang dilaporkan berada dalam kapal.

“Yang di manifes 280 orang berasal dari 3 pelabuhan, (terdiri dari pelabuhan) Beo, Melonguane dan Lirung. Jadi sampai saat ini kami hanya menginfo sesuai data kami,” ucap Ridwan.

Pihak PT Surya Pacific Indonesia lantas menanggapi jumlah korban yang justru dievakuasi dua kali lipat dari data manifes hingga diduga kapal over kapasitas saat berangkat. Ridwan menduga ada penumpang yang tidak memiliki tiket justru naik ke kapal.

“Ketika naik dan tidak membeli tiket namun mereka tetap ditagih dalam pemeriksaan tiket di perjalanan. Biasanya alasan uang pas-pasan. Kalau tidak ada tiket tetap dikenakan biaya, mereka tidak mungkin diturunkan di laut. Mereka itu yang tidak terdata,” ungkapnya.

Dia mengklaim setiap kapal berlayar sudah mendapat izin pemeriksaan dari KSOP. Namun dia mengaku pihak perusahaan tentu mengalami kerugian jika jumlah korban melebihi manifes. Apalagi kapasitas KM Barcelona hanya 450 orang.

“(Kapasitas KM Barcelona) 450 orang itu sudah hitungan dengan kru. Kalau seandainya 500 lebih, berarti ada kerugian di pihak perusahaan,” imbuhnya.

Polda Sulut yang mengusut kasus kebakaran KM Barcelona V menetapkan satu orang tersangka berinisial IB selaku nakhoda. Pelaku ditetapkan tersangka usai diduga melanggar undang-undang terkait pelayaran.

“Berdasarkan hasil gelar perkara yang dilakukan oleh penyidik Ditpolairud Polda Sulut, telah ditetapkan 1 orang sebagai tersangka dengan inisial IB,” kata Kabid Humas Polda Sulut Kombes Alamsyah P Hasibuan kepada infocom, Senin (21/7).

Alamsyah menyebut, nakhoda ditetapkan tersangka imbas temuan perbedaan data jumlah korban dengan manifes. Tersangka juga diduga lalai karena tidak menerapkan standar keselamatan berlayar.

“(Tersangka melanggar) terkait undang-undang-undang pelayaran. Yang pertama dugaan tidak sesuai dengan manifes. Kedua, tidak menerapkan SOP atau prosedur darurat kebakaran di kapal,” ungkapnya.

7. Pemilik Kapal Tanggapi Polemik Beda Data

8. Nakhoda KM Barcelona Jadi Tersangka

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *